XLIII. Penolakan Bertemu

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Siaran ragam acara dan berita entertainment banyak membicarakan tentang kembalinya Bae Mishil. Tidak hanya di televisi, bahkan para artis, produser, dan sutradara pun turut menjadikannya topik pembahasan hari ini. Sepertinya ia memang penyanyi ternama pada masanya dan memiliki banyak penggemar dari kalangan atas.

Para senior di agensi KiM Entertainment pun turut membicarakan kepulangannya. Pasalnya, Bae Mishil sendiri dulunya berasal dari agensi tersebut. Anehnya, Tae Yeon tidak pernah menyadari ada nama itu di sejarah lama agensi karena untuk sekarang nama itu sudah tidak tercantum lagi.

Tae Yeon merasa sangat bodoh selama ini. Orang yang dicari berasal dari agensi yang sama dengan dirinya, tapi ia menghabiskan waktu mencari kesana kemari dan tak kunjung bertemu. Andai ia mengulik sejarah lama agensinya sendiri mungkin akan lebih cepat baginya menemukan siapa ibu kandungnya.

Kali ini pun saat ia bertanya pada senior tentang siapa sosok Bae Mishil yang ramai dibincangkan, tidak semua memberi pernyataan dengan lengkap. Seakan ada hal lain yang ditutupi oleh mereka. Tae Yeon menerka mungkin ini berkaitan dengan masa lalu Bon Hwa dan mereka tidak ingin menyinggung hal itu.

"Serius penyanyi Bae Mishil kembali?"

Tae Yeon yang masih berada di bilik toilet sengaja tidak keluar karena ingin mendengar perbincangan tersebut, berharap akan mendapat informasi yang diincarnya.

"Menurutmu, tidakkah ini akan membuat Bu Jung Ae Ri ketar-ketir?"

Tae Yeon seketika menautkan kedua alis saat nama Mamanya disebut dalam pembahasan ini. Mungkinkah semua senior di agensi ini tahu kisah cinta segi tiga itu? Tae Yeon semakin merapatkan telinga pada pintu.

"Aku tidak bermaksud membenci Bu Ae Ri, tapi dulunya aku mendengar gosip alasan kepergian Bu Mishil karena Bu Ae Ri."

"Dia menggunakan kekuasaannya sebagai menantu pemilik agensi untuk mengusir saingannya sendiri? Tidakkah itu sangat kekanakan?"

"Kamu lihat saja sekarang sendiri, sejak Bu Mishil pergi dari Korea, penyanyi seriosa yang paling tenar adalah Bu Ae Ri. Rasanya, kalau Bu Mishil tidak pergi, Bu Ae Ri tidak akan mendapat perhatian penggemar sebanyak ini."

"Bu Ae Ri bukan apa-apa kalau tidak menjadi menantu Pak Chan Yeol."

Pembicaraan beberapa perempuan itu sungguh mengagetkan Tae Yeon. Ia segera menarik ponsel dari saku celananya dan mencari berita terkait Jung Ae Ri dan Bae Mishil dulu. Tidak banyak yang didapatkannya, mungkin karena itu berita lama di mana internet belum seluas sekarang.

Tae Yeon semakin frustrasi dengan hal ini. Kalau memang Mama saingan Bae Mishil, lalu dia menyingkirkannya dan mengasuh aku, bukankah ini bentuk penindasan yang sangat menyakitkan untuk Bae Mishil?

***

Tae Yeon dan Baek Hyun kini telah berada di hotel yang dikabarkan tempat Bae Mishil menginap. Tidak sulit bagi Tae Yeon mendapatkan informasi ini. Ia mengakui diri sebagai penggemar berat Mishil dan karena rakyat Korea Selatan mengetahui jelas siapa dirinya, maka informasi terkait kediaman sementara Mishil dengan mudah ia terima.

Tidak semudah mendapatkan informasi itu, kedatangannya untuk bertemu Mishil justru ditolak mentah-mentah oleh Mishil.

"Mohon maaf, Tae Yeon, Nyonya Mishil menolak bertemu siapa pun dari keluarga KiM Entertainment." Satu kalimat itulah yang diucapkan oleh asisten pribadi Mishil dan itu sangat menyakitkan bagi Tae Yeon.

"Kalau dia menolakku saat tahu namaku, itu artinya dia tahu aku siapa, kan?" tanyanya pada Baek Hyun yang duduk di depannya. "Dia tahu bahwa aku anaknya, Baek. Dia tahu."

Emosi yang selama ini meledak kini seolah diam. Ia hanya mampu meneteskan air mata tanpa raungan, tanpa isakan. Ia sudah sangat lelah dengan pencarian ini. Penolakan tersebut semakin menjelaskan bahwa perempuan yang telah melahirkannya itu mengikuti perkembangannya selama ini tanpa diketahui.

Tae Yeon melipat kedua lutut serta menumpukan dagu di atasnya. Mereka masih saja duduk di depan kamar hotel milik Mishil. Belum ada rencana untuk pergi, masih tetap menunggu berharap perempuan itu akan berubah pikiran.

Melihat perempuan kesayangannya merasakan kesedihan mendalam, Baek Hyun bangkit dan menekan bel berulangkali. Sama seperti sebelumnya, sang asisten lah yang keluar untuk menemui mereka.

"Aku sudah katakan, Nyonya tidak ingin bertemu," ulangnya dengan tegas.

"Katakan padanya, ini bukan hanya tentang masa lalu, ini juga tentang masa depan seorang anak," pinta Baek Hyun tak kalah kerasnya. "Kamu lihat perempuan ini? Dia hanya butuh kepastian. Selama ini dia mencari seperti orang gila, dan saat menemukan titik terang dia ditolak tanpa penjelasan? Ayolah, beri kesempatan kami berbicara. Tidak akan lama. Aku janji. Sepuluh menit. Beri kami waktu sepuluh menit, setelah itu kami akan mundur sendiri." Baek Hyun memohon sembari menunjukkan kondisi Tae Yeon yang termenung dengan tatapan kosong.

"Maaf, aku menjalankan tugasku sebagai asisten Nyonya Mishil, bukan asistenmu!"

Pintu kembali ditutup menambah kemarahan Baekhyun sampai ia harus memukul pintu kayu tersebut. "Siapa juga yang mau punya asisten s*alan sepertimu," umpatnya kesal.

Baek Hyun berusaha mencari cara untuk menenangkan Tae Yeon. Ia menggenggam kedua pundak Tae Yeon. Menarik dagu runcing itu dan menyatukan netra keduanya. "Kamu percaya aku? Kamu tahu aku bisa melakukan apa pun untuk mendapatkan apa yang kumau, kan? Kamu tahu aku orang yang akan berjuang untuk keinginanmu? Lihat aku, Tae Yeon."

Tae Yeon yang kehilangan semangat mengangguk lemah menanggapi pertanyaan Baek Hyun.

"Kalau begitu, aku akan membuatnya menemui kita besok. Percaya padaku. Aku akan mewujudkan hal itu," ujarnya dengan mantap.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro