3 - IPA / IPS

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Selama berteman dengan Raeshangga, aku nggak pernah merasa dia mendekatiku dengan niat khusus. Meski aku mungkin menyukainya karena dia orang yang lucu dan menyenangkan, tapi kedekatan kami murni hanya karena kami punya minat yang sama, seperti genre musik dan Harry Potter.

Suatu hari, aku hendak menuju masjid sekolah untuk shalat dzuhur. Perjalanan menuju masjid harus melewati kelas Raeshangga, XI IPS 3. Ada teman-teman Raeshangga bergerombol di depan kelas. Berisik sekali sampai celetukan-celetukan dan tawa mereka terdengar dari kejauhan. Kadang malah suka isengin adik-adik kelas yang jalan bergerombol.

"Eh, Mbak Lashanya Mas Angga..." goda Tito saat aku melintas.

Hmm kenapa namaku disebut dengan embel-embel kepemilikan ya?

Aku kenal Tito dan Fadlan sejak kelas sepuluh. Mereka teman segeng Raeshangga. Walau nggak akrab-akrab banget, kalau kebetulan aku sedang mengobrol dengan Raeshangga atau Didan dan mereka ada di situ juga, mereka akan nimbrung dalam obrolan ataupun sebaliknya, kadang aku yang tiba-tiba nimbrung dalam obrolan mereka.

"Eh, Mas Tito..." responku agak malas dengan menyebutnya dengan kata sapaan yang setara seperti dia memanggilku tadi.

Tito lalu memblokir jalanku. "Eh, nggak boleh lewat! Mau kemana nih, Mbak Las?"

Sembarangan aja dia motong-motong nama orang! Emang aku yang buat ngelem besi apa?

"Mau ke masjid, Titooo!" Aku berusaha ke kiri, ke kanan, untuk mencari jalan.

"Password-nya dulu dong!"

"Heeeuuuh... apaan password-nya?" Mulai gemas aku sama tingkah si Tito.

"Rayu Mas Angga."

Kulirik Raeshangga yang sedang bersandar di daun pintu kelas dengan kedua tangannya yang disembunyikan di saku celana. Dia senyam-senyum aja dooong! Hari itu dia memakai sweater merah dengan lambang asrama Gryffindor di dada kirinya. Rambutnya sudah panjang nanggung, sebentar lagi akan menyentuh telinga dan bakal ke gunting Bu Ida, alisnya tebal, bibirnya tipis kemerahan dan ada kumis tipis di atasnya. Aku baru memperhatikan itu. Ternyata... aduh, dia lucu juga yaa...

"Hhh..." aduh, harus banget nih ikutin permainan si Tito? Tapi Raeshangga lagi lucu sih hehehe. Jadi aku ikutin aja permainannya si Tito, "Mas Angga, salat yuk!" Aku sambil sok mengeluarkan nada merayu.

"Jadi imam dek Shanaz juga mau," jawabnya membalas godaanku lengkap dengan senyam-senyum tengilnya.

Mati lah aku, nggak siap dengan reaksi begitu! Dasar orang gilaaa! Wajahku langsung terasa panas. Apalagi pas dia menyebut nama tengahku. Soalnya nggak pernah ada orang yang manggil aku dengan nama tengahku saja. Cuma dia.

"Aiiissshhh, luar biasaaa manuvernya, Anggaaa!" Jerit Fadlan.

"Ooh... panggilan sayangnya Shanaz," komentar Tito.

Yak, kurang keras, biar sekalian sedunia yang dengar! Mereka mulai belingsatan kayak sekumpulan monyet yang habis dilempari pisang. Puas banget kayaknya mereka semua dengar Raeshangga merespon kayak begitu. Aku jadi ikutan tertawa karena tingkah mereka udah kayak anak kecil yang kena sugar rush!

Raeshangga tiba-tiba mensejajarkan diri dengaku. "Yuk!" ajaknya.

Dengan agak salting aku balas, "Ke mana? Yak yuk, yak yuk aja!"

"Salat zuhur ke masjid."

"Waaagilaaa ini sih namanya Mbak Las effect! Akhirnya Angga salat woooy! Kemungkinan nanti sore bakal ujan!" Komentar Fadlan lagi.

Raeshangga hanya senyam-senyum tengil sambil melangkah, melewati Tito, Fadlan, dan Didan. Aku mengikutinya, membuat Tito berlagak bak pengawal kerajaan yang memberikan jalan untuk ratunya. Yang terdengar di telingaku kemudian adalah mereka bernyanyi dengan kencang sambil menepuk-nepuk tangan, "Hawa tercipta di duniaaaa untuk menemani sang adaaam... begitu juga dirimuuuu tercipta tuk temani akuuu..."

Sumpah, norak abis! Tapi tetap aja aku setengah mati menahan senyum. Asli, aku pengen ketawa kencang melihat kelakuan norak mereka, tapi gengsi dan sedikit salting juga!

Raeshangga gimana? Dia tetap senyam-senyum nggak jelas lalu menoleh sekali sambil cengengesan ke arah teman-temannya. Yang dilakukannya kemudian adalah mengepalkan tangan ke atas seperti seorang juara. Mengingatkan aku pada scene Judd Nelson di ending film The Breakfast Club. Menyusul sorak sorai teman-temannya di belakang.

"Las, maaf ya temen-temen gue rusuh," ucapnya setelah kami berada di tangga untuk turun dan teman-temannya sudah tidak terlihat di belakang.

Aku tertawa pelan, "Iya, nggak pa-pa." Jujur, sebenarnya aku penasaran kenapa mereka tiba-tiba serusuh itu. Habis itu Raeshangga nggak membahas apa-apa lagi yang berhubungan dengan kerusuhan teman-temannya. Boleh nggak sih aku sedikit geer?

***

Malam harinya aku mendapat SMS dari nomor yang tidak dikenal

0856342xxx
Pernah dgr lagunya Imogen Heap yg Goodnight and Go ga? Yg liriknya "Why'd you have to be so cute, it's impossible to ignore you?" Lo bgt deh Las.

Selang dua menit, sebuah SMS masuk lagi,

Eh maaf ya aneh, gw cuma mau jujur aja

Dalam hati aku bertanya-tanya, nomor siapa ya ini? Siapa yang dalam waktu dekat ini tampak sering memperhatikan aku?

Me
Ini siapa ya?

0856342xxx
Kalo gw kasih tau gw syp, lo jgn ngejauh dr gw ya

Me
Emang ini siapa sih???

Aku mulai gemas nggak sabaran.

0856342xxx
Janji duluuu

Me
Yaaa janjiii

0856342xxx
Angga. Anaknya Pak Rashid hehehe

OMG! Maksudnya gimana nih? Aku harus balas apa? Masalahnya dia cuma menyatakan aja, nggak ada lanjutannya!

Me
Ahahaha gw kok ga kepikiran yaaa. Kok nomor lo beda sih?

0856342xxx
Iyaa ini nomor yg lain biar murah kalo smsan (tp aslinya ga punya temen smsan). Temenin dong

Me
Hahahaha kasian ga punya tmn. Yaudah sini gw temenin ;p

****

Semakin lama, aku semakin sering memperhatikan tingkah Raeshangga. Hal kecil yang dilakukan olehnya saja bisa kelihatan menarik di mataku. Hal hal sepele jadi kelihatan lucu buatku, padahal mungkin di mata orang lain tingkahnya itu aneh atau caper.

Kayak misalnya, waktu aku sedang di jam pelajaran Bahasa Inggris, aku lihat Raeshangga melintas di koridor. Aku nggak tau dia mau ke kantin atau ke toilet. Soalnya dari posisi kelasnya yang berada di sebelah utara gedung, posisi toilet sama-sama jauh, yaitu berada di sisi timur dan barat gedung. Jadi effortnya sama. Apalagi toilet sebelah timur itu banyak dipakai oleh anak kelas XII, jadi aku paham sih kalau anak kelas XI malas ke sana. Sementara untuk ke kantin, memang lebih enak lewat tangga area barat. Soalnya meja guru piket lebih sering kosong di sana dibandingkan meja guru piket di sebelah timur.

Nah, waktu dia lewat... aku refleks melihat ke arahnya. Eh, dia ternyata juga lagi lihat ke arah dalam kelas! Hihihi. Pandangan kami langsung bertemu. Dia dadah-dadah sambil cengengesan, caper gitu. Aku langsung memalingkan muka karena takut ditegur oleh guruku dan takut diledek oleh teman-teman sekelasku. Lalu tiba-tiba...

HUAAAASSSYYIIIMMM!

Sumpaaah, dia bersin dooong kencang banget suaranya!!! Sampai kedengaran ke dalam kelasku dan guruku langsung berhenti sejenak. Habis itu kami ketawa ngakak sekelas karena habis kaget berjamaah! Sebelum dia menghilang dari pandangan, aku lihat dia juga cengengesan karena kelakuannya.

***

Aku pernah ya, lagi makan nasi kuning di kantin saat jam istirahat kedua, aku lihat Raeshangga dan teman-temannya seperti biasa duduk di meja pojok dekat koperasi. Aku mencuri-curi pandang ke arahnya. Saat itu dia sedang memegang minuman rasa buah-buahan yang bentuk kemasannya seperti Aqua gelas tetapi di kemasannya ada foto seleb brand ambassador produk tersebut, yaitu Nia Ramadhani. Terus dia elus-elus pipi Nia Ramadhani kemasan gelas itu. Aku langsung refleks mengerutkan dahi dan menarik bibir karena menahan tawa. Tau-tau dia mengecup bibir di gambar itu lengkap dengan aksi memejamkan mata segala. Tawa teman-teman yang melihat aksinya langsung pecah. Tenggorokanku langsung tersedak nasi karena nggak fokus antara mau nelan sama mau ketawa!

Dia sadar dooong kalo daritadi aku lihatin. Langsung deh salah tingkah gitu dia, tersenyum malu-malu. Wajahku juga langsung terasa panas karena kepergok habis memperhatikan dia. Eh, teman-temannya juga pakai acara sadar lagi kalau Raeshangga itu lagi salting! Langsung deh mereka menyorakinya, belingsatan kayak anak monyet.

"MAKANYA BEHAVE DONG DEPAN GEBETAN!"

"LAAAS, DIDUAIN NIH SAMA NIA RAMADHANI! BIBIRNYA ANGGA UDAH NGGAK PERAWAN LAGI!"

Terdengar seru-seruan teman-teman Raeshangga dari pojok sana. Aku udah nggak tahu itu suara siapa saja. Kayaknya teman-temannya itu tahu deh kami dekat. Atau paling nggak, tahu kalau Raeshangga memang ada rasa sama aku. Pantas aja waktu itu Tito godain aku, suruh-suruh ajak dia solat!

****

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro