DID

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Cast :
- BAP member
- Eunkyung (OC)

******

-Wonderland, 5 Agustus-

Asap putih mengepul dari mulut seorang gadis yang sedang berdiri didepan taman hiburan Wonderland. Sengaja ia lakukan hal itu untuk mengusir rasa bosannya menunggu seseorang. Diketuk-ketuknya ujung sepatu ketanah untuk menghilangkan rasa jenuhnya. Matanya terus mencari sosok yang ia tunggu. Saat sosok tersebut muncul, ia hanya tersenyum kecut lalu menghampirinya.
"Yongguk ahjjussi, kenapa kau yang..."
"Datang?" Sela Yongguk.
"Anak bodoh itu malu bertemu denganmu. Aku sudah memarahinya, tapi ia tetap tak mau menemuimu. Aish.. anak bodoh itu bilang ia tak tahu cara berkencan. Seharusnya ia belajar padaku. Maafkan anak itu, ia hanya..." sadar akan kesalahannya saat berbicara. Yongguk langsung mencoba mengalihkan pembicaraan.
"Sudahlah. Jadi aku putuskan aku yang akan menemanimu, otte?" Lanjut Yongguk. Tangannya sudah menengadah meminta tangan si gadis. Terlihat raut kecewa di wajah gadis tersebut, karena ia pikir akhirnya ia bisa pergi berkencan. Yongguk yg melihatnya pun sebenarnya tak enak hati karena bukan seharusnya ia yang menemaninya. Namun apa daya, orang yang Eunkyung suka malu bertemu dengannya.
"Itu lebih baik daripada liburanku sia-sia. Tapi ahjjussi harus mentraktirku."
"Oke!" Katanya sambil menarik tangan gadis ke selipan tangan Yongguk.
"Apa wahana yg ingin kau naiki terlebih dahulu?"
"Ehm..Roller coaster."
"Oke! Sesuai permintaan nona Eunkyung, kita pergi ke wahana roller coaster." Kata Yongguk sambil mengapit tangan Eunkyung. Mereka saling melepar senyum.
"Lets go!" Teriak semangat mereka berdua. Setelah membeli tiket, mereka berdua langsung pergi menuju wahana roller coaster. Setidaknya Eunkyung bisa berteriak melepaskan rasa lelahnya selama ini.

Eunkyung merupakan seorang dokter magang disalah satu rumah sakit di Seoul. Karena statusnya itulah ia selalu dijadikan pembantu oleh senior-senior lainnya. Namun ia selalu mengerjakannya dengan senang hati.

Eunkyung sebenarnya adalah seorang dokter ahli jiwa. Sifatnya yg sangat baik dan kuat dilirik oleh seorang dokter senior sekaligus dosennya ketika kuliah. Dokter Kang, Eunkyung biasa memanggilnya. Ia memberi kepercayaan pada Eunkyung untuk merawat seorang pasien yang seumuran dengannya. Pasien yang butuh perawatan khusus.

Setelah puas bermain wahana yang berada di Wonderland. Mereka beristirahat ditempat duduk yg menghadap ke bianglala yang besar sambil memakan hotdog serta eskrim soda untuk mengganjal perut mereka.
"Ahjjussi." Ucap Eunkyung tiba-tiba sambil memperhatikan pakaian yang digunakan Yongguk.
"Wae, Eunkyung-ah?"
"Rasanya aku seperti sedang pergi bermain dengan ayahku."
"Mwo?! Yak! Aku hanya berbeda 6 tahun darimu tahu. Aish.. Seharusnya kau memanggilku oppa." Ucap Yongguk kesal lalu menjitak kepala Eunkyung.
"Appo~" rintih Eunkyung sambil mengusap kepalanya. Lalu tertawa geli melihat Yongguk bergerutu layaknya anak kecil sambil memakan hotdognya.
"Jangan marah, ahjjussi. Kau tidak terlihat tampan lagi saat marah." Rajuk Eunkyung. Yongguk yang merasa terpanggil langsung berdeham dan tersenyum. Wajah Yongguk langsung berubah menjadi serius.
"Selanjutnya kita akan pergi kemana, nona cantik?"
Eunkyung hanya tersenyum sambil menunjuk wahana bianglala yang ada dihadapan mereka. Wahana penutup untuk liburan mereka hari ini.

Matahari yang terbenam akan terlihat jelas saat bianglala yang mereka naiki berada diatas puncak bianglala. Perpaduan warna oranye dan biru bertumpuk menjadi suatu mega yang indah. Angin sepoi-sepoi yang menerpa wajah seakan menjadi bumbu tambahan dalam menikmati suasana penutup hari.

******

"Sudah kubilang jangan simpan foto-foto ini!" Teriak Daehyun sambil memegang ponsel Eunkyung yang memperlihatkan foto Eunkyung dan seorang pria. Daehyun menatap Eunkyung dengan sinis.
"Wae? Daechi wae?!" Teriak Eunkyung tak kalah kerasnya dengan teriakan Daehyun. Ia mencoba merebut ponsel yang sedang dipegang Daehyun, namun bisa dihindari.
"Neo! Berani berteriak dihadapan oppa!"
"Ne! Wae?!"
"Sudah kubilang jangan dekat dengannya lagi!"
"Dia hanya menanyakan masalah pekerjaan." Ucap Eunkyung sambil menahan tangis karena sudah tak bisa menahan emosinya. Ia mengusap wajahnya kasar untuk menghapus air mata yang mulai menetes. Tapi hal itu tak membuat Daehyun luluh. Daehyun malah membongkar ponsel Eunkyung dan mengambil memori ponsel Eunkyung.
"Aku tak mau kau berhubungan dengannya lagi, walaupun itu hanya masalah pekerjaan. Lelaki brengsek itu, tak pantas dekat denganmu. Aku lebih setuju kau dengan Junhong. Aku sudah menghapus nomor ponselnya." Ucap Daehyun dingin. Eunkyung hanya duduk membuang muka, tak mau menatap Daehyun. Airmatanya sudah tak bisa dibendung lagi. Ia tak peduli lagi dengan kata-kata Daehyun.

/Dddrrrrrrttttt~/

"[Yeo..]"
"Jangan pernah menghubunginya atau menanyakan masalah pekerjaan. Aku tahu kau dan dia berbeda tugas dirumah sakit. Jika kau masih menghubungi Eunkyung. Akan kupastikan kau menjadi salah satu pasien dirumah sakit tempat kau bekerja."

/Pip/

"Dia hanya ingin menanyakan pekerjaan."
"Oh ya. Lalu untuk apa kau menjawab pertanyaannya tadi dengan nada manja?"
"Aku.. hanya.."
"Hanya apa?"
"Berdebat denganmu tak akan pernah selesai." Ucap final Eunkyung.

Suasana apartemen menjadi hening setelah pertengkaran hebat antara Eunkyung dan Daehyun. Acara makan malam menjadi sempat tertunda karena telepon dari mantan kekasih Eunkyung yang berada satu tempat kerja dengannya. Daehyun tak suka dengan mantan kekasih Eunkyung, karena yang ia tahu, pria itu tidak baik dan sudah mengecewakan Eunkyung. Makanya Daehyun sangat menjaga Eunkyung.
"Makan malam kita belum selesai."
"Aku sudah tak lapar."
"Kau akan mati."
"Biarkan saja."
"Berarti kau akan membiarkan Junghong ikut mati juga?" Ucap Daehyun. Skak mat. Eunkyung langsung berbalik menatap punggung Daehyun yang sedang menuju dapur. Ia tahu bahwa Junghong, lelaki yang ia sukai sangat mengkhawatirkan Eunkyung. Dia akan melakukan hal apapun untuk Eunkyung. Contohnya saja seperti saat ini, jika Junghong tahu Eunkyung belum makan, ia pun akan melakukan hal yang sama. Padahal hal itu bisa membahayakan tubuhnya sendiri. Jadi Eunkyung mau tak mau harus makan, agar Junghong makan.
"Araseo, oppa." Eunkyung langsung pergi ke meja makan. Dan mulai memakan makanannya kembali.
"Anak baik. Oppa melakukan hal ini karena sayang padamu." Ucap Daehyun sambil mengasak pucuk kepala Eunkyung.
"Ne oppa, mianhae." Ucap Eunkyung. Daehyun hanya membalasnya dengan senyuman.
"Setelah ini kita beli cheescake, ne?" Eunkyung menjawabnya dengan anggukan.

******

"Andwaeeeee!" teriak seorang pria ditengah tidurnya yang tak tenang. Pintu dibuka secara paksa oleh Eunkyung, dia terlihat khawatir melihat pria tersebut. Keringat bercucuran dan selimutnya sudah berantakan tak menyelimutinya lagi. Eunkyung mencoba memenangkannya dengan menggenggam tangan pria tersebut.
"Oppa tenang, tenang aku ada disini. Oppa boleh tidur lagi. Tenang, aku ada disini menemanimu." Eunkyung menepuk-nepuk tangan pria tersebut.
"Kyung-chan." Gumam pria tersebut.
"Himchan oppa tenang saja, aku ada disini." Himchan langsung membuka matanya dan memeluk Eunkyung. Si gadis hanya membalasnya dan menepuk-nepuk punggung Himchan. "Gwechanayo, everything is ok."
"Aku mimpi buruk." Ucap Himchan.
"Iya, aku tahu. Tapi tenang saja. Disini ada aku."
"Yakso?"
"Eoh, yakso."
Himchan memperlihatkan senyum manisnya mendengarkan ucapan Eunkyung yang sudah dianggapnya sebagai adik sendiri. Walaupun Eunkyung tak melihatnya dia tahu bahwa Himchan sudah sedikit tenang.
"Kyung-chan." Ucap Himchan tiba-tiba sambil melepaskan pelukannya.
"Ne, oppa. Waeyo?"
"Ayo kita buat kue."
"Ne?" Eunkyung menatap Himchan heran.
"Please~ aku butuh penyegaran pikiran." ucap Himchan manja sambil menganyun-ayunkan tangan Eunkyung.
"Tapi aku tak punya bahan-bahannya." Ucap Eunkyung dengan nada memelas.
"Tak apa, ayo kita pergi belanja dulu. Aku akan siap-siap. Kau juga Kyung-chan." Ucap Himchan, lalu pergi ke luar kamar sambil berdendang senang. Eunkyung yang saat itu masih belum sadar dengan perintah yang tiba-tiba. Membuatnya terlihat sangat bodoh, karena tatapannya yang kosong dan mulutnya yang terbuka cukup lebar. Saat tersadar, ia langsung menjatuhkan dirinya ke kasur dan berguling-guling. Hari ini sepertinya dirinya akan meliburkan diri.

Eunkyung seharusnya tahu resiko membawa pria ke apartemennya untuk menginap. Dia akan menjadi pembantu dirumahnya sendiri. Walaupun Himchan membantunya dalam mengatur kegiatan sehari-harinya, tapi jika ia melakukan kesalahan sedikit. Himchan akan memarahinya tanpa ampun sampai ia melaksanakan perintah Himchan. Satu hari lagi, beban yang akan Eunkyung terima hari ini.

Eunkyung menghela nafas dengan panjang. Untuk mengurangi kekesalannya.
"Kyung-chan! Cepat bereskan tempat tidurmu. Atau kau tak akan dapat sarapan!" Teriak Himchan dari arah kamar mandi.
"Ne, oppa." Eunkyung mempout bibirnya. Ancaman yang tidak adil untuknya, pikirnya. Ia pergi kekamarnya dengan menghentak-hentakan kakinya secara sengaja. Himchan yang berada di kamar mandi hanya terkikik geli mendengarnya.
'Tak salah Junhong memilihnya, dia wanita yang kuat dan baik.' Gumam Himchan.

******

"Aku pulang."
"..." Apartemen Eunkyung terlalu hening untuk dua orang yang tinggal bersama.
"Oppa, aku pulang."
"..." masih tak ada jawaban.
"Oppa, oedisoyo?"
"..."

Eunkyung mencari keseluruh ruangan apartemen namun nihil, tak ada seorang pun disana. Ia langsung bergegas pergi keluar dan mencoba menghubungi seseorang. Eunkyung melihat ponselnya frustasi, karena sambungan teleponnya malah terdengar mesin penjawab. Eunkyung berkeliling mencarinya disekitar apartemen dan bertanya pada para tetangga. Cukup lama Eunkyung berkeliling didaerah sekitar apartemen, namun tetap tidak menemukannya, akhirnya ia memutuskan untuk pulang.

Saat sampai apartemen, ia melihat banyak cd games playstation berserakan diruang tamu. Tatapan tak percaya terlihat di raut wajah Eunkyung.
"Oppa! Wae ire?!"
"Kau sudah pulang? Mau bermain? Kau sudah makan? Aku sudah, aku buatkan rice omelete. Makanlah selagi masih hangat." Ucap Youngjae tanpa mengalihkan tatapannya dari tv.
Eunkyung mengacak rambutnya kesal karena tingkah oppanya yg menyebalkan.
"Bukan itu yang seharusnya kau katakan!"
"Araseo araseo. Jangan berteriak. Pendengaranku masih bagus." Ucap Youngjae sambil berpura-pura membersihkan kupingnya.
"Tadi aku bosan dirumah. Aku pergi ke toko elektronik dan membeli semua ini. Puas?"
"Lalu?"
"Lalu apa? Aku sudah menjawab semua pertanyaanmu."
"Lalu kenapa kau tidak menjawab teleponku?" Ucap Eunkyung sambil memukul kepala Youngjae.
"Ya! Appo! Tadi aku tak membawa ponselku." Youngjae mengusap-ngusap kepalanya. Matanya mendelik menatap Eunkyung.
"Hasstt~ gara-gara kau permainanku jadi game over."
"Biarkan saja! Sekalian saja kau game over dari dunia ini!" Teriak Eunkyung frustasi.
"Seorang dokter harusnya tak berbicara seperti itu." Ucap Youngjae dingin. Eunkyung sadar bahwa otaknya sedang tak berfungsi dengan baik dan emosi sedang menguasainya. Terdengar menyakitkan memang, karena kata-kata seperti itu hanya akan membuat pasien menjadi tambah tak bersemangat untuk sembuh.
"Mianhae oppa. Jeongmal mianhamnida." Ucap Eunkyung menyesal. Ia tak berani menatap Youngjae karena merasa tak enak hati.
"Gwaechana. Aku tahu kau sebenarnya hanya khawatir. Maafkan aku juga sudah membuatmu khawatir." Ucap Youngjae sambil mengasak pelan rambut Eunkyung.
"Hehm.. gwaechana."
"Kau makanlah dulu. Selagi makanannya masih hangat. Oh ya, kue makaroon yang ada dikulkas, aku makan. Itu buatan Himchan hyung kan?"
"Ne, oppa. Kenapa oppa tahu?"
"Orang yang rajin membuat kue siapa lagi kalau bukan Ahjumma Himchan."
"Ahjumma?"
"Dia lebih cocok dipanggil ahjumma dibanding hyung. Dia terlalu cerewet dan pengatur. Tapi untuk masalah rumah dia memang jagonya."
"Oppa sebenarnya menghina atau memuji sih?"
"Kata itu hanya sedikit berbeda pengertian."
"Terserah oppa saja." Eunkyung hanya memutar bola matanya malas dan langsung pergi menuju meja makan. Ia berpikir bahwa dia butuh banyak energi.

******

-Rumah Sakit Seoul-

Trrrtttt~
[Pukul 11:00 Pemeriksaan pasien kebakaran]

Bunyi mesin memo terdengar dari kantong baju Eunkyung. Mesin pengingat tersebut sangat dibutuhkan Eunkyung sebagai dokter.
"Lelah sekali." Gumam Eunkyung sambil melakukan peregangan pada tubuhnya. Jam sibuk sedang terjadi di rumah sakit. Karena beberapa jam yang lalu terjadi sebuah kecelakaan bis di daerah Cheodamdong. Eunkyung diminta untuk menangani anak-anak yang terluka karena ruang UGD sedang kekurangan perawat.

Eunkyung berencana untuk melihat anak-anak yang terkena penyakit kanker sebelum memeriksa pasien yang ia sedang tangani. Ia merasa bahwa melihat anak-anak tersebut bisa menghilangkan perasaan jenuhnya saat dirumah sakit.

Terdengar musik yang sangat keras di ruang bermain untuk anak-anak penyakit kanker. Eunkyung menatap heran saat memasuki ruangan tersebut. Ruang bermain tersebut ramai oleh suara musik beat dan tepuk riuh untuk seseorang yang sedang menari didepan mereka. Laki-laki yang sedang tersebut langsung berhenti menari dan menghampiri Eunkyung.
"Annyeong, Eunkyung." Ucapnya setelah mengatur nafasnya.
"Jonguppie oppa, mwohaneungoya?"
"Aku hanya ingin mengunjungimu bekerja dan sudah lama aku tak memberi hiburan pada mereka." Ucap Jongup sambil melambaikan tangan pada anak-anak yang lain.
"Oppa, ayo perlihatkan tarian oppa lagi." Ucap seorang gadis kecil yang menarik-narik baju Jongup.
"Chankaman ne, oppa sedang berbicara dengan Dokter Song dulu, ne?" Ucap Jongup lembut sambil mengasak pucuk kepala anak tersebut. Anak itu hanya menjawabnya dengan anggukan senang lalu pergi. Jongup membalas senyumannya.
"Nona Song, annyeonghaseyo." Ucap anak tersebut sambil membungkuk hormat.
"Annyeong, Minhwa." Ucap Eunkyung sambil tersenyum dan mengasak rambut Minhwa.

Jongup menghela nafas saat melihat raut wajah Eunkyung yang berubah menjadi khawatir. Ia tahu hal yang sedang dikhawatirkan oleh Eunkyung. Orang yang Eunkyung sukai.
"Terus lakukan perawatan pada Junhong. Dia anak yang baik. Dan berhentilah untuk berwajah masam seperti itu." Ucap Jongup tiba-tiba. Eunkyung yang saat itu sedang sibuk dengan pikirannya sendiri langsung tersadar dari lamunannya dan mencerna ucapan Jongup. Senyuman kecil ia berikan pada Jongup, setidaknya ia tak mau terlihat menyedihkan didepan oppa kesayangannya.
"Ne, oppa. Kau sudah makan siang?"
"Belum. Kau?"
"Aku akan memeriksa pasien dulu setelah itu pergi makan siang."
"Baiklah. Aku akan ikut denganmu, setelah itu kita pergi makan siang. Otte?"
"Baiklah."

Suara memo Eunkyung berbunyi kembali, mengingatkan bahwa ia harus segera memeriksa pasiennya. Ia pergi pamitan pada anak-anak tersebut dan Jongup pun ikut pamit, karena ingin melihat pekerjaan Eunkyung. Walaupun sebenarnya Jongup tak diizinkan untuk pergi, namun Jongup berjanji akan mengunjungi mereka lagi.

******

"Nona Song?"
"Ne, oppa. Wae?"
"Anda sedang apa?"
"Aku sedang membuat pancake. Ayo duduk disitu."
Pagi itu sangat cerah dan hati Eunkyung sedang dalam suasana yang bagus. Ia berencana membuat sarapan ala amerika untuk orang yang ia sukai sekaligus pasien yang ia rawat.
Eunkyung menarik Junhong untuk duduk dimeja makan. Lalu menumpuk pancake yg ada diwajan ke piring dihadapan Junhong dan memberikan sirup mapple diatasnya. Tak lupa menuangkan segelas susu rasa pisang digelas kosong dihadapan Junhong. Pagi ini Eunkyung memberikan senyum termanis kepada Junhong karena pasien yang ia rawat selama ini sudah sembuh.
"Ayo makan." Kata Eunkyung sambil memperhatikan Junghong.
"Ne. Selamat makan." Ucap Junhong. Ia mulai memakan sarapan paginya.
"Nona Song, kau kenapa terus memperhatikan aku?"
"Tidak. Hanya saja aku merasa bangga dengan apa yang kulakukan pada pasienku." Katanya sambil terus memperhatikan Junhong dan menopang dagunya.
"Selamat atas keberhasilan anda nona Song. Aku mengucapkan banyak terimakasih padamu. Karena aku sekarang sudah sembuh."
"Tak perlu berterimakasih pun, tak apa. Asal pasienku sehat itu sudah cukup kurasa." Katanya sambil menunduk, menutupi wajahnya yang sendu.
"Rindu dengan oppa-oppamu yah?" Eunkyung yang mendengar pertanyaan itu matanya seketika membulat dan memberikan isyarat jawaban tidak dengan menggoyangkan kedua tangannya.
"Aniyo, aniyo. Jika aku mempertahankan mereka, kau tidak bisa hidup dengan tenang. Kau juga tidak akan bisa belajar mengenal rasa sakit dan sedih. Kau akan terus bergantung pada yg lain."
"Katakan saja kau rindu mereka. Kau kan orang yang paling sedih saat mereka pergi." Ucapan Junhong sangat tepat sasaran. Eunkyung yang sedang menikmati sarapannya langsung memberhentikan sarapan paginya. Ia sudah tak bisa menelan pancake dengan sirup green tea kesukaannya.
"Aku tak melarang kau rindu dengan mereka.." ucap Junhong lagi. Lalu Eunkyung memotong pembicaraan Junhong.
"Tapi aku hanya membutuhkan satu orang." Junhong menatap Eunkyung bingung, ia mencoba mencerna kata-kata Eunkyung.
"Satu orang saja cukup untuk memahami diri sendiri. Dan biarkan orang lain yang membantumu memahami orang seperti apa dirimu ini. Manusia adalah makhluk sosial bukan?"
Junhong hanya tersenyum disela ia memakan pancake buatan orang yang ia sukai.

Perasaannya saat ini sangat tenang. Penyakit DID yang ia derita sudah sembuh sepenuhnya berkat Eunkyung. Mereka berdua sama-sama berjuang untuk kesembuhan penyakit ini. Penyakit langka yang sangat membutuhkan kesabaran. Cinta, rasa sayang dan peduli sangat dibutuhkan dalam proses penyembuhan.

Masa lalu kelam yang dialami Junhong membuatnya harus bertahan dengan beberapa kepribadian yang menemaninya dalam kehidupannya sehari-hari. Namun Eunkyung menyakinkan Junhong bahwa semua beban dan masalah lebih baik dirasakan oleh diri sendiri dan orang lain.

Kepribadian yang ia buat memang sangat dibutuhkannya, seperti Yongguk yang terlihat sangat dewasa seperti ayahnya, Daehyun seorang berandalan namun baik hati, Himchan yang memiliki kepribadian seperti seorang ibu, Youngjae yang sangat maniak dengan teknologi, dan Jongup yang sangat menyukai dance. Semuanya sekarang telah menjadi satu kesatuan seperti sebuah air hujan yang mengalir dari gunung ke lembah dan bercabang ke berbagai sungai namun bertemu kembali saat di laut dan menjadi keindahan alam yang sangat disukai banyak orang.

******

Created by : Megu Megumi
Inspiration : Film Kill me heal me

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro