Chapter 8

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Tak lama setelah kepergian suaminya, (name) merasa kesepian. Bahkan para maid pun tidak mengijinkan nya untuk melakukan sesuatu yang berkaitan dengan pekerjaan rumah seperti biasanya.

Kini (name) hanya bisa berjalan-jalan di taman depan mansion nya sambil menikmati udara pagi. Sungguh, tak ada yang bisa mengalahkan suasana pagi yang sangat tenang.

Namun itu tak berlangsung lama, karena seorang gadis bersurai blonde datang dengan memanggil nama salah satu suaminya, Hakaze Kaoru. (Name) pun menghampirinya dengan tergesa-gesa.

"Maid, tolong panggilkan Hakaze Kaoru" ucapnya dengan nada yang sangat marah. (Name) pun menanggapi nya dengan sebuah senyuman, "Mari, silahkan masuk terlebih dahulu" ucapnya dengan ramah dan ia langsung mengantar wanita itu kedalam mansion nya.

Sesampainya disana, (name) langsung meminta maid untuk menyediakan jus jambu untuk mereka.

"Kenapa kau duduk disini ? Dimana Kaoru?" Ucapnya dengan tidak sabaran. "Kaoru sudah berangkat kerja sedari tadi. Kalau boleh tahu, Anda siapa ya ?" Tanya (name) dengan ramah.

"Saya kekasihnya Kaoru, Angelina Michelle. Kau siapa ?" Jawabnya dengan sakaristik. "Saya istrinya" jawab (name) tanpa ada kemarahan sedikit pun. "Oh, istrinya. Senang bertemu denganmu" ucapnya tanpa ada rasa bersalah sedikitpun. "Kalau begitu, nanti jika kau bertemu dengannya lagi. Tolong sampaikan, jika aku sudah ada di Jepang dan keluargaku juga sudah menunggunya" sambungnya dengan angkuh dan pergi begitu saja.

Sungguh, (name) tak mengerti apa yang dilakukan suaminya satu ini diluar sana. Pasalnya, ia tak pernah menceritakan apa dan dimana ia pergi serta tak menceritakan apa yang ia lakukan disana. Dan (name) pun tak terkejut bila ini akan terjadi pada dirinya, karena ia telah mengingat pesan nenek Hokuto ditambah dengan prediksinya sedari awal menikah.

*****

Malam telah tiba, kini suami (name) telah pulang dan (name) menyambut nya seperti biasa. Hingga makan malam pun berlangsung seperti biasa hingga mereka berkumpul di ruang keluarga. Melepas penat setelah seharian bekerja.

"(Name), kenapa kau murung ?" Tanya Subaru dan (name) menjawab dengan sebuah gelengan. "Kalau ada sesuatu yang menggangu mu, katakan saja. Tidak akan mengganggu kami pula" ucap Mao dengan nada meyakinkan (name) jika semua akan baik-baik saja.

(Name) mengedarkan pandangannya keseluruh suaminya untuk mendapatkan suatu jawaban. Setelahnya, (name) mulai menghela nafas pelan untuk menenangkan dirinya.

"Tadi pagi, kekasih Kaoru kemari. Ia serta keluarganya ingin bertemu dengan Kaoru" ucap (name) dengan sabar walaupun hatinya tersayat untuk kedua kalinya. "Kekasih ?" Tanya Mademoisselle. "Ck, kali ini apa yang kau perbuat hah !?" Ucap Koga dengan nada kesalnya.

"(Name), bukan maksudku untuk menyakitimu. Aku hanya bersiap mencari pengganti disaat kau akan pergi begitu saja" jawab Kaoru ringan dan membuat (name) terhenyak secara tak langsung, serta membuat para suami (name) yang lain menatapnya tajam. "Hanya bercanda" sambungnya.

"Seharusnya kau..."

"Diam" ucap (name) yang memotong pembicaraan Koga. (Name) pun beranjak dari singgasananya dan menatap Kaoru lembut. "Tak apa, aku tidak marah. Besok, temuilah dia. Kasihan dia, telah jauh-jauh kemari untuk menemuimu" ucap (name) sambil membendung air matanya dan meninggalkan mereka.

(Name) segera menuju kamarnya dan berkemas. Akal pikiran tak sehat sedang memenuhi isi pikirannya, ia tak mau dianggap pengganggu jika Kaoru telah menikah lagi nantinya. Dan setelah itu, (name) langsung mengangkat kakinya dari mansion mewah itu.

Ia sempat diberhentikan oleh semua suaminya, namun ia tetap bersikeras untuk meninggalkan tempat ini untuk sementara waktu. Tentu saja, wanita mana yang kuat melihatnya. Walaupun ia telah memiliki dan telah siap menerima resiko sedari awal, namun jika suaminya berkata lain maka ia tetap tak kuat.

Sakit, hatinya sangat sakit. Bahkan rasa sakit itu melebihi rasa sakitnya saat melihat Shu yang selalu berduaan dengan Mademoisselle.

Beruntung saja (name) meninggalkan mansion disaat malam belum larut, karena kini ia berada di rumah adik iparnya yang bermarga Tsukinaga. (Name) telah mengirim pesan pada Sora, jika ia ingin menghabiskan malam dengannya maka ia harus ke rumah Ruka.

Disini, Ruka pun tak habis pikir jika kakak iparnya bisa pergi dengan kondisi seperti ini. Ia sebisa mungkin menghibur kakak iparnya itu dengan bercerita tentang kuliahnya serta musik yang sedang ia dalami. Walaupun tak begitu berpengaruh, namun ia tetap tahu jika kakak iparnya sangat menarik minat dan cepat melupakan masalahnya saat mendengarkan musik.

"Musikmu indah, Ruka" puji (name) dengan senyuman seperti seorang ibu. "Terimakasih, kak" ucap Ruka dengan senyumannya. "Oh iya, aku masih ingat saat pertama kali ku bertemu kakak" sambung Ruka dengan semangat dan (name) pun tertawa ringan.

"Saat itu kau masih malu-malu kucing" ucap (name) yang mulai tertarik pada topik yang dibuat oleh Ruka. "Ih kakak, jangan begitu" ucap Ruka yang merasa malu saat ingat sikap masa lalunya.

"Iya. Apalagi saat ku belikan bandana kucing itu, itu membuatmu semakin lucu" puji (name) yang terdengar seperti lelucon. Namun, Ruka semakin malu mendengarnya dan membalas dengan menceritakan masa lalu (name).

*****

Kini, telah tiga jam lamanya mereka bernostalgia hingga tak sadar jika sedari tiga jam itu terdapat orang yang terus mengetuk pintu kediaman Tsukinaga itu. Ruka yang menyadarinya pun memilih untuk mengakhirinya dan membukakan pintu untuk orang dibalik pintu itu.

"Ah, maaf Ruka-san. Apa (name) ada disini ?" Tanya Sora yang canggung saat melihat adik dari ketua Knights. "Iya, silahkan masuk" ucap Ruka sambil memberi jalan untuk kakak iparnya yang satu ini.

"Haha~♪ ternyata rumah mu ini sangat nyaman ya" ucap Sora yang mencari topik pembicaraan selagi Ruka mengantarnya pada (name). "Leo nii yang membelikannya untukku" ucap Ruka malu-malu. "Hihi~♪ jadi Tsukinaga-senpai yang membelikannya" ucap Sora kagum.

Karena sudah tidak ada topik diantara mereka, Sora memutuskan untuk diam dan saat itu pula, ia telah berada didepan sebuah pintu sederhana. Sangat berbeda dari mansion yang ia tempati.

"Kakak (name) ada di dalam. Kuharap Kak Sora tidak membuat keributan disini, karena ku merasa moodnya kurang baik" ucap Ruka. "Hoho~♪ tenang saja, ku sudah tahu itu. Dan aku adalah suaminya, jadi ku tahu apa yang harus kulakukan. Terimakasih, Ruka. Karena telah menjaga dan menenangkan (name) untuk beberapa saat" ucap Sora yang kemudian memasuki ruangan itu.

"Eh ? Ba bagaimana k kakak tahu ?" Tanya Ruka bingung.

*****

"Haha~♪ sudah, jangan bersedih. Guru bilang, tidak baik jika berlama-lama larut dalam kesedihan"

"Sora, kau kemari" ucap (name) dengan tenang, walaupun Sora tahu jika jauh didalam hati wanita itu tidak tenang sama sekali. "Hihi~♪ (name), tidak ada yang perlu kau takuti. Kaoru tidak akan berbuat sejauh itu untukmu" ucap Sora yang ingin menenangkan hati (name).

"Ya, aku tahu itu, Sora" ucap (name) lirih.

Mendengar suara (name) yang cukup sedih membuat Sora tak tahan lagi. Ia menyentuh dagu (name) dan membuat (name) menatap matanya. Sekali lagi, ia melihat jelas kerapuhan yang ada di mata indah itu.

Dalam keheningan, Sora langsung mengecup lembut bibir mungil dihadapannya sembari memeluknya. Ia sangat ingin mengatakan padanya jika semua tidak sedikit yang (name) kira, serta ia juga ingin mengatakan jika (name) bisa melalui ini. Namun pada situasi ini, sebuah perkataan tak akan mampu untuk menyampaikan segalanya. Mungkin dengan ini, (name) akan segera paham.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro