Pembicaraan yang Tak Terarah

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

"Kau ... bisa melihat youkai?"

Gadis yang tengah melihat menu yang tersedia di meja, seketika mematung saat mendengarkan pertanyaan tak terduga yang keluar dari mulut pemuda itu.

Matanya berkedip beberapa kali, tidak percaya dengan apa yang didengarnya. Dengan terbata-bata, ia pun kembali bertanya untuk memastikan. "Hah? A-apa? Aku—"

"Kau bisa melihat youkai, kan?" Yuuzen memotong ucapan Yorie untuk mengulang kembali pertanyaannya. "Jawab saja dengan jujur. Aku melihatmu dikejar-kejar oleh sesuatu saat keluar gang. Yang mengejarmu itu ... youkai, 'kan?"

Perkataan to the point Yuuzen tentu membuat Yorie tidak bisa berkelit lagi. Semua yang dikatakannya memang benar, dan Yorie juga baru menyadari sesuatu. Kalau pemuda itu berkata demikian, berarti dia juga bukan orang biasa, bukan?

"Tunggu, jadi kau juga ... bisa melihatnya?" balas Yorie dengan nada curiga. "Berarti ... kau yang tadi tiba-tiba sembuh itu juga bukan kebetulan?"

Sekarang, Yuuzen lah yang kembali terdesak. Padahal, dia ingin menghindari pertanyaan itu, tapi karena ulahnya sendiri, dia jadi tidak punya pilihan untuk menghindar lagi.

Pemuda itu mengembuskan napas pelan, lalu merapikan rambutnya yang terlihat berantakan. "Ya, kau benar. Aku memang bisa melihatnya, dan aku juga punya kemampuan yang seperti itu, tapi aku tidak bisa memberitahumu lebih jauh tentang itu untuk sekarang."

"Oh, apa karena kita baru kenal?"

"Tidak juga. Kalau aku tidak mengenalmu, mungkin aku tidak akan menolongmu."

Kening yang berkerut dan muka yang masam terlihat dari wajah Yorie. "Memangnya kau mengenalku? Perasaan aku baru kenal kau sekarang."

Yuuzen tidak langsung menjawab. Ia malah memanggil pelayan kafe, kemudian memilih menu yang diinginkannya dan memberikan gestur untuk menyuruh Yorie memilih juga. Gadis itu pun melakukannya meskipun dengan wajah merengut karena merasa bingung dan heran.

Sembari menatap punggung si pelayan yang tengah melangkah pergi, ia pun menjawab, "Iya. Kau itu murid kelas B di SMA Daihansai, kan? Aku tau kok."

"Hah? Kau tau dari mana? Apa kau murid di SMA itu juga??" Yorie berkata dengan menggebu-gebu seraya mencondongkan badannya ke depan. Membuat Yuuzen spontan memundurkan tubuhnya hingga menyandar ke dinding.

Pemuda itu mengembuskan napas gusar, kelihatannya sedang berusaha untuk terbiasa dengan sikap lawan bicaranya saat ini. "Ya, aku pernah melihatmu saat melewati ruang kelas B."

Mendengar jawaban itu, Yorie malah mengangguk-anggukkan kepala sambil ber'oh'ria. "Memangnya kau kelas berapa?"

"Aku kelas—" Ucapan Yuuzen diinterupsi oleh kedatangan pelayan yang membawakan minuman mereka. Pemuda itu lagi-lagi terdiam sambil menunggu si pelayan menyelesaikan pekerjaannya.

Yorie juga melakukan hal yang sama. Bedanya, ia terlihat menyunggingkan senyum dan bersikap ramah pada si pelayan, tidak seperti Yuuzen. Setelah itu, ia pun mengembalikan pandangannya kepada seseorang di hadapannya, lalu mengulang pertanyaan. "Kelas berapa?"

"Kelas D. Aku murid pindahan soalnya," jelasnya. Matanya fokus melihat minuman yang sedang diaduk berulangkali olehnya menggunakan sedotan.

Di sisi lain, Yorie hanya mengangguk seraya menyeruput milkshake strawberry -nya setelah mendengar penjelasan laki-laki yang ternyata teman satu sekolahan.

Suasananya menjadi hening sebelum akhirnya Yorie kembali menyadari sesuatu. Ia memicingkan matanya, menatap Yuuzen dengan tajam. "Sebentar ... kau bilang kalau kau tidak mengenalku, mungkin kau tidak akan menolongku, kan? Kenapa begitu?" tukasnya dengan nada curiga.

"Kenapa memangnya? 'Kan bisa saja aku menolong setelah kecelakaan itu terjadi. Bukankah seperti itu cara pikir manusia?"

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro