5 Februari 2022

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

DWC #5
[Ambil buku yang berada paling dekat dengan kalian. Buka halaman 41. Searching kata pertama di halaman tersebut menggunakan Google Image. Lalu, buat tulisan berdasarkan gambar ke-9 yang muncul]

Buku yang diambil: A Torch Against the Night oleh Sabaa Tahir

:.:.:

|| RavAges - Cerita Lepas ||

|| Apocalyptic, Disaster ||

|| 670 words ||

Kadang, Seruni memimpikan cahaya matahari.

Pada malam-malam tertentu, ia berwarna biru. Malam-malam lainnya, ia berpijar jingga. Malam ini, sinarnya terlalu putih hingga menyakiti mata Seruni.

Namun, yang malam ini bukan mimpi.

Seruni membuka matanya dan bertanya-tanya akankah matahari itu padam hari ini. Ibunya bilang, matahari asli tidak seperti matahari yang mereka punya. Matahari asli bersinar begitu terangnya sampai-sampai langit tampak biru dan awan putih dapat tertangkap mata—bukannya bola cahaya yang tampak menempel pada langit hitam seperti yang mereka punya. Menurut ayahnya matahari tampak kemerahan saat pagi, lalu menguning begitu senja.

Cerita-cerita kedua orang tuanya membuat Seruni iri. Dia lahir dan besar di sini, di Kompleks Sentral, di mana mataharinya berupa bola pijar raksasa yang seolah ditempelkan begitu saja pada langit hitam pekat, menggantung rendah di atas kepala.

Itulah sumber cahaya dan panas mereka sejak langit malam abadi membentang. Hanya cahaya itu yang menerangi gedung-gedung pencakar langit, jalanan, dan tangan Seruni. Kadang Seruni merentangkan tangan ke depan dan berpura-pura mengambil cahayanya untuk diberikan kepada ayah dan ibunya.

Hari ini, cahaya itu berkedip ganjil.

Polisi NC menggedor rumah mereka satu jam yang lalu, memaksa mereka keluar detik itu juga, mengatakan bahwa mereka harus dievakuasi sekarang juga.

Seruni tidak tahu makna kata "evakuasi". Saat dia bertanya pada ayahnya, pria itu hanya sibuk tersengal sambil menggendongnya di bahunya. Saat dia bertanya pada ibunya, wanita itu malah tersedu-sedu sambil terus berlari di belakang mereka.

Seruni menempelkan pipi ke Tuan Kelinci—itu boneka beruang putih yang selalu dibawanya saat akan tidur. Dia bertanya ke Tuan Kelinci, apa artinya "evakuasi", "Fervent teroris", dan "buronan". Tuan Kelinci sepertinya juga tak tahu jawabannya.

Alarm meraung keras sekali saat mereka sampai ke jalan besar. Ayah dan ibu Seruni makin bergegas meski arus manusia yang juga berlari bersama mereka mulai mengimpit. Beberapa Polisi NC berteriak menyuruh mereka tertib dan sebagainya, tetapi tak ada yang mendengar.

Layar besar pada salah satu gedung menampilkan wajah-wajah yang belakangan Seruni lihat di televisi, poster, dan surat kabar. Para Fervent yang "buron"—entah apa artinya itu—setelah menyusup ke Kompleks 4 dan membuat kerusuhan besar di Kompleks 12 sampai 1. Seorang gadis muda berambut gelap, anak kecil yang usianya mungkin dua kali lebih tua dari Seruni, pemuda yang punya sepasang mata berlainan warna, dan seorang laki-laki berambut pendek yang mengingatkan Seruni pada pamannya yang seorang tentara.

Ayah Seruni sering bilang, inilah sebabnya Seruni tidak boleh dekat-dekat Fervent, bahkan meskipun tetangga yang biasanya sangat ramah pada mereka adalah keluarga Fervent.

"Masih terlalu dekat—" Seruni mendengar seseorang memekik di antara kerumunan yang panik. "Jika benar-benar meledak, kita tetap akan kena ledakannya!"

Polisi NC mengarahkan mereka ke jalan-jalan utama. Untuk alasan yang tak diketahui Seruni, mereka sepertinya makin menjauhi cahaya matahari.

Rasa takut mulai merayapi Seruni, terutama saat dia tak lagi bisa melihat ibunya di belakang mereka.

"Ayah," ujarnya sambil masih mencari-cari di antara lautan manusia yang memenuhi jalan, "Ibu tidak ada."

Ayahnya tidak merespons. Malah, ayahnya sendiri mulai menghilang ditelan kerumunan.

"Ayah—"

Tangan ayahnya mengangkat Seruni tinggi-tinggi, lantas menaikkan anak itu ke atas atap salah satu mobil yang terjebak kemacetan manusia. Seruni kini duduk seorang diri di atas atap mobil itu sambil memeluk Tuan Kelinci.

Mata Seruni mencari lagi, tetapi yang dilihatnya hanyalah orang-orang yang berusaha maju, tenggelam, terinjak, lalu lenyap, untuk digantikan gelombang manusia lainnya.

Bola pijar di langit berkedip, lalu segalanya gelap. Seruni menjerit, begitu juga ribuan orang di sekitarnya.

Saat cahaya matahari mereka kembali menyala, Seruni menjatuhkan Tuan Kelinci. Tangannya dia rentangkan ke atas seperti berdoa. Kedua tangannya kecil, tetapi seolah-olah dia mampu mengambil pijar matahari di udara, yang makin lama makin terang. Dia berharap cahaya itu mampu mencari ayah dan ibunya.

Cahaya itu tidak meredup.

Rasa panasnya membuat Seruni terkesiap.

Cahaya itu terus menyala dan menyala kian terang, menelan tangan Seruni bulat-bulat. Kini dia tak bisa melihat tangannya sendiri. Seruni tak bisa melihat apa-apa lagi selain warna putih.

Gelombang cahaya menyapu segalanya. Menyelimuti Seruni. Menelan rumah tempatnya lahir dan dibesarkan.

***

Dari Pertempuran Kompleks Sentral—sekitar 7.000 jiwa tewas; 18.000 lebih masih dinyatakan hilang.

:.:.:

"Suddenly the sun comes up.

And the dark is gone.

We made it to the dawn and I don't miss you anymore."

Sun Comes Up, song by Rudimental feat. James Arthur

Doakan saya masih hidup sampai 23 hari ke depan ( /'-')/

Next >>> 6 Februari 2022

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro