Chapter 5

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Perjalanan selanjutnya dilakukan dengan suasana yang cukup akward. Mengingat ada kejadian yang kurang mengenakkan diantara mereka, sementara yang bersangkutan kini duduk termenung menatap lurus luar jendela, seolah olah ia ingin mengerti tentang kejadian tersebut.

"Mao-kun, menurutmu...apa aku gadis murahan ?" Tanya (name) dengan tatapan yang sedikit sulit dijelaskan. "Memangnya apa itu gadis murahan ?" Sambungnya lagi. Mao hanya bisa diam mendengar pertanyaan (name). "Mao-kun ?" Panggilnya.

"Hey, (name). Sebaiknya jangan pikirkan perkataan orang itu, terlalu merepotkan" timpal Ritsu dengan kondisi setengah mengantuk. "Tapi... Apa kau ingin tahu apa itu gadis murahan ?" Sambung ritsu yang kini melirik (name) dengan tatapan serius dan berbalas dengan tatapan yang penuh rasa ingin tahu. "A-aa, sudahlah itu bukan hal yang penting. Karena yang paling penting adalah (name) telah menjadi produser yang baik" sela Mao sambil menepuk pelan kepala (name) yang membuat (name) semakin menggemaskan untuk dilihat.

"Maa-kun~, aku juga mau" ucap Ritsu. "Ritsu..." ucap Mao yang sweatdrop melihat teman masa kecilnya. "Ayolah, Maa-kun~" ucap Ritsu dengan sedikit kemanjaan yang membuat (name) ikut sweatdrop di tempat. Hingga sebuah tikungan tajam membuat (name) yang tak siap menjadi terdorong kearah Mao dan membuat jarak wajah Mao dengan (name) hanya berjarak 5 cm saja.

"(Name), apa kau... Isara-dono apa yang kau lakukan dengan (name) ?"

Suara itu membuat mereka berdua bergerak saling berjauhan sedikit dengan wajah mereka berdua yang memerah dan hati yang berdebar-debar. "Isara-dono, jika macam-macam dengan (name), pedangku tak segan segan menciummu" ancam Souma yang duduk disebelah Ritsu. Sementara Ritsu, ia bersikap seolah tidak peduli, padahal jauh di lubuk hatinya, ia ingin bertukar tempat dengan Mao.

*****

Untuk saat ini, suasana bus 2 cukup hening yang dikarenakan para siswa sudah pergi ke alam mimpi. Tak terkecuali Mao dan sang guru pendamping yang terus mengawasi kondisi sekitar yang cukup macet. Tidak ada kebosanan dan rasa kantuk yang melanda. Karena bagi Mao, kondisi aman dan nyaman untuk teman-temannya adalah yang paling utama.

Hingga tanpa sadar, (name) yang telah tertidur lelap pun bersandar di bahunya yang membuat Mao melihat wajah tidur (name) yang cukup indah. Bola mata indah tertutup kelopak mata, bibir mungil berwarna pink bunga sakura, pipi tembam dan rambut yang terurai membuat Mao terus menerus mencuri pandangan padanya.

Perlahan namun pasti, Mao mencoba menyentuh dan mengelus pipi (name) hingga bibirnya membentuk kurva yang cukup manis yang mampu membuat para penggemarnya pingsan ditempat jika melihatnya. (Name) sedikit bergerak pelan saat Mao mengelus pipinya dan saat itu pula Mao berhenti melakukannya.

*****

Berkat macet yang parah, mereka sampai di hotel pun memakan waktu yang cukup lama dan perjalanan yang seharusnya ditempuh dengan waktu 7 jam, kini harus ditempuh dengan 12 jam. Lalu, tepat pukul 20.00 mereka baru tiba di penginapan.

Mereka bersiap-siap dan memeriksa apakah ada barang yang tertinggal atau tidak di bus tersebut hingga satu persatu dari mereka turun. Dan tepat digiliran paling terakhir, (name) masih sangat mengantuk. (Name) pun berjalan dengan dengan amat pelan. Hingga tibanya pada tangga bus, ia tidak berhati-hati dalam pijakannya hingga membuat kakinya terkilir dan jatuh ke tanah.

Para lelaki yang melihat kejadian itu sontak menghampiri (name) dan beberapa dari mereka berusaha memaksa petugas penginapan yang telah dipesan untuk memberikan kunci hotel milik (name). Sempat terjadi cekcok kecil diantara siswa dan petugas, namun saat para guru datang dan menjelaskan segalanya, petugaspun langsung memberikan kuncinya.

Disisi lain, sang ketua kelas 2A telah menggendong (name) yang meremas kuat blazer nya karena rasa yang amat sakit pada persendian kakinya. Setelah ia diberitahu oleh Mika jika mereka telah mendapat kunci, dengan segera Hokuto membawa dan meletakkan (name) di ranjangnya lalu membiarkan Sagami sensei yang menanganinya.

*****

"(Name), mengapa kau murung ?" Ucap pria disamping (name) dengan surai coklat dan surai biru disampingnya. Namun (name) membalas dengan helaan nafas panjang, "Aku akan pergi ke Amerika malam ini".

Sontak dua pria kecil dihadapannya sangat terkejut. "(Name), kau becanda kan ?" Tanya pria bersurai coklat itu dan dibalas gelengan ringan dari pria disebelahnya. "Sepertinya (name) berkata jujur" ucapnya polos. "Um... Kalau begitu" pria bersurai coklat itu menggantungkan perkataannya dan menggenggam erat tangan (name).

"Berjanjilah bahwa kau akan pulang dan menikahi salah satu dari kami" ucapnya dengan senyuman lebar. "Um! Aku berjanji !!!" Ucap (name) dengan penuh semangat.

Setelahnya (name) seperti merasakan adanya cahaya yang berusaha menembus matanya. Ia pun membuka mata dan mendapati semua yang ada dipikirannya hanya mimpi, namun itu terasa nyata baginya. Iapun duduk sembari memikirkan tentang dua pria kecil yang bersamanya saat itu dan ia juga mengira-ira apakah ia terkena amnesia atau tidak hingga melupakan hal yang menurutnya penting.

"(Name), apa kau baik baik saja ?"

(Name) pun melihat kearah jendela yang menampakkan sinar matahari telah menyapa ruangannya. "Um, aku hanya sedikit merasa sakit pada kakiku" jelas (name) sembari mengatur jumlah cahaya yang masuk ke matanya.

Kini orang yang berdiri tepat di depan jendela itu berpindah duduk di tepi kasur (name) lalu mengelus surai (name) dengan sebuah senyuman. "Kalau begitu, bisakah kau berjalan ? Karena pagi ini ada pembagian jadwal kegiatan" ucapnya. "Mungkin" ucap (name) yang telah merubah posisi duduknya tepat disamping pria itu dan mulai berjalan pelan.

"Hati-hati" ucapnya sambil menggenggam tangan (name), menjaga agar (name) tidak terjatuh. (Name) pun berjalan pelan namun pasti sambil menahan rasa sakitnya hingga ia mulai terbiasa untuk berjalan lagi. "Arigatou, Madara-san" ucap (name) sambil tersenyum.

"Nah, begitu ! Dimana ada Mama, disitu ada keceriaan. Baiklah, kalau begitu cepatlah bersiap dan turunlah agar yang lain tidak begitu lama menunggu" ucap Madara yang kemudian pergi meninggalkan (name) sendiri dan sekarang (name) mulai melakukan hal yang sesuai dengan Madara katakan, ya... Bersiap untuk memulai hari atau lebih tepatnya liburan bersama teman.

*****

Kini (name) pun tengah berjalan menuruni anak tangga hingga tiba di lobi, (name) membuat semua lelaki disana tertegun. Bagaimana tidak, (name) mengenakan kemeja putih polos yang besar dan bagian bawahnya ia ikat lengkap dengan celana jeans pendek serta rambutnya tergerai bak model papan atas.

Karena (name) tidak tahu jika para pria itu sedang mengagumi keindahan dirinya, maka (name) hanya bisa melihat kanan dan kirinya. "Apa... Ada yang aneh dariku ?" Tanya (name) polos.

"Aaa tidak, tidak kok (name)" ucap Chiaki yang berusaha menutupi rona merah di wajahnya dan (name) pun menatap kearah pria yang lainnya hingga suatu tawaan ringan terdengar. "Kau selalu sempurna, (name). Hari ini kau sangat cantik sekali" ucap Eichi sembari mengecup punggung tangan (name) dan membuat (name) sedikit gugup. "B- begitu yaa... T- terima kasih" balas (name) yang tak memperhatikan tatapan iri dari pria lainnya.

Setelahnya, Eichi mempersilakan (name) untuk duduk dan (name) pun memilih duduk disebelah Hajime. Awalnya, (name) hanya memberikan senyuman pada Hajime. Namun karena mereka sudah seperti adik kakak, jadi (name) tak ragu untuk menepuk atau mengelus surai Hajime hingga mencubit pipi Hajime yang dikarenakan obrolan yang mereka buat.

Sebuah dehaman kecil membuat mereka menghentikan aktifitas mengobrol mereka dan mereka pun mulai membicarakan hal yang akan mereka lakukan. Selain itu, tak sedikit pula dari mereka yang sesekali membicarakan dampak yang terjadi pada (name) jika kegiatan itu dilakukan.

Dan tak butuh waktu lama untuk mereka berdiskusi, kini mereka pun membagi tugas. Terutama (name), Adonis, Arashi, Koga, dan Keito bertugas untuk belanja kebutuhan pesta nanti malam.

Di perjalanan, mereka tak banyak bicara yang dikarenakan sang wakil ketua OSIS yang cukup galak atau lebih tepatnya tegas itu bisa bisa menghabisi nyawa mereka dengan sekali hukuman saja.

*****


Waktu sudah menjelang sore hari, beberapa dari mereka asik bermain voli pantai, bersantai, berenang, dan lainnya. Termasuk (name) yang berjalan dipinggir pantai dengan Kanata.

Sinar matahari yang cukup hangat membuat siapapun yang merasakannya ingin segera masuk ke air yang dingin itu dan itupun dilakukan oleh Kanata dan (name). Kanata mampu mengapung di jarak 3meter dari bibir pantai, sementara (name) mampu berenang lebih jauh dibanding kemampuan Kanata. Dan dari sini dapat kita lihat, siapa yang ikan sungguhan dan siapa yang ikan tiruan.

"(Name), ini sangat menyenangkan ya" ucap Kanata, namun tak ada jawaban dari yang bersangkutan. "Hm ? (Name)?" Ulangnya namun tetap tak ada jawaban. Kanata pun kembali ke daratan untuk memastikan jika (name) memang sudah kembali, namun nihil. (Name) belum kembali seperti yang ia kira.

Tanpa berfikir panjang, unit Undead langsung memasuki lautan pantai untuk mencari dimana (name) tenggelam tanpa bantuan apapun. Adonis mencari di sekitar timur, Kaoru Utara, Rei tenggara, dan Koga timur laut. Mereka sesekali kembali ke permukaan untuk mengambil nafas dengan sebuah harapan, "(Name) ! Bertahanlah !".

Hingga orang bersurai hijau daun muda pun hadir dengan tak wajar menuju daratan."(Name) !" Teriak mereka serentak sesaat setelah pria itu kembali, bahkan Undead pun kembali dari pencariannya.

Dengan segera, Yuzuru langsung menekan dada (name) dengan tujuan agar air dalam paru-parunya keluar dan berakhir pada sebuah kenihilan. "Salah satu dari kita harus memberikan nafas buatan" ucap Yuzuru sambil menatap serius teman bahkan kakak kelasnya.

"Aku saja" ucap Kaoru yang disambut dengan sebuah death glare dari semua pria disana, kecuali pria berdurasi orange yang sedang asik menulis not balok di pasir. "Agar adil, biar aku saja yang melakukannya" ucap Eichi dengan rasa percaya diri yang tidak biasa. "Tidak boleh, kalian harus mengalah dengan anak kecil" ucap Tori sambil cemberut.


Mereka sangat sibuk menentukan siapa yang akan memberikan nafas buatan pada gadis itu hingga melupakan satu pria yang telah bosan bermain notasi balok pada pasir. "(Name)... (Name) ayo main, ayo. Aku bosan. (Name) kau harus lihat lagu baruku. Ayo bangun" ucap Leo sambil menggoyangkan tubuh (name) tanpa henti.

Batuk, itulah yang pertama kali terdengar oleh para pria yang sedang bergerombol. "Whahahahahahahaha (Name), ayo kita lihat musikku" ucap Leo dengan rasa tidak sabar. "Sasuga Leader" ucap Suou yang menyadari bahwa ketuanya telah menyadarkan (name) dengan bangga dan berlinang air mata bahagia. "Kau tak pernah membuatku bosan ya, Tsukinaga Leo" ucap Eichi dengan rasa iri atau bahkan bisa dikatakan bahwa ia cemburu besar pada ketua satu ini.

"Whahahahahahaha tentu saja, karena aku cerdas" ucapnya dengan bangga. "Bagaimana kau melakukannya, Leo-kun !?" Tanya Sena dengan penekanan. "Eh ? Melakukan ? Aku hanya ingin mengajak (name) melihat musikku" ucap Leo yang kemudian menarik lengan (name) tanpa melihat kondisi (name) yang tengah lemah.

"Tsukinaga Leo" ucap Kiryu sambil merangkul pria yang ia panggil, kemudian berbicara ringan. Sementara pria lain berusaha melepaskan (name) dari genggaman Leo dan membawa nya secepat mungkin ke rumah sakit terdekat.


To be continued

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro