(35) Peka - Tazaki

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Request dari yuzutsu_yoshikawa

Fandom: Joker Game

Tazaki x Model!Short!Tsundere!Reader

Happy Reading!

.

.

.

Namanya Shimano (Name).

Jangan salah paham dulu, dia tidak menikah dengan Hatano. (Name) adalah keluarganya, lebih tepatnya adik perempuan yang lebih muda setahun darinya.

'Idih, amit-amit nikah sama dia,' pikir (Name) memutar bola matanya, yang memiliki iris berwarna (e/c).

"Hei, berhenti melamun dan makan sarapanmu."

Perempuan berambut (h/c) itu berkedip beberapa kali, lalu mengangguk singkat, "iya, kak."

Lalu mereka berdua memakan dalam keadaan sunyi. Setelah makan, mereka pun mencuci piring bersama.

"Ngomong-ngomong, manajermu menelponku—kau free hari ini," ucap Hatano.

"He? Kenapa dia justru menelpon kakak? Bukannya dia bisa menelponku?"

"Dia menelponmu, tapi kau masih tidur. Handphone-mu berada diluar jadi kuangkat."

(Name) menoleh ke arah Hatano dengan heran, "kau bangun lebih awal dariku? Apa kepalamu baik-baik saja?" tanya (Name) meletakkan tangannya—yang penuh sabun—ke kening Hatano.

"Hei—jauhkan tanganmu berbusamu itu dari kepalaku!" ucap Hatano menepis tangan (Name) dari keningnya.

"Sebagai imouto yang baik tentu aku mengkhawatirkan kesehatanmu, onii-chan," balas (Name) dengan nada mengejek.

"Berhenti memanggilku dengan sebutan onii-chan—kita sudah dewasa," sambar Hatano kemudian mengelap keningnya.

(Name) mengembungkan kedua pipinya—sambil membersihkan tangannya dari sabun karena semua piring sisa mereka sarapan sudah dibersihkan.

"Mungkin aku akan ke kantor kakak," gumam (Name) mengeringkan tangannya dengan lap.

"Kalau kau mau mengangguku lebih baik kau diam saja di rumah," balas Hatano selesai mengeringkan semua piring.

(Name) mendecih lalu memasang wajah jijik, "dasar kakak cebol kepedean—mana mungkin aku ke kantor untuk menganggumu. Kalau itu bisa kulakukan di rumah," cibirnya lalu memandang geli Hatano.

Perempatan muncul di kepala Hatano lalu dia meletakkan tangannya di atas kepala (Name)—perlahan meremasnya dengan ekspresi kesal, "dasar adik kurang ajar tidak tau diri—liat tinggimu itu berapa, kerdil," sambar Hatano tidak terima.

"Kerdil!? Enak saja dibilang kerdil!" balas (Name) tidak terima—mencoba melepas tangan Hatano dari kepalanya.

"Hooh, kalau begitu diam saja, 158," ucap Hatano melepas pegangan tangannya.

Pipi (Name) memanas, kemudian dia membuang muka, "tentu saja alasanku kesana untuk mengunjungi Tazaki...."

"Dasar, tsundere. Ketemu pacar masih saja malu-malu."

"Aku tidak tsundere, dasar kakak cebol kepedean!"

'Ah, benar juga. Hari ini kan!' pikir (Name) teringat sesuatu.

___

"Awas kalau kau ke ruanganku," ancam Hatano saat mereka sampai di depan kantor.

Studio D adalah studio kecil, tapi memiliki kualitas pemotretan yang bisa menyaingi perusahaan besar.

"Ngomong-ngomong."

(Name) menatap sinis Hatano, "apa?"

"Dih galak. Tumben pakai make up? Biasanya langsung pergi aja," ucap Hatano.

(Name) mengembungkan kedua pipinya yang kembali terasa panas, "aneh ya?"

Hatano mengangkat kedua bahu kemudian mengelus kepala (Name)—atau lebih tepatnya mengacak rambutnya.

"Sedikit lebih imut—ingat jangan ganggu aku."

"Chotto—reaksi macam apa itu!?" sahut (Name) menghela napas, lalu merapikan kembali rambutnya.

'Tazaki pasti ingat, kan? Hari ini?' pikir (Name) menyusul Hatano yang sudah berjalan duluan.

Tiba-tiba Hatano berhenti lalu menoleh ke arah (Name), "Tazaki bagian fotografer bersama Kaminaga—apa kau lupa?"

Sadar kalau ternyata dia mengikuti sang kakak, (Name) pun menjentikkan jarinya teringat.

"Oh, benar—terima kasih sudah mau mengingatkan, kak!" ucap (Name) berjalan menuju ruang kerja Tazaki, dan sempat mendengar Hatano menghela napas lalu berkomentar.

"Ada apa dengannya hari ini? Bertingkah aneh seperti itu?"

(Name) mengembungkan kedua pipinya, 'kakak tidak mengerti.'

For your information, (Name) dan Tazaki sudah berpacaran sejak (Name) lulus SMA.

'Oh ini dia ruang kerja Tazaki,' pikir (Name) saat melihat ruangan dengan papan bertuliskan divisi fotografi.

Saat (Name) mendekat, pintunya sedikit terbuka jadi dia mengintip di sela pintu. Iris matanya melebar saat melihat Tazaki sedang berbicara—tidak, dia sedang dikelilingi perempuan!

'Tunggu, sejak kapan divisi fotografi menerima perempuan?' pikir (Name), 'aku ingat yang Yuuki-san inginkan di divisi ini hanyalah Tazaki dan Kaminaga lalu sejak kapan mereka—'

(Name) menggeleng, lalu kembali mengintip dan mendapati Tazaki sedang tersenyum kepada mereka semua!

'Ah, senyumnya, salah satu alasan aku menyukai Tazaki,' pikir (Name) tersenyum tapi kemudian kembali menggeleng, 'bukan itu masalahnya! Itu senyum yang biasanya dia berikan padaku jadi kenapa dia memberikan senyuman itu pada mereka?'

"(Name)-chan? Apa yang kau intip?"

(Name) tersentak kaget kemudian menoleh ke belakang, dimana dia melihat Kaminaga.

"Ah, bukan apa-apa," jawab (Name) berdiri normal.

"Jangan malu-malu, Tazaki sudah ada di dalam kok. Hari ini kau tidak bekerja?" tanya Kaminaga membuka pintu lalu masuk ke dalam—dengan (Name) mengikutinya dari belakang.

"Kakak bilang manajer menelponku—mengatakan kalau hari ini aku libur," jawab (Name) seadanya.

Sadar bahwa ada yang masuk, Tazaki menoleh ke arah pintu, lalu senyum mengembang di wajahnya saat melihat (Name)—berhasil membuat pipi (Name) kembali memanas. Dan tanpa sadar (Name) mulai menggulung ujung rambutnya dengan jarinya. Tazaki meninggalkan para perempuan dan berjalan mendekati (Name)—membuat detak jantungnya menduplikasi.

'Baru kali ini aku ke studio D dengan berdandan—maksudku, memang pekerjaanku itu model tapi tetap saja saat kemari aku tidak memakai make up apapun.'

"Halo (Name), tidak bekerja hari ini?"

(Name) mengangguk, "ya, begitulah. K-karena tidak ada kerjaan jadi aku kemari—sudah lama aku tidak kemari."

"Begitu ya?" sahut Tazaki, dan (Name) mengangguk.

Suasana menjadi sunyi, dan yang lain hanya heran melihat pasangan itu hanya diam satu sama lain.

'Huh? Harusnya Tazaki mengatakan sesuatu ... kan?' pikir (Name) melirik ke arah Tazaki yang ternyata sedang menatapnya.

"Em, Tazaki?"

"Ya?"

"Tidakkah kau ingin mengatakan sesuatu?" tanya (Name) menatap Tazaki, sambil menjauhkan tangannya dari rambutnya—yang mungkin sedikit bergelombang sekarang.

"... Terima kasih sudah datang mengunjungiku?"

Hah?

'Apa Tazaki buta? Jelas-jelas aku memakai make up sekarang!' pikir (Name) mulai kesal, 'atau sebenarnya aku tidak cocok memakai make up? Tidak imut gitu?'

"A-aku sedikit berdandan lho," ucap (Name) menunjuk wajah cantiknya sambil tersenyum canggung.

Tazaki berkedip beberapa kali, kemudian menoleh ke arah lain dengan pipi memerah, "aah, maaf. Aku baru menyadarinya."

Tangan kanan (Name) mengepal, tapi dia tetap tersenyum—atau lebih tepatnya terpaksa tersenyum.

"Ah, aku baru ingat ada perlu dengan kakak sebentar," ucapnya lalu berjalan cepat menuju ruang kerja Hatano, tidak memperdulikan panggilan Tazaki.

'Ya ampun—ingin sekali aku memukulnya!! Kenapa lama sekali menyadarinya? Bukannya menyedihkan, kau baru menyadarinya setelah kuberitahu? Peka dong!' pikir (Name) menahan rasa kesalnya dengan mengepalkan tangannya.

Saat iris (Name) menangkap figur yang familiar di matanya, seketika dia berlari. Siapa lagi kalau bukan Hatano—tentu (Name) tahu dari tubuh pendek dan posisi kedua tangan berada di belakang kepalanya itu. Setelah cukup dekat, (Name) sedikit menunduk lalu memeluk pinggangnya, dan dengan cepat (Name) mengangkat tubuh Hatano dan membantingnya.

Ya, (Name) menyalurkan kekesalannya pada sang kakak tercinta dengan membantingnya.

"What the f*ck, (Name)!?" bentak Hatano langsung duduk dan memegang tekuk lehernya.

"Berisik! Aku kesal! Aku tidak senang!" balas (Name) menghentakkan kedua kakinya secara bergantian—layaknya anak kecil.

"Ada apa sih—ah sial, leher dan kepalaku sakit," gerutu Hatano berdiri dari posisi duduknya.

(Name) mengembungkan kedua pipinya lalu menyilangkan kedua tangannya, "Tazaki."

"Oh, dia tidak menyadari make up-mu? Sudah kuduga," komentar Hatano datar—dia sudah menduganya dari awal.

"Kau mau kubanting lagi ya!?"

"Ya ampun, tenangkan dirimu (Name)—kau tau aku tidak bisa membalas tindakanmu kan!"

"Ada apa, aku mendengar suara yang cukup keras lho," ucap Amari keluar dari ruangannya.

Ups, salah (Name) membanting sang kakak tercinta di lobby.

Kini semua sudah keluar dari ruang kerja mereka dan melihat Shimano bersaudara—termasuk Tazaki. (Name) berjalan mendekati Tazaki—lalu menunjuk dadanya.

"Jawab pertanyaanku," ucap (Name) menunjuk dirinya sendiri, "antara aku," lalu (dengan sangat tidak sopannya) menujuk perempuan yang mengeliling Tazaki tadi, "dan mereka—siapa yang lebih penting?"

Tazaki menatap kaget (Name), terkejut dengan pertanyaan tiba-tiba darinya.

"Seberapa penting aku di matamu? Bahkan saat aku memakai make up pun tidak kau sadari? Apa aku tidak spesial?" tanya (Name) kembali—sambil menyilangkan kedua tangannya.

"(Name), maaf mengenai tadi, aku benar-benar baru menyadarinya—"

"Jawab pertanyaanku," ucap (Name) lalu mendecih pelan, "sebenarnya siapa aku bagimu?"

"(Name), pertanyaanmu terlalu banyak—"

"Arg, tidak bisakah kau menjawab pertanyaanku dengan jelas? Apa aneh seorang pacar bertanya? Gunakan suaramu, ubah semua jadi rangkaian kata-kata! Aku mau dengar jawabanmu!" potong (Name)—tidak peduli dengan keributan yang dia ciptakan sekarang.

Suasana menjadi sunyi, dan saat itu (Name) sadar.

Dia bukan siapa-siapa bagi Tazaki.

"Aku mau pulang," ucap (Name) datar, dia perlu mendinginkan kepalanya—dan menjauh dari Tazaki.

"(Name), tunggu dulu—"

(Name) menepis tangan Tazaki, menatap sang laki-laki dengan tatapan dingin dan tersirat rasa kecewa disana.

"Apa?"

"Dengar, aku minta maaf tidak menyadari—"

"Sudahlah, aku sudah tidak peduli lagi," gumam (Name), "kau tidak sadar dan tidak menjawab pertanyaanku—itu sudah menyimpulkan semuanya."

Tazaki langsung memegang kedua pipi (Name), membuat perempuan itu menatapnya.

"Dengarkan aku sampai selesai, (Name)," ucap Tazaki.

(Name) hanya melirik ke arah lain.

"Aku minta maaf aku tidak menyadari make up-mu, dan tidak menjawab pertanyaanmu," ucap Tazaki memulai, "tapi aku punya alasan untuk itu semua."

"Alasan-alasan-alasan, orang selingkuh juga punya alasan, kan?" gumam (Name).

Tazaki hanya tersenyum kecil, "aku sedang memikirkan hal lain sampai tidak menyadari sekitarku."

"Oh? Memikirkan perempuan lain?" tanya (Name) sinis.

"Dan memikirkan itu membuatku merasa gugup—karena ini adalah momen terpenting yang akan terjadi," ucap Tazaki.

Sementara (Name) hanya memandang heran Tazaki, 'mengabaikan pertanyaanku?'

"Jujur saja, aku terlalu gugup sampai memerlukan saran dari orang lain dan beberapa bantuan lainnya," ucap Tazaki, "(Name)."

(Name) menoleh pada Tazaki, dan betapa terkejutnya (Name) saat melihat Tazaki berlutut dan mengeluarkan kotak kecil beludu berwarna merah marun, kemudian membukanya—menunjukkan cincin dengan intan kecil disana.

"Shimano (Name), maukah kau menikah denganku dan mengubah margamu menjadi Seto?"

(Name) menganga tak percaya, perlahan meletakkan kedua tangannya di depan mulutnya. Sementara orang-orang sekitar menunggu jawaban dari (Name).

Dengan air mata kebahagiaan yang menetes, (Name) mengangguk pelan.

"Mhm, a-aku mau!"

.

.

.

Omake:

"Dia benar-benar memikirkan semuanya, (Name)," ucap Hatano saat Tazaki selesai menyelipkan cincin di jari (Name).

"Eh?" (Name) menoleh ke arah kakaknya dengan heran.

"Dia memintaku untuk menelpon manajermu untuk mengosongkan jadwalmu hari ini."

"E-eh, jadi aku bukan free? Melainkan memang dikosongkan?" ucap (Name) tak percaya.

"Dan mengenai perempuan-perempuan ini," ucap Tazaki menunjuk para perempuan yang mengelilinginya tadi, "mereka semua adalah kenalan Kaminaga luar studio, yang 'berpengalaman' dalam hal ini."

"Yep, Tazaki bahkan menanyakan padaku bagaimana date yang romantis—"

"Tidak, aku tidak menanyakan itu padamu," ucap Tazaki memotong ucapan Kaminaga.

"Jahat!" sahut Kaminaga tidak terima ucapannya dipotong.

"Tapi kenapa hari ini?" tanya (Name).

Tazaki menoleh ke arah (Name), lalu tersenyum.

"Apa kau sudah lupa? Hari ini kan anniversary 5 tahun kita."

___

(A/N)
Cie dilamar~

Btw ini terinspirasi dari lagu vocaloid: Demon Girlfriend by Kagamine Rin

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro