(27) Café di Tepi Kota - Kasamatsu Yukio

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Request dari aozorayuki_3

Fandom: Kuroko no Basuke

Adult!Kasamatsu x Adult!Reader

Happy Reading!

.

.

.

Suasana yang sejuk saat hujan turun, menghasilkan aroma khas yang menggoda hidung dan tubuh untuk sekedar beristirahat, menikmati tetesan hujan yang mengenai jendela dan bunyi yang dihasilkannya.

Tapi tidak bagi perempuan yang kini sedang duduk di salah satu café yang berada di tepi kota Tokyo—yang kini menjadi cukup tenang karena hujan yang turun. Perempuan berambut (h/c) yang (h/l) itu hanya menyesap pelan kopi hitam yang sudah dia pesan saat datang ke café tersebut.

Iris (e/c)nya menatap jendela yang ada di tepi meja yang dia tempati, menatap tiap tetes yang mengalir di kaca yang dingin, kemudian mengalihkan pandangannya—dimana terdengar suara pintu café yang terbuka, menghasilkan suara bel yang khas.

Masuk seorang laki-laki yang sudah tidak asing di matanya, dan membuat perempuan itu secara tak sadar tersenyum.

"Yukio ...."

Laki-laki itu, Kasamatsu Yukio, berjalan ke arah perempuan yang memanggilnya, lalu duduk di sebrangnya.

"Halo, (Name)."

Pipi (Name) sedikit memanas saat mendengar Kasamatsu memanggilnya, tapi dengan cepat dia sembunyikan dengan menyesap kopi hitamnya.

"Maaf terlambat," ucap Yukio.

Sudut bibir (Name) bergerak, tapi kemudian dia menoleh ke arah jendela, menatapi hujan masih turun tidak terlalu lebat.

"Bagaimana kalau kau memesan dulu?" ucap (Name) menoleh ke arah Yukio lalu tersenyum.

Bagaikan sihir, seorang pelayan datang ke meja mereka berdua dan mulai menanyakan pesanan Kasamatsu. Setelah memesan secangkir cappuchino, sang pelayan bertanya pada (Name) apakah dia ingin menambah pesanan, yang dijawab oleh (Name) dengan nama salah satu dessert yang disediakan café tersebut, yang terbuat dari coklat—membuat laki-laki yang ada di sebrangnya mengangkat sebelah alis.

"Kau masih suka coklat?"

Berkedip kaget, iris (e/c) menatap Kasamatsu beberapa detik sebelum akhirnya tertawa kecil.

"Tentu saja," jawab (Name), "aku tidak percaya kau masih ingat."

"Aku tidak akan pernah lupa."

Kasamatsu langsung menjawab, membuat (Name) terkejut. (Name) kembali tertawa, tapi kali ini tawa yang keluar adalah tawa canggung.

"Terima kasih, Yukio."

Kasamatsu menggertakkan gigi dalam diam, kemudian menoleh ke arah jendela.

"Tidak, harusnya aku yang berterima kasih padamu."

Pesanan mereka datang, dan suasana kembali sunyi sampai Kasamatsu memutuskan untuk memecahkan suasana canggung tersebut.

"Kombinasi yang aneh," ucap Kasamatsu, menyinggung paduan kopi dan kue coklat (Name).

(Name) mengembungkan kedua pipinya tak terima.

"Apa sih, biarin."

Kasamatsu tersenyum saat melihat ekspresi ngambek (Name).

"Tidakkah itu mengingatkanmu pada sesuatu ... atau lebih tepatnya seseorang?"

(Name) menormalkan pipinya, dan kini menatap Kasamatsu dengan penasaran.

"Aku si kopi, si pahit yang dibenci—dan kau, si coklat, si manis yang dicintai."

Iris (Name) meredup saat mendengar penjelasan Kasamatsu, yang kemudian menggeleng.

"Kau tahu, kopi tidak selamanya dibenci," ucap (Name) kemudian tersenyum, "kopi bisa membuat seseorang ketagihan—sepertiku."

Kasamatsu tampak terkejut dengan pengakuan (Name), tapi dengan cepat kembali ke postur normalnya. (Name) yang menyadari itu hanya bisa menghela napas lalu tersenyum kecil.

"Pahitnya kopi bercampur dengan sesuatu yang manis, bukannya akan menjadi cappuchino?"

(Name) menatap Kasamatsu yang kini sedang menoleh ke arah jendela.

'Tidak dengar, ya?'

Mereka begitu dekat, tapi entah kenapa terasa begitu jauh.

Sangat jauh, sangat sulit untuk dijangkau oleh tangan mungil (Name).

(Name) mengigit bagian bawah bibirnya, kemudian menyesap kopinya—dan mengambil potongan kecil kue yang dia pesan.

Pahit kemudian rasa manis, benar-benar perpaduan yang unik, benar kata Kasamatsu.

"Ah, aku tahu kau baru datang—tapi aku ingin berterima kasih, karena sudah datang," ucap (Name) masih fokus pada kuenya, dia tidak berani menatap Kasamatsu.

Kasamatsu tahu arah pembicaraan ini mengarah. Dia tahu sejak awal, sesaat dia memasuki café ini.

"Kau tahu aku pasti datang saat kau memanggilku, kan?"

(Name) tertawa hambar, kemudian fokuskan diri pada jendela.

"Kau tidak kehujanan saat kemari?"

"Tidak, aku memakai mobilku."

Seringai kecil muncul, dan (Name) menatap Kasamatsu dengan tawa yang tertahan.

"Hee? Mobil hasil gajimu, hm?"

Pipi Kasamatsu langsung memerah dan dia mengusap belakang kepalanya dengan canggung.

"B-begitulah."

(Name) tertawa saat mendengar pengakuan Kasamatsu—tawa yang dipenuhi oleh kebahagiaan. Mendengar itu membuat senyum Kasamatsu mengembang. Sudah lama dia tak mendengar tawa (Name)—selama setahun terakhir.

Sejak kejadian itu.

Senyum yang ada di wajah Kasamatsu langsung menghilang—berubah menjadi garis datar dan tatapan Kasamatsu sedikit menggelap, kemudian mengeratkan kepalan tangannya.

"Haah."

Helaan napas kecil (Name) berhasil menarik perhatian Kasamatsu. (Name) mengenggam kedua tangannya.

"Sudah berapa lama, sejak kita bertemu seperti ini, Yukio?"

Kasamatsu hanya diam, begitu juga dengan (Name). Sampai akhirnya Kasamatsu mengeluarkan sesuatu dari saku jaketnya, meletakkannya di atas meja kemudian mendorongnya hingga ke daerah pandangan (Name). Mata (Name) mengerjap beberapa kali, terkejut dengan kotak kecil yang ada di depannya.

"Um ...."

(Name) mengangkat kepalanya—menatap heran Kasamatsu, walau tersirat dengan jelas kalau (Name) tidak mau mendengar apa yang akan Kasamatsu ucapkan selanjutnya, karena (Name) tahu apa yang akan laki-laki di sebrangnya ini ucapkan.

Sayangnya, Kasamatsu sudah menyiapkan dirinya untuk mengucapkan ini—bahkan jika itu akan membunuhnya perlahan.

"Congratulation for the wedding, soon-to-be-Mrs.Kise."

___

(Name) sudah pergi, membawa kotak kecil berisi gelang dan strap handphone untuk couple. Kasamatsu masih duduk di tempatnya tadi, memandang kopi yang sudah habis dan kue yang masih tersisa setengah. Kasamatsu tahu, (Name) pasti sedang menangis diantara derasnya hujan, tapi dia tidak melakukan apapun—dia tidak bisa.

Hatinya sakit saat mengetahui satu-satunya perempuan yang membuatnya nyaman, harus menikah paksa dengan salah satu adik kelasnya saat SMA dulu—dalam pernikahan yang sudah disiapkan oleh orang tua kedua belah pihak.

"(Name)," raih kue coklat kemudian memakan kuenya dengan garpu yang sama dengan yang (Name) gunakan, "maafkan aku tidak bisa menyelamatkanmu."

Dengan begitu Kasamatsu berdiri, membayar semua makanan yang dia dan (Name) pesan—walau dapati sang kasir berkata (Name) sudah membayarnya. Kasamatsu berjalan keluar café tadi.

Café yang jadi tempat date pertama mereka saat SMA dulu.

Café yang jadi tempat anniversary mereka yang pertama.

Café yang jadi tempat anniversary mereka yang kedua.

Café yang jadi tempat anniversary mereka yang ketiga.

Café yang jadi tempat anniversary mereka yang keempat.

Café yang jadi tempat anniversary mereka yang kelima.

Dan ....

Café yang jadi tempat perpisahan mereka yang pertama dan yang terakhir.

.

.

.

Omake:

Tak jauh dari kursi tempat (Name) dan Kasamatsu, ternyata duduk tiga laki-laki dengan masing-masing punya rambut hijau, pirang dan biru yang nyentrik—Midorima, Kise, dan Kuroko.

"Kau dengar itu, Kise-kun? (Surname)-san dan Kasamatsu-kun masih mencintai satu sama lain—walaupun sudah satu tahun sejak mereka putus," komentar Kuroko.

Kise hanya diam, memandang minuman yang dia pesan tadi—sama seperti tunangannya (Name), secangkir kopi hitam.

'Itu sebabnya (Name)-chan suka kopi hitam,' pikir Kise memasang senyum sedih.

"Kau dan (Name) dipaksa menikah oleh orang tua kalian, kan? Kenapa tidak minta batalkan saja, nodayo?" tanya Midorima.

Kuroko yang melihat ekspresi Kise akhirnya menyadari sesuatu.

"Kise-kun, apa kau tahu dari awal kalau mereka jatuh cinta?"

Sudut bibir Kise sedikit bergerak.

"Dari awal aku sudah tahu, mereka pacaran saat Kasamatsu-senpai lulus, dan bertahan selama 6 tahun—sampai orang tua kami mengumumkan pernikahan paksa ini, tahun lalu-ssu."

Kemudian iris Kise melirik jari manisnya—dimana terlihat cincin pertunangannya dengan (Name).

"Tapi apa yang bisa kuperbuat? Aku juga jatuh cinta pada (Name) dari sejak pertama kami berdua masuk SMA Kaijo-ssu."

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro