Penawaran yang Tak Terjamin

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Yorie menanyakan alasan kenapa Yuuzen bisa berpikir seperti itu. Dengan entengnya, pemuda itu pun menjawab, "Kenapa memangnya? 'Kan bisa saja aku menolong setelah kecelakaan itu terjadi. Bukankah seperti itu cara pikir manusia?"

Cara pikir manusia, katanya. Kenapa hal itu terdengar seperti dia sedang berbicara dalam sudut pandang makhluk lain?

"Tunggu ...." Gadis itu mengerutkan keningnya mendengar jawaban Yuuzen yang terkesan ambigu. "Kayaknya ada yang aneh deh dengan ucapanmu. Biasanya orang lain akan menggunakan kata 'orang-orang' dibandingkan 'manusia'. Jangan-jangan kau memang bukan manusia—"

"Aku manusia," sela Yuuzen yang tetap terlihat tenang. "memangnya kau melihatku seperti apa saat ini?" lanjutnya sambil menatap mata Yorie dengan lekat.

Yorie terdiam. Penampilan Yuuzen memang benar-benar manusia. Dia juga tidak merasakan ada aura youkai dari diri pemuda tersebut. Akan tetapi, dia tetap merasakan ada hal yang misterius dan rahasia yang sedang ditutup-tutupi oleh pemuda tersebut.

Yah ... dia juga tidak berhak untuk menanyakan informasinya lebih lanjut sih, soalnya dia juga sedang menyembunyikan rahasia terkait dirinya sendiri. Lagipula, mereka juga baru pertama kali berkenalan dan melakukan obrolan ini.

"Oke. Kau memang terlihat seperti manusia pada umumnya. Maaf telah lancang karena mengatakan hal tersebut."

Yuuzen mendengarkan jawaban Yorie sambil memerhatikan ekspresi si gadis yang tampak masam. Entah karena ia merasa tidak enak hati atau karena hal lain, ia pun tidak tau.

Sejujurnya, ia juga agak penasaran dengan gadis yang bisa melihat youkai itu. Sebab, samar-samar, Yuuzen bisa merasakan ada aura mirip youkai yang tersembunyi dalam dirinya.

Namun, ia tidak ingin mempermasalahkan hal tersebut. Ia merasa kalau hal itu pasti akan terungkap dengan sendirinya di kemudian hari apabila mereka terus menjadi akrab. Rahasia tentang dirinya juga pasti akan terbongkar nantinya.

Yorie berdeham, membuat Yuuzen terlempar dari lamunannya. "Bagaimana kalau kau bergabung saja dengan kelompok pemburu youkai yang kuikuti? Teman sekolah kita juga ada yang ikut loh! Termasuk teman sekelasku," ajak Yorie secara tiba-tiba setelah keheningan yang hanya diiringi suara alat makan terdengar.

Mata Yuuzen membulat ketika mendengar 'teman sekelas'. Nampaknya ia bertanya-tanya apakah orang yang dimaksud Yorie adalah orang yang terpikirkan olehnya juga?

"Apakah teman sekelas yang kau maksud itu gadis yang duduk di meja sebelah kirimu?" tanya Yuuzen penasaran.

Yorie menaikkan alisnya sebelah. "Iya, benar. Kenapa kau bisa serba tahu? Apa kau menguntit—" Gadis itu segera menutup mulutnya setelah kebiasaannya yang sering mencurigai orang lain muncul kembali.

Tanpa disadari, Yuuzen terlihat gelisah dan salah tingkah ketika ia tidak mampu membantah fakta tersebut.

Memang benar, ia sudah lama memperhatikan gadis yang saat ini merupakan teman sekelas Yorie. Alasannya karena ia bisa merasakan aura yang sama seperti orang tersayangnya dulu.

Karena itu jugalah, Yuuzen bisa mengenali Yorie walaupun tidak pernah mengobrol sebelumnya.

Yorie yang melihat gelagat mencurigakan Yuuzen pun memicingkan matanya. "Kenapa kau malah diam begitu? Jangan-jangan memang benar, ya, kau menguntit temanku?"

"Ya ... kau tidak salah," jawab Yuuzen dengan nada pasrah. "Berarti dia juga pemburu youkai, sama sepertimu?"

Gadis itu menganggukkan kepalanya, tanda mengiyakan. "Iya, benar. Jadi gimana? Apakah kau ingin bergabung? Kalau kau bergabung, kau bisa mendekatinya tanpa harus menguntit loh. Eh, tapi ...."

Ucapan Yorie yang menggantung membuat Yuuzen jadi makin penasaran. "Tapi apa?"

"Dia sudah ada gebetan dari kelas sebelah, anggota Kyoukai no Kishidan juga, kelompok pemburu youkai yang kuikuti," jelasnya, sambil menatap si pemuda dengan wajah iba yang dibuat-buat.

Yuuzen berpikir sejenak. Selama ini ia selalu melakukan apa-apanya sendiri, butuh waktu untuk ia bisa beradaptasi sepenuhnya. Maka dari itu, ia pun berkata, "Aku akan mempertimbangkan ajakanmu terlebih dahulu."

Kelihatannya ia berpikir untuk mengawasi kegiatan kelompok tersebut secara diam-diam terlebih dahulu sampai ia yakin kalau kelompok itu bisa ia percaya.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro