To VIXX You

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

"Eunkyung-ah, besok jangan sampai terlambat. Ingat!" ucap ketua produserku. Aku hanya menjawab dengan tangan yang memberikan tanda oke. Besok adalah hari perdana dimana tim kami akan syuting video musik untuk sebuah boygrup bernama VIXX. Nama yang cukup aneh bukan? Aku saja baru tahu ada nama boygrup seperti itu.

Namaku Song Eunkyung, dalam tim produksi kami, aku bertugas menjadi kameramen. Bukan pekerjaan mudah, asal kalian tahu. Tapi aku cukup menikmatinya karena ini adalah pekerjaan impianku kecuali dengan deadline dan embel-embel laporannya.

Akhir-akhir ini memang tim produksi kami sedang sibuk membantu proses pembuatan video musik. Menurut beberapa pengamat musik, video musik yang kami buat cukup menarik, mungkin karena itu pula akhirnya kami cukup sibuk karena banyak penawaran. Besok adalah hari yang cukup mendebarkan. 'Semangat!' ucapku menyemangati diri sendiri.

Keesokan harinya, saat semua sudah berkumpul di lokasi syuting, tim produksi dan tim manajemen dari boygroup saling mengenalkan diri masing-masing. Biasanya hal ini kami lakukan agar suasana lokasi syuting tidak canggung. Saat itu pula mataku tertuju pada pria yang kukenal, Kim Wonshik atau lebih dikenal dengan nama panggung Ravi berdiri dihadapanku dengan wajah cerianya.

"Annyeonghaseyo, sunbae!" ucap Ravi padaku dengan bersemangat. Aku tertegun dengan ucapannya, mataku sepertinya tak berhenti membulat. "A..annyeong, Kim Wonshik-sii." Ucapku. 'Bodoh, kenapa aku jadi terdengar gugup!' Rutukku dalam hati. "Ayolah, sunbae jangan memanggilku dengan formal." Ucapnya. Semua mata tertuju padaku, saat ia dengan santainya merangkulku. Lalu ia tersenyum dengan menyebalkan sekaligus manis. "Yeorobeun, perkenalkan. Eunkyung sunbae adalah sunbaeku ketika aku di SMP." Semua orang langsung menyambut pernyataan Wonshik dengan berbagai macam, ada yang tidak percaya dengan hal itu adapula yang dengan ramahnya ingin tahu kejadian apa saja yang pernah kami alami saat di smp.

Ada satu kejadian yang sangat ingin aku lupakan diantara aku dengan Wonshik, tepatnya 15 tahun yang lalu saat hari kelulusanku dan ia yang baru saja menjadi siswa baru. Arghhh! Kenapa pula harus kuingat lagi.

******

Proses perekaman video berjalan lancar, ada dua scene yang harus direkam yang pertama saat para member VIXX menari di panggung kaca dengan segala macam persiapan. Saat lagu diputar, perekaman video dimulai. Aku mulai fokus merekam dengan telinga yang ditutup earphone mendengarkan lagu sekaligus arahan dari produserku secara bersamaan. Saat perekaman, mata Wonshik selalu terfokus pada kamera. Lirik ini, tatapan dan senyumannya pada kamera terlihat sangat menyebalkan.

Proses perekaman tersisa satu lagi. Bagian Wonshik yang berada di ruang syuting individu, saat menyebalkan itu kembali menerpaku lagi. Rasanya hari ini aku tak bersemangat. Saat perekaman sampai dimana Wonshik menyanyikan part rap, ia seperti sedang menyinggungku.

Ini semua adalah mimpi, kan? (ya benar)

Sebuah pengalaman mengerikan di dalam mimpi yang mengerikan, tak peduli seberapa

banyak aku memberontak

Seseorang tetap membuatku jatuh tertidur

"Sunbae, maukah kau menjadi kekasihku?"tanya seorang anak laki-laki yang terlihat seperti siswa baru pada seniornya yang sedang merayakan hari kelulusannya. Tangannya mengulurkan buket bunga babybreath dan kotak coklat pada sunbae dihadapannya.

Dengan nyanyian magis

Jika setiap penjahat di dunia ini dikumpulkan

Mereka dapat memainkan kelakar buruk padaku, Oh! Tidak!

"Jeoseonghaeyo, nuguseyo?"

"Jeoseonghamnida, Kim Wonshik imnida. 1-1 imnida. Aku menyukai sunbae saat hari pertama masuk sekolah. Gieokhanda? Aku anak laki-laki yang sunbae tolong saat hari upacara penerimaan siswa." Ucap anak laki-laki. Gadis itu mencoba mengingatnya, namun respon selanjutnya hanya tersenyum mencemooh.

Aku berubah dari Putri Salju menjadi penyihir dalam satu malam

Sesuatu sudah pasti salah

"Ah.. kau si bocah recorder itu ya? Ah.. sebelumnya maafkan aku. Saat itu aku hanya membantumu karena kasihan, jangan dianggap berlebihan. Lagipula kau kan harusnya belajar dulu dengan baik. Mungkin suatu hari nanti kau akan bertemu dengan yang orang yang seharusnya cocok denganmu." Jawab gadis itu. Matanya memperhatikan style yg digunakan anak laki-laki dari ujung kaki sampai kepala. Teman-teman gadis itu mencoba menahan tawa mendengar kata-kata gadis itu. Mereka meremehkan anak laki-laki itu. "Tapi, mungkin aku akan mengambil bunga dan cokelatnya. Gamsahamnida, bye bye!" ucap gadis itu sambil berlalu pergi meninggalkan anak laki-laki yang masih mencoba mencerna kata-kata panjang yang diterimanya.

Ya, memang ada yang salah dengan dirimu. Sekarang seperti menjadi penjahat berwajah manis dihadapan semua orang kecuali aku. Orang yang tahu maksud dari semua sikapmu saat ini.

Wonshik dewasa sepertinya sudah paham dengan yang terjadi saat itu. Ia dipermainkan. Ia dijadikan taruhan. Ia dijadikan bahan cemoohan olehku dan teman-temanku yang lain. Tak ada niat untuk menjadikannya sebagai cemoohan orang. Hanya saja saat aku membantunya di hari pertama sekolah, teman-temanku yang lain mengatakan bahwa aku cocok dengannya. Rasa maluku lebih besar saat itu, bayangkan saja aku yang termasuk gadis yang memiliki banyak fans di sekolah digosipkan dengan anak laki-laki yang baru saja masuk smp, dandanannya yang terlihat seperti kutu buku dan selalu membawa alat musik recorder kemanapun. Apakah terlihat cocok? Tidak. Tapi entah sejak kapan pula aku mengaguminya, saat ia bermain musik, terlihat keren.

Waktu untuk perekaman selesai. Lalu seperti biasa para kru dan staff berkumpul untuk merayakan kerja keras hari ini. Saat itu pula aku melihat Wonshik dan teman-teman sesama grupnya memberikan minuman dingin pada semua anggota kru dan staff. Saat arah jalannya menuju padaku ia melewatiku begitu saja tanpa memberikan minuman dingin padaku, ia hanya berbisik. "Jika ingin mengambil jatahmu aku tunggu di balkon depan." Ia mengeluarkan smirknya. Kau tahu, rasanya aku ingin membunuhnya saat ini juga. 'Aku - tidak - akan - pergi - ke - balkon!' Ucapku dalam hati.

******

Setelah menyegarkan diri dengan minuman dingin dan makanan ringan, aku mulai merapikan peralatanku. Lalu ada tangan yang menarikku begitu saja, aku menengok kearah pemilik tangan tersebut. "Hyeong! Aku pinjam Eunkyung sunbae dulu." Teriak Wonshik kepada manajernya. Anggukan dan tatapan ngeri adalah jawaban dari sang manajer. "Ya! Kau mau apa? Seenaknya sekali kau menarik tanganku." Teriakku sambil terus melepaskan genggaman tangannya yang kuat. Lalu ia mendadak berhenti jalan, membuatku yang berada dibelakangnya menabrak lengannya. "Sudah kubilangkan! Aku - tunggu - di - balkon." Ucapnya dingin dan menatapku tajam. Lalu kami melanjutkan perjalanan kami menuju balkon.

"Diam disitu." Ucapnya dingin lalu pergi meninggalkanku. Saat ini aku tak bisa melakukan perlawanan, dia terlihat sangat menyeramkan. Terdengar suara semprotan diatas kepalaku. "Apa yang kau lakukan, Wonshik-sii?" Ia hanya kembali menyemprotkan betadine kepada kepalaku. "Aku tahu kau sedikit terbentur tadi. Kenapa memaksakan diri, hah?!" Terdengar nada khawatir dari mulutnya. Lalu ia memberikan kopi kaleng yang sudah dihangatkan untuk dipeluk oleh tanganku. "Kau yang lebih membutuhkan, paboya. Tanganmu kedinginan. Berapa lama kau ada diluar?" Ucapku. "Hitung saja sendiri! Berapa lama kau mengabaikanku." Jawabnya sarkas. Aku tertegun dengan jawabannya. "Mian.." kenapa suaraku terdengar bergetar sih? Eoh? Air apa ini? Kenapa pandanganku jadi buram?'

"Noona.." tanyanya khawatir.

"Mian, Wonshik-i. Hiks.. Maaf selama ini telah bersikap menyebalkan padamu. A.. aku.. hiks.. menyesal." Tangisanku tak bisa dihentikan begitu saja. Jika

"Gwaenchana, noona. Maafkan aku juga karena sudah dengan lancangnya menyatakan cinta padamu." Ucap Wonshik lalu menarikku kedalam pelukannya.

"Aku yang salah, Wonshik-i. Aku terlalu egois." Dia mengusap punggungku, mencoba meredakan tangisanku. Dan berkali-kali mengatakan 'tidak apa' . "Aku tersinggung dengan part rapp mu, tahu." Ucapku lagi. Terdengar tawa geli dari mulutnya. "Berarti aku tidak salah membuat lirik itu. Kau tersinggung dan aku suka moment selanjutnya. Contohnya seperti ini." Ucap Wonshik lalu semakin mengeratkan pelukannya. "Menggodaku eoh?" Ucapku sarkas. "Tidak, hanya ingin mengulang perkataanku 15 tahun yang lalu. Dan apakah aku akan dapat jawaban yang sama?" Tanyanya. Aku menggeleng "Saranghandago, Wonshik-i." Ucapku lalu mengeratkan pelukanku. "Ahh~ syukurlah. Tapi setelah ini kita akan kesulitan untuk kencan. Kau tahu kan aku sudah menjadi idol." Ucapnya. Kesal mendengar jawabannya, sesekali aku mencubit punggungnya. Ia hanya menghindar dengan tetap terus memelukku.

Jawaban dari kisah kami 15 tahun yang lalu adalah ini..

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro