Chapter 3

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Tiga bulan telah berlalu, semua pria di Yumenosaki Gakuen telah menerima kehadiran (name). Meski membutuhkan waktu yang sangat lama, namun (name) tak pernah menyesali tiga bulan itu dan kini sudah memasuki musim kedua. Ya, musim panas dan musim panas kali ini cukup membuat (name) bahagia lebih dari biasanya. Kenapa ? Kalian mungkin sudah tahu apa jawabannya. Dan ya, anak yang berasal dari keluarga terpandang biasanya akan jarang keluar rumah, terlebih hanya untuk liburan dengan teman-temannya. Mungkin lebih banyak anak yang bisa merasakan itu, tapi juga banyak yang tidak merasakannya. Orang tua yang over protective, selalu bepergian untuk bisnis, dan mengekang anaknya dalam rumah, itulah beberapa fakta yang ada.

"Hmmm ... Baiklah, kita harus memikirkan ini serius" ucap sang ketua kelas yang telah berdiri di hadapan seluruh isi kelas (name). "Dari angket kelas ini, hanya ada beberapa pilihan saja yang harus diambil untuk liburan kali ini" sahut Souma sembari memandangi selembar kertas dengan sangat serius. Namun (name) tak kalah serius. Jika Souma hanya memandangi saja, berbeda dengan (name) yang seperti orang sedang menyelesaikan persoalan matematika, fisika, ataupun kimia yang belum pernah ia temui. Tapi, bukan berarti (name) tidak mahir dalam pelajaran tersebut, hanya saja ini pengalaman pertama bagi (name) untuk pergi liburan dengan teman-temannya.

"Bagaimana jika kita pergi ke pantai saja. Disana kita bisa membuat barbeque. Dan aku tahu tentang resep barbeque yang lezat" usul Adonis. "Um, kurasa aku setuju hal itu" sahut Souma untuk kedua kalinya. "Hm, menurutku itu juga bagus. Tapi bagaimana yang lain, apa kalian ada pendapat lain ?" Ucap Hidaka yang mencoba meminta kepastian pada temannya. "Kurasa aku....."

"Iya, Akehoshi ?" Ucap Hokuto yang menunggu dengan serius. "Mengikuti saja" ucapnya dan disambut dengan tatapan Hidaka yang mencoba untuk menghancurkan tembok detik ini juga. Hidaka pun menghela nafas, "Baiklah, kelas kita akan memilih berlibur ke pantai untuk liburan musim panas ini. Bersiap-siap apabila hasil votingnya berbeda dari apa yang kita inginkan" jelas Hidaka yang kemudian pergi berlalu dengan kertas voting yang akan ia kumpulkan pada OSIS yang bertugas disana.

"Ada apa koneko-chan, saat melihat kertas itu... Rasanya kau seperti menganggapnya terlalu serius" ucap Natsume yang telah berdiri disamping meja (name). "Jujur, ini pengalaman pertamaku pergi berlibur dengan teman. Jadi ku tak tahu mana yang bagus atau tidak, dan.. maaf" jelas (name) sambil sedikit menundukkan kepalanya. "Bukan masalah besar, (name)-chan. Yang terpenting adalah kita bisa menikmati liburan kali ini ya kan, Ukki" hibur Subaru dengan cengkram khasnya dan yang bersangkutan pun menjawab dengan semangat. "Terima kasih, teman-teman" ucap (name) sambil menatap mereka dan menungging kan senyuman hangat yang membuat siapapun melihatnya menjadi tersipu. Namun, dihadapannya sekarang adalah pria. Seorang pria sebisa mungkin menyembunyikan rasa tersipunya dari wanita yang ia sukai.

Kini suasana menjadi canggung diantara mereka berempat yang diakibatkan oleh senyuman dari (name). "Baik, hasil telah diputuskan berdasarkan voting" suara Hokuto memecah kegaduhan kelas termasuk kecanggungan diantara mereka berempat, dan ya mereka bertiga berterima kasih kepada Hidaka karena telah datang tepat waktu. Jika tidak, mereka bertiga bisa semakin kaku akibat senyumannya. "Jadi, hasilnya ?" Tanya (name) dengan nada khawatir.

Tampang Hokuto sedikit berpikir untuk menyampaikan kata yang pas dan itu semakin membuat (name) tidak sabar untuk mengetahui hasilnya. "Cepatlah Hokke" sahut Subaru yang tidak ingin membuat (name) menunggu jawaban dengan kondisi seperti itu, tapi bukan hanya (name) yang penasaran, melainkan satu kelas pun merasakan hal yang sama. "Hasilnya adalah pantai, bukan ?" Celetuk Natsume dengan santai. "Apa benar, Hokuto ?" Sambung (name) dengan tatapan penuh harapan.

"Iya, satu sekolah akan berlibur ke pantai dan mengenai lokasi tidak perlu di khawatirkan, ketua OSIS akan mengurus segalanya" jelas Hokuto dan hasil itu membuat seluruh isi kelas gaduh sekaligus langsung menjadi sebuah diskusi baru tentang hal yang akan mereka lakukan disana.

*****

Seminggu setelah pengumuman liburan, kini hal itupun terwujud dan (name) sedang melakukan perjalanan ke sekolah dengan segala perbekalan yang sudah disiapkan oleh para maid nya. Awalnya, para maid nya sangat mengkhawatirkan kondisi (name) disana yang nantinya akan sendirian tanpa pengawasan mereka sehingga mereka membawa perbekalan yang cukup banyak dan (name) berusaha menenangkan kekhawatiran para maid nya. Walaupun berhasil, tetap saja (name) membawa banyak makanan, minuman, serta pakaian berbagai tipe.

Sesampainya disana, tiga bus sudah menunggu tepat di gerbang sekolah. "Maaf, ku sedikit terlambat" ucap (name) dengan rasa bersalah dan Hokuto pun melihat jam yang melingkar ditangannya, "Belum terlambat, (name)" ucapnya dengan tatapan serius namun membuat (name) sedikit tercengang. "Ada apa ?" Ucapnya lagi dan membuat (name) sedikit gugup. "Itu... Itu pertama kalinya Hokuto memanggilku dengan namaku. Terima kasih" ucap (name) dengan senyuman tulus yang sedikit berhasil menghancurkan bongkahan es di hati pria dihadapannya.

"Maaf menginterupsi nona, tapi ini akan ditaruh dimana ?"

"Taruh saja dibagasi belakang bus" ucap Hokuto dengan cepat dan para maid pun langsung melakukan pekerjaannya. Tak butuh waktu lama memang, soalnya maid yang ikut saat ini setara dengan jumlah barang bawaan yang dibawa (name). "Terima kasih banyak atas bantuannya" ucap (name) sambil sedikit membungkuk pada para maid yang disaksikan oleh seluruh murid serta guru yang ada disana. "Tidak perlu nona, ini sudah kewajiban kami untuk membantu nona" jelas salah satu maid dengan sangat hormat pada (name). "Dan nona, tolong jaga kesehatan selama disana dan kalian pada laki laki... Kami mohon untuk menjaga nona. Jangan sampai terjadi apa apa pada nona kami" ucap Hakage sambil membungkukkan badannya hormat.

"Tentu saja ! Itu sudah kewajiban kami sebagai lelaki untuk melindungi wanita ! (Name) senpai akan baik baik saja selama kami disekitarnya !" Ucap Tetora dengan penuh semangat. "Sekarang sudah waktunya berangkat" ucap Hokuto sambil menepuk pundak (name) dan terbalas dengan anggukan kecil. "Aku pergi dulu Hakage-san, semuanya" pamit (name) yang kemudian mulai memasuki bus yang bertuliskan 2nd Class. "Hati-hati di jalan, nona" sahut Hakage dan para maid yang ditinggalkan oleh (name).

*****

Selama perjalanan, bus yang ditumpangi oleh (name) dan teman kelas 2 nya cukup ramai namun ada beberapa yang diam saja. Untuk kali ini saja, (name) terlihat sangat bahagia. Ia terus menerus menatap keluar jendela bus dengan tatapan yang sangat antusias.

"Ini pertama kalinya (name)-san pergi ya ?"

"Iya" jawab (name) senang. "Aa... Hidaka sensei, awal kedatangan sensei kemari itu... Sensei berasal dari Reimei Academy... Bukan ?" Ucap (name) dengan berhati-hati. "Iya, ada apa (name)-san ? Ah~ apa (name)-san ingin menanyakan tentang Hiyori Tomoe ?" Tanya guru pendamping disebelahnya dan dijawab dengan anggukan serta tatapan penuh harapan. Lalu Hidaka sensei mendekatkan kepalanya ke telinga (name) dan sukses mendapat tatapan horor, iri, dan temprament yang cukup panas yang mampu mengalahkan dinginnya AC bus.

Setelahnya (name) sangat terkejut atas apa yang dikatakan oleh Hidaka sensei bahkan iapun sampai tak sanggup berkata apapun.

"(Name), apa yang dia katakan padamu ?"

"Eh ? Ah ?" Ucap (name) dengan tatapan bingung dan Hokuto pun bergeleng pelan atas jawaban (name) yang aneh. Seperti ada hal yang dirahasiakan atau suatu hal yang benar benar tidak (name) mengerti. "Pindah dan duduklah sebelah Isara, (name)" titah Hokuto dengan tatapan yang lebih dingin, membuat (name) harus berpindah secepatnya.

(Name) berjalan pelan-pelan sambil memegang bangku demi bangku hingga tiba di bangku paling belakang, tepat dekat jendela dan disebelah Isara Mao. "Um.. apa aku boleh duduk disebelah mu, Mao ?" Tanya (name) malu malu dan tentu saja itu membuat Mao bingung akan sikap (name) tapi disatu sisi Mao merasa wajar. Karena (name) satu satunya gadis disini dan meminta ijin pada seorang pria mungkin itu membuat seorang wanita malu malu walupun itu teman nya sendiri.

"Silakan, (name). Tidak perlu sungkan" ucap Mao yang mempersilakan tempat kosong disebelahnya dan dengan segera (Name) duduk ditempat itu. "Jadi, Hokuto menyuruhmu pindah ?" Tanya Mao yang melihat keanehan dengan kepindahan (name). "Um, padahal... sensei hanya bilang jika temanku juga akan ada disana" ucap (name) dengan tatapan yang amat polos dan membuat Mao sweatdrop. "Mungkin, Hokuto hanya ingin (name) tetap polos. Bukan, bukan hanya dia... Mungkin kita semua" jelas Mao dan membuat (name) semakin menatap polos. "A ah, bukan apa apa. Mari kita nikmati saja perjalanannya" ucap Mao yang disambut oleh anggukan kecil dari (name).

"Tes tes mik mik mik Mika !!!! Dipanggil tidak dengar"

Dan yang dipanggil pun sangat terkejut sampai sedikit loncat dari bangku. "Aku ? Ada apa ?" Tanya yang bersangkutan. "Tidak apa apa, hanya mengetes ini mik" ucap Subaru dengan cengiran dan tanpa rasa bersalah. Lalu yang terjadi adalah Mika sedikit marah dan Mao hanya bisa menghela nafas melihat tingkah teman satu unitnya. "Teman-teman, kali ini kita akan berkaraoke. Tapi............ Karena suara kita sudah mainstream, bagaimana jika (name) saja yang bernyanyi" saran Subaru dengan tatapan yang berbinar binar.

"Hei (name)-chan, ayolah menyanyi. Kami ingin mendengar suara umurmu" sahut Arashi dengan ekspresi yang sangat gemas pada (name). "Oi (name), tunjukkan suaramu" timpal Koga dengan nada tidak sabaran. Dan (name) menatap Mao untuk meminta persetujuan karena menurutnya, Mao adalah satu satunya teman yang mempunyai tingkat kenyamanan seperti Tomoe. "Um, menyanyilah (name)" ucap Mao. Lalu (name) menerima mik dari Subaru dan mulai menyanyikan sebuah lagu. Dan kini musik intro pun dimulai hingga (name) menyanyikan liriknya

Dirimu duduk memeluk lutut di pinggiran geladak
Menghitung banyaknya ombak datang mendekat
Diriku ada disampingmu seakan mau mengganggu
Saat sengaja ajak bicara
Kau memukul bahuku

Laut yang sangatlah biru
Menyerupai kasih sayang
Yang mengajari suatu arti
Dari keabadian

Maafkan summer
Menyilaukan saat tatap wajahmu dari samping
Dalam hatiku ingin menyentuhmu lembut, keisenganku saja

Maafkan summer
Cinta ini meskipun hanya teman terasa sedih
Hanya angin laut yang sejak dari dulu
bertiup menujumu
Maafkan Summer



To be continued

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro