Pertemuan yang Tak Terduga

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Terdengar langkah kaki orang berlarian. Suara itu terdengar menggema di lorong-lorong sempit sebuah gang. Tampak seorang gadis berambut oranye tengah berlari cepat, berusaha kabur dari sekelompok orang yang mengejarnya.

Namun, jika dilihat lebih jelas lagi. Bukan orang yang mengejarnya, melainkan segerombolan makhluk yang menyerupai manusia.

Di sisi lain, seorang pemuda dengan rambut berwarna hitam, sedang berjalan santai sambil melihat toko-toko di samping kanannya.

Pemuda yang mengenakan hoodie abu-abu itu masih berjalan dengan santainya hingga seseorang tiba-tiba keluar dari sebuah gang dan berhasil menarik atensinya.

'Hah? Bukannya itu anak kelas B, ya?' pikirnya, sambil terus memerhatikan gadis yang tengah berlari itu dengan intens.

Gadis itu hendak menyeberangi jalan tanpa melihat keadaan sekitarnya terlebih dahulu. Mungkin karena ia panik sebab dikejar oleh sekelompok makhluk tersebut.

Sialnya, sebuah mobil pickup tiba-tiba muncul dari kelokan jalan. Suara klakson berbunyi dengan lantang. Sang gadis tentu sangat terkejut dengan hal itu.

Dengan secepat kilat, pemuda ber-hoodie itu pun berlari ke arah truk yang sebentar lagi akan menabrak si gadis.

.
.
.
.
.

Semuanya terasa begitu cepat. Apakah gadis itu akhirnya tertabrak? Jawabannya ... tidak.

Beberapa detik sebelum tubuhnya menyentuh kepala mobil pickup itu, pemuda yang sedari tadi memperhatikannya tersebut mendorong punggungnya dengan sekuat tenaga. Membuat dirinya terlempar sampai ke bahu jalan.

Lalu, bagaimana dengan keadaan si pemuda? Tentu saja, ia tak sadarkan diri akibat aksi membahayakan dirinya demi gadis yang hanya ia kenal sebagai teman sekolah itu.

Jalanan yang mulanya sepi kini menjadi ramai karena kejadian tersebut. Orang-orang yang berada di dalam toko maupun kedai berlarian keluar menghampiri tempat kejadian.

Mereka mendapati seorang pemuda terduduk tak sadarkan diri —bersandar di tiang lampu lalu lintas dengan sebuah mobil pickup yang hanya berjarak beberapa inci di depannya. Serta seorang gadis yang tengah meringis karena tersungkur di bahu jalan seberang.

Untungnya sang sopir tidak kabur begitu saja setelah hampir menabrak gadis yang posisinya tergantikan oleh pemuda tersebut. Ia segera bergegas keluar dari mobilnya lalu berusaha menyadarkan si pemuda di hadapannya yang ia duga masih anak SMA itu.

Sembari mengguncangkan tubuhnya pelan, sang sopir terus-menerus mengucapkan kata-kata agar si pemuda sadar kembali.

Datanglah pria paruh baya lain dari arah sebuah kedai kopi, ia mengusulkan kepada si sopir untuk membawa pemuda itu ke trotoar dan membaringkannya dengan aman sebelum menelepon ambulans dan dibawa ke rumah sakit.

Sang sopir setuju dengan usulan tersebut. Dengan sigap, ia membopong anak muda itu lalu memindahkannya ke pinggiran sebuah toko yang sedang tutup, lalu menelepon ambulans.

Namun, belum sempat telepon itu terhubung. Sang sopir terkejut karena luka bahkan pendarahan yang ada di tubuh pemuda itu tiba-tiba menghilang. Ia hanya terlihat seperti sedang pingsan. Ini terasa tak masuk akal. Karena bagaimanapun juga, ia baru saja tertabrak sebuah mobil pickup dan ia bisa melihat dengan jelas luka di tubuh pemuda itu sebelumnya.

Ah, jangan lupakan sosok gadis yang sedang di sisi jalan itu. Kini, ia sedang terduduk di pinggiran trotoar dan dikelilingi para wanita yang notabenenya adalah pelayan kedai serta ibu-ibu.

Mereka terus melontarkan pertanyaan yang menanyakan tentang keadaannya. Namun, dia selalu menjawab 'aku baik-baik saja' pada mereka semua. Padahal, ia sedang menahan rasa perih di kedua lutut dan sikutnya saat ini.

Meskipun ia masih merasakan perih, gadis itu tetap bangkit dari duduknya, ia berjalan ke tempat si pemuda 'penyelamatnya' berada dengan langkah gontai.

Dia menerobos masuk ke kerumunan itu dengan tubuh rampingnya. Lalu, ia mendapati seorang laki-laki sebayanya yang tak ia kenal sebelumnya tengah terbaring lemah di hadapannya.

Dengan segera, dia menghampiri sosok itu lalu duduk bersimpuh di sampingnya. Raut wajahnya menunjukkan kecemasan. Tanpa pemuda ini datang menolongnya pun, ia yakin akan baik-baik saja. Akan tetapi, pemuda itu tanpa pikir panjang langsung berlari menyelamatkannya.

Baru saja gadis itu ingin menyentuh tangannya, tiba-tiba kelopak mata si pemuda berkedut pelan. Tak lama, matanya terbuka perlahan. Menampakkan mata indahnya yang berwarna hijau emerald. Dia meringis pelan, kemudian melihat ke sekelilingnya yang ramai dengan orang-orang yang mengerubunginya. Pandangannya sempat berhenti ke gadis yang ia selamatkan walau hanya beberapa detik saja sebelum akhirnya beralih membersihkan bagian pakaiannya yang kotor.

Seraya mengepalkan telapak tangannya, gadis yang masih menatapnya dengan rasa cemas dan bersalah itu akhirnya membuka suara. "Kenapa ... kenapa kau nekat sekali mengorbankan nyawamu demi diriku yang bahkan tidak kau kenal?! Kau bisa mati loh, bodoh!"

Hening. Pemuda itu tidak langsung menjawab. Namun, beberapa saat kemudian, ia pun membuka suaranya. "Hmm ... hanya refleks saja," jawab pemuda itu dengan nada acuh. Lalu, ia bangkit dan langsung berjalan seolah tidak terjadi apa-apa.

Tindakan pemuda itu membuat si gadis terkejut dan sontak ikut berdiri. "Hei, tunggu dulu!" teriak gadis itu sambil berusaha meraih tangannya, tapi segera ia urungkan niat tersebut. Ia pun memutuskan untuk dengan cepat menghampiri pemuda itu lalu menghadangnya.

Pemuda itu pun spontan menghentikan langkahnya. Ia menatap gadis tersebut dengan ekspresi datar dan kerutan di keningnya, bertanya-tanya perkataan apa lagi yang ingin dilontarkan oleh gadis tersebut.

"Itu ... terima kasih telah menyelamatkanku," ujar si gadis dengan lirih dan sambil membungkukkan badan, ia berada dalam posisi tersebut untuk beberapa saat, tak berani menatap wajah si lawan bicara.

"Sebagai gantinya ... bagaimana kalau aku traktir sesuatu di kedai dekat sini? Mau, 'kan? Harus mau pokoknya." Gadis itu berniat mentraktir si pemuda, tapi dengan kesan memaksa, membuat si pemuda terheran-heran dengan sikapnya.

Setelah mengembuskan napas pelan, pemuda tersebut menjawab, "Baiklah. Lagipula, ada yang ingin aku tanyakan juga padamu." Ini adalah kali pertamanya menyetujui ajakan orang lain, khususnya perempuan. Hal itu karena si pemuda penasaran akan sesuatu tentang gadis ini.

Sementara itu, si gadis pun senang karena ajakannya diterima. Mereka pun pergi meninggalkan lokasi kejadian setelah meyakinkan sang sopir dan orang-orang di sekitar kalau mereka sudah baik-baik saja.

Gadis tersebut juga berkali-kali membungkukkan badan kepada sang sopir untuk meminta maaf karena sudah ceroboh dan membahayakan orang lain yang tentu juga direspon sang sopir dengan hal yang sama. Mereka melakukan hal itu berulang kali hingga tak terasa beberapa menit telah berlalu begitu saja.

***

Setelah berjalan beberapa meter dari tempat sebelumnya, mereka pun memasuki kedai kopi yang tidak terlalu ramai. Agar bisa mengobrol dengan nyaman, mereka juga memilih meja di pojok ruangan.

Kedua orang tersebut duduk berhadapan. Suasana canggung tiba-tiba menyebar di sekitar mereka. Hingga akhirnya si gadis bersuara terlebih dahulu.

"Oke, pertama-tama, aku ingin mengucapkan terima kasih sekali lagi karena telah menyelamatkanku, dan ... aku minta maaf karena telah berkata kasar padamu tadi," ujar gadis tersebut seraya menundukkan kepala, "namaku Yoshihara Yorie. Ah, kau cukup memanggilku Yorie saja, ya," lanjutnya dengan nada seramah mungkin.

Si pemuda terdiam sebentar sebelum menjawab ucapan terimakasih dan perkenalan dirinya tersebut. "Aku Yuuzen ... Shimabukuro Yuuzen." Pemuda bernama Yuuzen itu entah kenapa terlihat enggan menyebutkan nama keluarganya, tapi hal itu tentu tidak menjadi masalah bagi Yorie.

"Sudah kubilang, aku hanya refleks saja tadi, jangan kepedean dulu," elak Yuuzen segera setelah memperkenalkan dirinya.

Yorie sontak tertawa mendengar jawaban Yuuzen tersebut. Ia tidak tau alasan pasti kenapa Yuuzen menyelamatkan dirinya, tapi yang pasti, ia merasa bersyukur karena ada orang yang bersedia menolong dirinya walaupun belum saling kenal.

"Iya deh, aku tidak akan membahas soal itu lagi," balasnya, masih dengan tawa pelan. "Tapi serius deh, kok kau bisa enggak kenapa-kenapa setelah ditabrak mobil itu? Padahal jelas-jelas benturannya keras loh."

Benar. Orang awam pasti akan berujung dibawa ke rumah sakit jika tertabrak seperti itu, tapi anehnya pemuda di hadapannya ini sekarang terlihat baik-baik saja. Seakan-akan kejadian itu tidak pernah terjadi.

Yuuzen terdiam. Dirinya tentu tidak ingin rahasianya terbongkar di hari pertama ia berkenalan dengan orang lain. Untuk menyiasati hal itu, ia pun memutuskan untuk mengubah topik pembicaraan.

"Kau ... bisa melihat youkai?"

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro