Chapter 7

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Pagi ini, semua suami (name) telah sibuk. Bahkan mereka tak memiliki waktu luang untuk (name) sedikitpun. Walaupun begitu (name) tak bisa menuntut mereka, karena ia pun tahu jika menjadi suami dengan gelar seorang 'idola' itu tidak mudah.

Seperti salah satu suami (name), Himemiya Tori. Ia selalu mengeluh padanya saat pekerjaan semakin menumpuk dan dirinya belum mempersiapkan apapun. Bahkan ia semakin stress apabila (name) mencegahnya untuk melimpahkan segala pekerjaan itu pada Yuzuru. Bahkan (name) tak menyangka jika sampai umurnya sedewasa ini, Tori masih memiliki ketergantungan pada Yuzuru.

"Tidak mau, aku maunya Tori yang beli sendiri! Bukan Yuzuru ataupun yang lainnya!!" Amuk (name) di pagi hari. "Tidak bisa, Yuzuru saja. Aku tidak mau" ucap Tori yang membuat (name) semakin kesal. Hingga saking kesalnya, iapun langsung mengunci diri di kamar dan tak membiarkan satu suaminya masuk ke wilayahnya.

"Kau sih, Tori. Bisa-bisa bayi yang ada di kandungan (name) gugur lho" sahut Hinata dengan ringannya. "Iya lho. Nanti Rei, Eichi, Suou bisa marah besar padamu. Terutama Eichi dan Rei. Ih, kalau aku sih lebih baik menuruti permintaan (name)" sambung Yuuta yang terkesan seperti memanas-manasi perkelahian diantara (name) dan Tori.

"Bukan urusanku. Lagipula itu bukan bayiku" ucap Tori dengan angkuhnya, tapi tak seangkuh Eichi dan Rei. "Baiklah, kalau kau mau dimarahi oleh Suou" balas Hinata sambil menunjuk dimana Suou berada.

Melihat Suou, Tori langsung menggembungkan pipinya dan bersikap semakin tak peduli. Karena baginya, Suou adalah musuh abadinya dalam mendapatkan perhatian (name). Bukan hanya perhatian, bisa dibilang mereka saingan dalam berbagai hal untuk (name) yang pada akhirnya, ia selalu meminta bantuan Eichi serta Yuzuru untuk mensukseskan idenya.

Namun kali ini tidak, yang menetap di rumah ini hanya Hinata, Yuuta, Suou, dirinya, serta (name) dan maid.

"Ada apa ? Tadi kudengar, onee-sama sepertinya marah. Apa terjadi sesuatu ?" Tanya Suou dengan raut wajah bingung. Hinata dan Yuuta pun menjawab pertanyaan dengan melirik pria bersurai merah muda yang berada tak jauh dari mereka.

"Jangan melihatku dengan tatapan itu !" Bentak Tori. Bukannya takut, Suou hanya menatap Tori dengan tatapan marah.

"Sepertinya ini akan seru" bisik Hinata yang dibalas anggukan oleh Yuuta. "Aku ingin lihat bagaimana reaksinya" sahut Yuuta dengan tawa kecil.

"Tori, apa yang kau perbuat hingga onee-sama seperti itu ?" Tanya Suou dengan tatapan yang tak berubah. "Bukan urusanmu" jawabnya sambil membuang muka.

"Kau tahu, kau seharusnya tidak menentang onee-sama. Kasihan onee-sama yang terus kau repotkan" ucap Suou dengan nada yang sebisa mungkin menahan amarahnya. "Dan kau juga sudah dewasa, seharusnya kau mampu membuat onee-sama senang" sambungnya.

Mendengar hal itu membuat telinga Tori panas, iapun langsung pergi meninggalkan tiga temannya di lantai satu dan pergi menuju kamar (name) yang terletak di lantai tiga. Sesampainya disana, ia mengetuk pelan pintu kamar (name).

"Hei (name), keluarlah. Aku minta maaf" ucap Tori dari balik pintu. "(Name), apakah kau masih menginginkan mawar itu ? Akan ku belikan sekarang. Ayolah (name), keluarlah" ucap Tori. Namun hasilnya nihil, (name) sama sekali tak ingin menyahut atau membiarkannya mendengar suara indah itu. Karena putus asa serta merasa bersalah, iapun memutuskan kembali ke kamarnya daripada ia harus berurusan dengan tiga temannya yang tidak bisa diajak kompromi.

*****

Kini, sang bulan telah duduk di singgasananya. Menyapa para makhluk kesayangannya yang tengah berlalu lalang di dunia ini.

"Tadaima" ucap seluruh suami (name) secara serempak. "Okaeri" ucap tiga suami (name) yang berada di rumah, kecuali Tori. Ia memilih diam saja kali ini.

"(Name)!!! Aku bawakan makanan... Eh ? Dimana (name) ?" Tanya Subaru yang melihat (name) tidak ada di ruang keluarga. Mao yang mengerti situasi, langsung pergi menghampiri kamar (name).

"Apa terjadi sesuatu, Tori ? Hinata ? Yuuta ? Suou ?" Tanya Eichi dengan tatapan mengintimidasi. "Jawabannya jelas iya" ucap Hinata dan Yuuta bersamaan.

Kini tatapan Eichi pun beralih pada Suou. "He !? Tidak mungkin Suou seperti itu, mungkin orang yang didekatmu yang seperti itu" bela Leo sebelum Suou angkat bicara. Dan dengan segera, Eichi melirik Tori yang sedari tadi diam.

Ya, memang bukan gelagat Tori. Tori tak tinggal diam jika Eichi pulang, biasanya ia akan menanyakan hal yang sering ditanyakan (name) padanya.

"Puka~ puka~ lebih baik dinginkan kepala terlebih dahulu, agar tidak terjadi pertengkaran" sela Kanata dengan senyuman yang senantiasa menghiasi wajahnya. "Kali ini kau benar, tapi Tori..."

"SELAMAT ULANG TAHUN !!!"

Ucap mereka secara bersamaan. Dan membuat yang bersangkutan bingung untuk memasang ekspresi apa. Namun saat ia melihat (name) datang dengan kue ulang tahun yang terbilang cukup besar, ia pun langsung menangis dan memeluk (name).

"Seperti ibu dan anak saja" sindir Koga. "Wanko, jika kau ingin maka... Aku akan memelukmu juga" ucap Rei dengan santainya dan mendapat garis penolakan keras olehnya.

"Nah, sekarang berdoa lalu tiup lilinnya" ucap (name) dengan lembutnya dan Tori pun melakukan apa yang (name) katakan. Tak butuh waktu lama untuk meniup semua lilinnya, karena Tori telah terbiasa akan hal ini.

"(Name), apa kau masih marah padaku ?" Tanya Tori dengan tatapan bersalah. Melihat hal itu, (name) langsung tertawa tak henti-hentinya. Karena ia jarang melihat Tori seperti itu. Dan nada itu, nada itu sangat imut jika diucapkan olehnya. "Onee-sama tidak marah, tidak akan pernah marah" jawab Suou sambil tersenyum.

"AMAZINGGU!!! aktingmu sungguh indah, my princess" puji Wataru sambil memberikan mawar merah untuk (name). "Diam kau, topeng aneh" ucap Tori yang sangat kesal karena merasa ditipu. "Naskahmu sangat bagus, Wataru. Lain kali buatkan untuk yang lain juga" ucap (name) disela-sela tawanya.

"Tuan muda, (name) sebenarnya hanya ingin bilang agar tuan muda mulai mandiri dari sekarang" ucap Yuzuru sambil tersenyum.

*****

Pesta ulang tahun Tori telah berakhir dengan dramatis, dimana Tori lebih banyak menangis daripada membuat usil yang lain. "Idemu sangat bagus untuknya, (name)" puji pria bersurai hijau lumut sambil melepas kemejanya. "Tentu saja, Keito. Karena ku sudah lama ingin bicara seperti itu padanya" ucap (name) yang masih tersenyum mengingat kejadian tadi.

Kemudian sebuah tangan melingkar di pinggang (name) serta deru nafas yang dapat (name) rasakan dengan jelas ditelinganya. "Bagaimana denganku ? Akan ku perlakukan dengan hati-hati" goda Keito yang sukses membuat (name) memerah dan canggung.

Bahkan (name) baru ingat jika yang terakhir kali menggodanya ialah Rei. Tapi kali ini, (name) pun baru mengetahui jika Keito bisa meminta jatah dengan cara seperti ini dengannya.

"Y ya... Baiklah" ucap (name) yang menyetujui godaan Keito dengan malu-malu.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro