(19) Pelayanku, Pacarku - Akashi Seijuuro

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Request dari Chi_Kuromi

Fandom: Kuroko no Basuke

Akashi x Crush!Maid!Reader

Happy Reading!

*** (Name)'s pov ***

"Kau kalah." aku menatap tak percaya ke arah sahabat sejak kecilku itu.

Aku membuka mulutku, tapi kembali kututup kembali. Sampai akhirnya aku menyilangkan kedua dan mendengus kesal.

"Kau bermain--"

"Perempuan terhormat sepertimu tidak boleh mengucapkan kata yang kasar, (Name)." potong Akashi menyesap teh yang disediakan di meja.

"Pfft, maaf kalau begitu." sahutku ikut menyesap tehku.

Tadi Akashi berkata kalau aku kalah, bukan?

"Tapi aku yakin kita itu seri!!" rengekku setelah meletakkan cangkir gelasku (dengan elegan).

Akashi hanya tersenyum lalu menunjuk ke arah kertas yang sedang ia pegang, "Aku mendapat nilai 100, dan kau 99. Apa itu masih kurang?" tanyanya.

Aku mendengus kesal, "Menyebalkan." gerutuku.

Ya, aku kalah dengan Akashi dalam pelajaran MATEMATIKA!! Itu adalah pelajaran kesukaanku dan kalah oleh Akashi dalam pelajaran itu membuatku sangat kesal! Walaupun kami berbeda kelas, tapi kami selalu bertaruh nilai dan biasanya kami selalu SERI!! Disaat aku memakai taruhan dengan Akashi, nilaiku menjadi 99!? Padahal aku sudah yakin kami akan SERI!!

"Tck," gerutuku tak berhenti.

"Jika kau mengerjakannya dengan terburu-buru, maka kau akan keliru dan lihatlah hasilnya sekarang."

'Padahal jika kami seri maka aku mengabulkan 1 permintaan Akashi DAN Akashi akan mengabulkan 1 permintaanku.' pikirku semakin kesal sendiri.

Sekarang kami berdua sedang berada di halaman belakang rumah Akashi, sedang menikmati sesi meminum teh sambil memandang langit yang hampir malam walaupun tujuanku ke rumahnya ini hanyalah untuk menunjukkan nilai ulangan Matematika terakhir kami.

"Beruntunglah Golden Week akan dimulai besok, jika tidak maka aku tidak tau lagi seberapa malunya kau nanti." komentar Akashi.

"Tunggu," ucapku mengerutkan alis, "Apa maksudmu dengan itu?"

Pelayan mendekati kami berdua dan memberikan sebuah kotak padaku. Aku mengangkat alisku lalu menoleh ke Akashi yang sekarang sudah berdiri.

"Bukalah, dan kutunggu selama 15 menit di kamarku."

Saat aku membuka kotaknya, wajahku langsung memucat dan aku berdiri lalu berteriak ke arah Akashi.

"DASAR MESUUUUUM!!!"

***

(Cklek!)

"Oh, sepertinya ukurannya pas denganmu, (Name)." komentar Akashi tidak mengahlihkan fokunya pada papan shogi.

"Jangan komentar jika belum melihatnya, wahai kapten." ejekku melipat kedua tanganku dengan kesal.

Akashi lalu berhenti bermain dan menoleh kepadaku.

"Sudah kubilang pasti cocok." komentarnya mengangguk.

"Lalu, apa alasanmu menyuruhku memakai pakaian maid, huuh?" tanyaku frustrasi.

Ya, si Akashi menyuruhku memakai pakaian maid!!

"Itu adalah hadiahku karena telah menang dalam taruhan kita." jawab Akashi lalu tersenyum, "Kau akan jadi maid pribadiku selama 1 minggu, mulai sekarang."

Wajahku memucat dan aku hanya tersenyum paksa.

"Ba-baiklah jika itu maumu, tuan muda." ucapku penuh pemaksaan, "Tapi tak kusangka tuan muda yang sudah kelas 2 SMA ini sangat menyukai hal yang berbau pelayan."

"(Name), kemarilah." perintah Akashi tidak mendengarkan komentarku dan aku hanya mendekatinya dengan ragu-ragu dan terpaksa.

"A-ada apa?" tanyaku curiga.

"Kuperintahkan kau memanggilku dengan nama depanku."

"Eh?" heranku.

"Aku tak percaya, kita sudah berteman sejak kecil--walaupun kita sempat berpisah saat SMP--dan kau masih memanggilku dengan nama Akashi?" heran Akashi mengangkat sebelah alisnya.

Aku hanya tersenyum canggung.

(Deg! Deg!)

"Se-Se-Se---Akashi..." gumamku menunduk lalu memasang tampang ngambek.

Aku mendengar Akashi terkekeh lalu menepuk kepalaku dan mengelusnya dengan lembut.

"Jika kau tidak memanggilku dengan nama depanku, maka akan kuperpanjang masa hadiahku."

"I-ITU KEJAM SEKALI!?" kagetku langsung mengangkat kepalaku.

"Kau lah yang kejam, (Name). Aku sudah memanggilmu dengan nama depanmu sejak SD, tapi kau masih memanggilku dengan nama keluargaku." balas Akashi.

(Deg! Deg!)

"U-uuh... SE-SE-SE--SEPERTINYA HARI SUDAH MALAH DAN AKU HARUS PULANG!!" ucapku hendak mundur tapi pergelangan tanganku digenggam.

Aku menoleh dan melihat Akashi memasang ekspresi 'apa-yang-kau-lakukan'.

"U-uum..." ucapku membuka suara.

"Siapa yang menyuruhmu untuk pulang, huh?" tanya Akashi mengangkat sebelah alisnya.

...eh?

"Ta-tapi ini sudah malam..." jawabku.

"Lalu?"

"Aku harus pulang sebelum Mama dan Papa marah--"

"Kau menginap disini, (Name). Perintahku dan aku sudah menghubungi orang tuamu."

Irisku membesar dan aku hanya menatap ke arah Akashi dengan tatapan tak percaya.

"K-kau bercanda!?" kagetku.

Akashi hanya memutar bola matanya lalu menarik tanganku dan itu membuatku sedikit tersandung.

"Tu-tu-tunggu dulu Aka--Ooft!" wajahku langsung bertubrukan dengan dada Akashi dan tangan Akashi yang sebelumnya sedang menggenggam tanganku sekarang sudah berpindah ke pinggangku dan dia memelukku dengan posisi aku duduk di pangkuannya.

Dengan posisi yang membuatku sangat tidak nyaman.

"A-Apa yang kau lakukan?" tanyaku.

"...hangat..."

"Huh?" tiba-tiba Akashi melepas pelukannya dan sedikit mendorongku yang membuatku terbebas dari posisi tak nyaman barusan.

"Aku lapar, ayo makan di ruang makan. Aku yakin makan malam sudah jadi." ucapnya berdiri lalu menarik tanganku dan berjalan keluar kamarnya.

'Baiklah, percuma membantahnya jika dia sudah begini. Lagipula aku kalah...' pikirku lalu teringat sesuatu.

"Tu-tunggu dulu, bukannya tugasku sebagai pelayan pribadimu itu harus membuatkanmu makan malam?"

"Kau pelayan pribadiku, tugasmu ada saat kuperintahkan. Ingat itu." ucapnya tanpa menoleh padaku, "Dan juga, kuperintahkan kau untuk makan malam bersamaku."

Aku hanya memutar bola mataku, "Baiklah, tuan muda."

***

Selama makan malam berlangsung, tidak ada yang berbicara--itu tata makan yang benar. Sepertinya para pelayan sudah tau kalau aku kalah taruhan karena mereka tampak biasa saja dengan penampilanku dan masih menghormatiku.

"Jadi..." ucapku setelah makan malam, dan setelah menyesap tehku.

Akashi hanya mempersilahkanku untuk melanjutkan.

"Aku... tidur di kamar tamu, kan?" tanyaku.

Akashi menggeleng.

"Jadi... aku tidur di ruang pelayan?" tanyaku lagi.

'Selama ada kasur empuk, aku bisa tidur.' pikirku.

Akashi kembali menggeleng.

"Aku... tidur di lantai? Di ruang tamu? Di koridor? Di sofa? Di dapur? Di atas meja makan? Di halaman? Di toilet? Atau jangan-jangan aku tidak tidur--"

"...tidur..." ucap Akashi pelan, dan itu membuatku berhenti lalu melihat Akashi dengan heran.

"Apa?"

"Kau tidur denganku. Paham?" ucap Akashi berdiri, "Aku mengantuk, ayo tidur."

"Eh!?" kagetku.

Aku masih diam di tempat, sampai suara Akashi bergema di ruangan.

"Jika dalam 1 menit kau tidak bergerak, maka masa hukumanmu akan bertambah 1 minggu."

"SEGERA DATANG, TUAN MUDA!!"

***

"Um..."

"Ada apa, (Name)?"

"Apa aku harus tidur dengan pakaian ini?" tanyaku lalu menunjuk pintu keluar, "Atau aku harus tidur dengan pakaianku tadi?"

"Tidak keduanya."

"Lalu? Jangan-jangan aku tidak pakai sehelai pun--" saat itu ada yang mendarat di atas kepalaku dan saat aku melihat apa itu--

--Piyama.

"Kau masih tidur memakai piyama?" heranku.

"Hati-hati saat berbicara pada tuanmu, (Name)." sahut Akashi tersenyum, "Dan juga itu piyamaku saat SMP."

"Ah, maafkan aku tuan muda." ucapku datar, "Apakah aku boleh memakai kamar mandi tuan untuk berganti baju?"

"Silahkan."

Tanpa banyak komentar lagi, aku langsung berjalan menuju kamar mandi Akashi dan mengganti pakaianku. Setelah berganti, aku melipat pakaian maid-ku dan menyimpannya di atas meja dekat cermin kamar mandi. Setelah itu aku keluar dan melihat Akashi sedang duduk diatas kasurnya.

"Um, Akashi?" panggilku.

Akashi hanya memberikan tatapan tajam padaku.

'Welp, apa-apaan tatapannya itu!?' panikku.

"Kemari," perintah Akashi singkat.

Aku melakukan apa yang dia perintahkan. Saat aku sampai di depannya, Akashi menarik tubuhku dan memelukku. Karena aku sedang berdiri, jadi wajah Akashi berada di atas perutku.

"Akashi?" heranku.

"Sudah kuputuskan," gumamnya, "Kau akan menjadi gulingku selama seminggu ini."

Saat aku hendak membuka mulutku, Akashi sudah menyelaku duluan.

"Dan aku tidak menerima bantahan atau penolakan. Aku absolut."

Aku hanya memutar bola mataku lalu mengusap rambut Akashi dengan kedua tanganku.

*** 1 Week Later ***

'Huh...?' perlahan aku membuka mataku, karena sesuatu yang hangat menyentuh wajahku.

Ini... kamar siapa?

Ah...

'Ini kamar Akashi...' pikirku.

Aku sedikit menoleh ke atas, dan langsung disambut sinar matahari yang cukup menyilaukan dan hangat.

Jadi itu kenapa wajahku terasa hangat...

"Akashi..." panggilku lalu memutar tubuhku, yang dihadapkan oleh leher Akashi.

'Ini adalah hari terakhir...'

Selama seminggu ini, aku melewatinya dengan normal-normal saja. Yaah, bisa dibilang aku seperti bantal Akashi. Selama seminggu ini aku disuruh untuk selalu makan bersamanya, tiap sore hari kami selalu berada di halaman belakang dengan Akashi tidur di pangkuanku, dan saat tidur, tentu saja aku menjadi guling hidupnya.

"Akashiii~" rengekku padanya karena dia memelukku dan aku ingin keluar.

"Ngh?"

"Aku ingin keluaar~" rengekku menggeliat di pelukan Akashi.

"Diam." gerutunya mengeratkan pelukannya yang membuatku tak bisa bergerak.

"Tapi aku ingin membuat sarapan..." gumamku.

"Sudah ada koki dan pelayan yang bertugas."

"Tapi--"

"Sebagai tuanmu, kuperintahkan kau untuk tidak keluar dari kasur sampai kuperintahkan keluar."

"Kau sudah memakai perintah itu selama 6 hari berturut-turut!"

"Mhm," Akashi membuka matanya lalu menatapku dengan serius, "Kau kuizinkan keluar kalau kau memanggilku dengan nama depanku."

"Eh?"

"Kalau tidak bisa, maka kau akan tetap di kasur."

Aku mengembungkan kedua pipiku.

Sejak dulu aku kesulitan memanggil nama depannya...

(Deg! Deg!)

'Ah, inilah alasannya kenapa aku selalu memanggilnya dengan nama keluarganya...'

(Deg! Deg!)

"U-uuh..." Akashi melihat ke arahku dengan penasaran.

(Deg! Deg!)

'Ayolah...'

"S-s-s-s..."

(Deg! Deg!)

"Se-se-se..."

(Deg! Deg!)

"Seijuuro..." panggilku dengan suara yang terlalu pelan.

'Kenapa memanggil nama seseorang yang terdiri dari 5 huruf vokal, 3 huruf mati, dengan jumlah 8 huruf, 3 suku kata dan itu adalah nama Akashi terasa sangat sulit!?' pikirku frustasi, 'Kenapa jantungku jadi tidak karuan!? Dan juga, suaraku sangat pelan tadi! Aku yakin Akashi tidak mendengarnya!!'

Lalu ada yang mengelus rambutku, dan itu adalah Akashi.

"Bagus, kau harus memanggilku Seijuuro mulai dari sekarang." ucap Akashi.

Aku tak tau harus bicara apa jadi aku hanya mengangguk mengerti.

"Bagus, perintahku selanjutnya adalah mulai sekarang berhentilah menjadi maid pribadiku. Kau kuperintahkan untuk menjadi pacarku."

Irisku membesar dan itu membuatku menoleh ke arah Akashi.

"Eh?"

"Sebagai tuan dan pacarmu, aku tidak menerima bantahan."

Aku terdiam, aku belum menerima semuanya dengan lancar.

"Diam tanda iya." ucap Akashi mencium keningku, "Selamat malam, (Name)." sambungnya lalu kembali memelukku dengan erat.

...

...

...

...

...

'Eh? Tunggu...? Apa? PACAR!?'

Wajahku seketika memanas dan aku hanya bisa menenggelamkannya di dada Akashi.

(Deg! Deg!)

'Duuh, jantungku tidak mau diam...' pikirku.

...

...

...

...

...

'Oh, shiet. Sekarang aku tidak bisa keluar karena pelukan Seijuuro lebih erat dari sebelumnya dan dia sudah tertidur.'


Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro