(14) Kamera - Kuroko Tetsuya

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Request dari HanaGrapeRed23

Fandom: Kuroko no Basuke

Kuroko x Dying!Photographer!Reader

Happy Reading!

*** (Name)'s pov ***

"Jangan keluar terus."

"Kau harus diobati (Name)."

"Bagaimana kau bisa sembuh kalau kau terus-terusan pergi keluar."

Awalnya aku menuruti ucapan mereka. Tapi, semua sudah berlalu.

--Semenjak dokter pribadiku berbicara diam-diam pada keluargaku.

--Tentu saja mereka tidak sadar kalau aku ikut mendengarkan dibalik pintu.

"(Name) (Surname) sudah tidak bisa disembuhkan. Penyakit yang menyerangnya sudah tidak bisa dihilangkan. Usaha terbaik adalah alat pendukung kehidupan. Dan prediksi kami, (Name) hanya bisa bertahan selama 3 bulan. Setelah itu yang bisa menolongnya hanyalah alat pendukung kehidupan."

Siapapun pasti akan melakukan semua yang ingin ia lakukan selama 3 bulan jika sudah mendengar berita itu, kan?

--Termasuk aku.

Dan aku sedang melakukannya sekarang.

Memotret.

--Hei, itu hobi dan pekerjaanku, ok?

'Tapi menjadi seorang fotografer pro dalam usia 16 tahun? Entah aku yang jenius atau orang-orang yang salah menilai, aku tak tau.' pikirku mengarahkan lensa kameraku ke perumahan klasik bergaya Eropa.

(Ckrik!)

Ah, aku sedang berada di luar rumah tentunya.

--Dan orang-orang rumah tidak ada yang tau.

Aku hebat, kan? Tehe, (Name) gitu lho~

'Oke, aku mulai gila.' pikirku tertawa kecil lalu berjalan melewati perumahan tersebut.

(Dug! Dug! Dug!)

...apa itu suara bola basket memantul dari tanah?

(Dug! Dug! Dug!)

'Pasti ada yang sedang bermain.' pikirku mendekati sumber suara.

Iris mataku membesar saat melihat pemandangan yang ada di depanku.

--Seorang laki-laki dengan rambut berwarna biru muda sedang bermain basket sendiri.

--Ah, ada yang menemaninya!

--Seekor anjing kecil setia duduk di tepi lapangan sambil bermain bola basket yang berada di dekatnya.

'Hehe, wajah mereka mirip.' pikirku tertawa kecil.

Tanpa sadar aku mulai mengarahkan kamera milikku menuju laki-laki dan anjing kecil tersebut.

(Ckrik!)

Laki-laki dan anjing kecil itu langsung menoleh ke arahku dan itu membuatku tersadar dengan apa yang kulakukan barusan.

"A-aah, maaf karena memotretmu tanpa izin!" ucapku langsung membungkuk.

"Tidak apa-apa." aku mengangkat kepalaku dan melihat laki-laki itu sudah berada di dekatku.

"U-uwah!? Sejak kapan kau ada disana!?" kagetku langsug terduduk.

"Dari tadi," jawabnya mengulurkan tangannya,  "Aku punya hawa keberadaan yang tipis."

"Be-begitu, ya?" komentarku lalu mengenggam tangannya.

(Deg!)

Jantungku berdetak sedikit lebih cepat dari biasanya.

'Ada apa ini?' heranku.

Tapi itulah yang terakhir kali kuingat sebelum kegelapan datang. 

***

Perlahan aku membuka mataku dan bau obat langsung menyengat hidungku.

'...rumah sakit?'

"...siapa?" gumamku lalu bangkit dari kasur.

Sakit, itu yang kurasakan tapi ini bukan kali pertama aku berada di rumah sakit.

Samar-samar aku mendengar suara langkah kaki dan--

(Cklek!)

"Ah, kau sudah bangun rupanya." aku terkejut karena yang masuk bukanlah orang tuaku, melainkan laki-laki berambut biru muda.

"K-kau?" ucapku sedikit ragu, "Laki-laki yang kupotret...?"

"Ya, kau pingsan di depanku."

(Deg!)

"Ah, maafkan aku." gumamku menundukkan kepalaku, "Ja-jadi kau yang membawaku ke rumah sakit?"

"Ya."

'Aku membuat orang yang bahkan tidak mengenalku kerepotan.' pikirku meremas selimut rumah sakit.

"Kau... hobimu itu memotret, kan?"

Aku mengangkat kepalaku lalu mengangguk pelan.

"Kalau begitu, apa mau kutunjukkan tempat yang bagus?"

"E-eh? Tentu saja aku mau!" lalu aku teringat sesuatu, "Tapi sekarang aku..."

"Oh, kata dokter kau boleh pulang."

"Benarkah...?" dan dia hanya mengangguk, "Kalau begitu ayo!!"

***

"Ah, aku hampir lupa! Ngomong-ngomong, namaku (Surname) (Name)! 16 tahun~"

"Kuroko Tetsuya, 17 tahun. Salam kenal, (Surname)-san."

"Salam kenal juga~ Ngomong-ngomong, mau kupanggil apa?"

"Terserah..."

"Kalau begitu Tetsuya~ Dan kau boleh memanggilku (Name)~"

*** Kuroko's pov ***

Ucapan dokter melekat dalam pikiranku.

"Umur (Name)... tersisa hari ini."

Ekspresi kedua orang tua (Name) juga masih kuingat dengan jelas.

--Mereka tampak sangat syok dan sedih.

Dan juga...

"Anak muda," panggil wanita paruh baya padaku.

--Ibunya (Name).

"Terima kasih telah membawa (Name) ke rumah sakit." sahut laki-laki yang seumuran.

--Ayahnya (Name).

"Bukan masalah." balasku sedikit mengangguk.

"Namamu siapa, anak muda?"

"Kuroko... Kuroko Tetsuya."

"Tetsuya-kun, bisakah kau menemani sisa umur (Name) dengannya?"

"Eh? Kenapa aku?"

"Karena kami melihat dirimu di salah satu foto yang (Name) potret. Dan asal kau tau, (Name) itu memotret sesuatu yang baginya sangat bearti."

"Tapi--"

"Kami sudah membuat anak kami sedih karena telah melarangnya untuk memotret lagi. jadi, bisakah kau menghiburnya dengan menghabiskan sisa umurnya dengan membawa (Name) ke tempat yang membuatnya kembali ceria?" tanya ayah (Name).

Dan akhirnya aku setuju.

"Tetsuya?"

"Ah, maaf aku melamun." gumamku.

"Tidak apa-apa." balasnya lalu memegang kamera yang ia bawa sejak keluar rumah sakit.

--Kurasa dia benar-benar menyukai fotografi, eh?

"Ah, kau suka pemandangan apa, (Name)?" tanyaku.

"Hm... apapun asal itu rekomendasi dari Tetsuya..." jawabnya tersenyum kecil.

(Deg!)

Aku memegang bagian jantungku, heran dengan detak jantung yang sempat tidak normal barusan.

'Ada apa...?'

"Melamun lagi, Tetsuya~?"

"Ah, maafkan aku."

***

"Sugoi~"

"Kau sudah mengatakannya 8 kali, (Name)."

"Ta-tapi ini benar-benar keren~" puji (Name) kembali mengarahkan lensa kamera ke pemandangan yang ada di depannya.

Aku lalu membawa (Name) ke segala tempat dengan pemandangan yang berbeda-beda pula. Setiap kali kami sampai di tempat itu, (Name) selalu memuji pemandangannya lalu tak hentinya memotret pemandangan yang ada disana. Dan sekarang kami berdua berada di--

"Tapi ini hanya lapangan basket, (Name)."

"Ini bukan lapangan biasa, Tetsuya! Ini adalah lapangan basket dimana tim Jabberwock melawan tim Vorpal Sword bertanding!"

"...eh? Kau tau?" tanyaku.

"Siapa yang tidak tau, Tetsuya~? Tim Jepang melawan Tim Amerika Serikat~?" ucap (Name) masih dengan asiknya memotret lapangan basket.

"Ah... apa kau juga mengenal siapa pemain yang bertanding?"

(Name) berhenti memotret lalu menoleh padaku, dan dia memasang senyum sendu.

"Untuk apa aku mengingatnya...? Aku bahkan tidak tau apa aku bisa bergerak bebas seperti ini besok."

'Ironis sekali saat dia mengatakan sebuah kenyataan tanpa menyadarinya.' pikirku.

--Tapi perasaan menyayat apa ini saat memikirkan hari esok tanpa (Name)?

Aku melihat jam tanganku.

--Sudah jam 04.13 p.m

"(Name), hari sudah sore. Apa ada 1 tempat yang ingin kau kunjungi?" tanyaku pada (Name) yang sedang berpikir.

"Ah, aku ingin ke pantai~" ucap (Name).

--Tapi dengan sorot mata yang sedih.

"Baiklah."

***

"Pemandangannya indah, ya?" gumam (Name) melihat lautan yang sudah berwarna orange.

"Mhm." jawabku singkat.

Lalu (Name) duduk bersandar pada pohon yang tumbuh tak jauh dari bibir pantai.

"Tetsuya."

"Ya?" tanyaku duduk di sebelahnya.

"Pantai... benar-benar menenangkan, ya?" gumamnya, "Angin yang lembut... suara air laut bertemu dengan pasir... sensasi unik saat menyentuh pasir..."

Aku hanya diam mendengarkan sampai...

"Suasananya... benar-benar membuatku mengantuk."

Perlahan aku menoleh ke arah (Name) dengan ekspresi terkejut sedikit terpancar di wajahku.

"Tetsuya, bisakah kau berdiri di bibir pantai, lalu menoleh padaku dan tersenyum? Aku... ingin menutup hari ini dengan fotomu yang sedang tersenyum."

"...baiklah."

*** (Name)'s pov ***

(Deg... Deg... Deg...)

Kuroko sudah berdiri di tempat yang kuminta.

"Tersenyumlah, Tetsuya~" pintaku sudah mengarahkan lensa kamera ke Kuroko.

Lalu Kuroko memberikan senyuman yang lembut padaku.

(Deg!)

(Ckrik!)

'Ah...'

'Sesaat jantungku sempat bersemangat...'

(Deg...... Deg...... Deg......)

"Hei, Tetsuya." panggilku setelah mematikan kameraku.

"Hm?"

"Aku benar-benar mengantuk..." gumamku mengusap mata kiriku.

"Tidurlah."

"Eh?"

"Aku akan menjagamu, selama kau tertidur."

"Apa... kau akan ada saat aku bangun nanti?"

"Ya. Aku akan ada saat kau membuka matamu, (Name)."

"Kalau begitu..." ucapku pelan, "Oyasumi, Tetsuya."

Hal terakhir yang kulihat adalah wajah tersenyum Tetsuya.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro