The Marching of Fall

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Malam itu begitu hening di istana. Sama seperti malam-malam lain, namun keheningannya terlalu mengusik. Sofiya terbangun dari tidurnya, namun heningnya malam itu begitu terasa mencekam dan ia tidak dapat kembali terlelap.

Lantai ruang tidurnya memang tidak ditangcang bebas dari suara. Sehingga masih menungkinkan adanya suara ketika seseorang melakukan pergerakan. Terlebih di malam yang begitu hening ini, Sofiya dapat mendengar lebih jelas apa yang tengah terjadi di ruang tidurnya. Ia juga dapat mendengar apa yang terjadi di koridor luar ruang tidurnya.

Hening.

Jadi Sofiya berusaha memejamkan matanya kembali.

Langkah kaki.

Jadi Sofiya kembali membuka kedua matanya.

Seiya sering kali diam-diam menyelinap ke paviliunnya. Tapi ia dan kakak laki-laki satu-satunya itu memiliki sandi-sandi untuk berkomunikasi satu sama lain dalam situasi genting. Satu langkah kaki, satu ketukan di lantai. Itu yang biasa Seiya lakukan saat menyelinap ke paviliun Sofiya, memberitahukan kehadirannya.

Kali ini, hanya terdengar langkah kaki setipis angin dan hening. Siapapun orang ini, Sofiya dapat memperkirakan dari mana penyusup ini datang. Ia tidak akan datang dari pintu depan. Mengingat Haka berjaga di sana. Sehingga, ia pasti datang dari arah lain. Entah itu jendela samping, atau pintu bagian belakang kamarnya, atau bahkan ia menyelinap dari langit-langit.

Sofiya menarik satu helaan nafas panjang untuk mengenyahkan emosi yang seketika memenuhi sekujur dadanya. Ia harus fokus. Ia harus berpikir jernih. Pergerakan sekecil apapun akan didengar oleh si penyelinap. Sehingga, ia memutuskan untuk menunggu sampai penyusup itu datang mendekatinya.

Pedang pendek yang selalu siaga di bawah kasur tempat tidurnya sudah ia pegang. Ia memejamkan matanya secara keseluruhan, sambil memasang telinga baik-baik. Sofiya bisa merasakan kehadiran penyusup itu yang kini sudah berada di sampingnya. Penyusup itu menjulurkan tangannya, Sofiya tidak tau apakah ia membawa senjata atau tidak. Sehingga, Sofiya memutuskan ini waktu yang tepat untuk melukai si penyusup.

Sofiya menusukkan pedang pendeknya di tangan si penyusup dan erangan kecil lolos darinya. Seketika itu juga, Haka merangsek ke dalam ruangan. Penyusup itu kalang kabut saat mengetahui Haka sudah berada di dalam ruangan. Sehingga, tidak ada pilihan lain selain berduel.

Sayangnya, meskipun dengan satu tangan yang terluka, penyusup itu berhasil meloloskan diri. Haka mengurungkan niat untuk mengejar si penyusup. Terlalu berisiko meninggalkan Tuan Puteri seorang diri.

"Apakah Tuan Puteri terluka?" tanya Haka.

"Tidak," jawab Sofiya.

Haka kemudian memeriksa keadaan di luar. Namun, tak berapa lama kemudian ia mendengar segerombolan orang mendekat. Dari gelagatnya, jelas mereka bukan datang untuk menjaga Tuan Puteri.

Dan di tengah keheningan malam yang menusuk itu, pelarian diri Sofiya pun dimulai. []

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro