XLIV. Misi Surat Kaleng

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Sadar akan kemampuannya dalam menyamar, Baek Hyun menunaikan janjinya pada Tae Yeon agar melakukan sesuatu demi bisa bertemu Mishil. Ia sudah mengenakan seragam ala housekeeping demi bisa menyusup ke kamar Mishil. Tidak lupa ia turut menutup wajah dengan masker agar tidak dikenal oleh asisten Mishil.

Tae Yeon dilarang untuk ikut serta karena bisa saja nanti perempuan itu kehilangan kendali dan mengacaukan siasat Baek Hyun. Ia diminta untuk menunggu di luar hotel hingga Baek Hyun memberi kabar.

Tae Yeon tidak pulang sama sekali ke rumahnya karena ia sudah sangat berharap untuk dapat bertemu dengan Mishil demi mendengar semua cerita masa lalu. Banyaknya panggilan dan pesan dari orang rumah semua diabaikan. Sudah tidak peduli lagi jika nanti ia dihukum atau bahkan karirnya dicabut sementara waktu. Saat ini, Mishil adalah bagian paling penting dalam hidupnya. Mishil adalah harapan terakhirnya.

Baek Hyun mengetuk pintu kamar Mishil, mengabari bahwa ini jamnya untuk bersih-bersih. Asisten Mishil menyampaikan bahwa tidak harus bersih-bersih hari ini, tapi Baek Hyun bersikeras dengan dalih akan dimarahi atasan jika ada kamar yang terlewati. Ia tidak ingin dipotong gaji.

Memasuki suite room milik Mishil, Baek Hyun menyimpulkan perempuan yang diduga ibu kandung Tae Yeon tersebut selama ini mencoba menikmati hidup. Ia tidak sangat bahagia, tidak pula sangat menderita. Semua berlangsung begitu saja. Mungkin dikarenakan nyawa yang terenggut, jadi jiwanya kosong, hanya fisik yang berjalan seadanya.

Lihatlah, Mishil sedang duduk di atas sofanya, memandang kosong ke luar jendela—yang mana pemandangannya bukan kolam renang, pantai, maupun pegunungan. Melainkan gedung-gedung pencakar langit yang saling berhimpitan. Hotel ini memang terletak di pusat kota, sehingga jangan berharap banyak untuk bisa mencuci mata dengan pemandangan ala liburan.

"Apa yang kamu lihat?" Lelaki yang duduk tidak jauh dari Mishil itu terus memperhatikan Baek Hyun yang sedari tadi mencuri pandang ke arah Mishil.

"Itu ... saya mau ambil sampahnya tapi segan." Baek Hyun menemukan dua putung rokok yang berada di atas meja dekat Mishil sebagai alasan.

Asisten galak itu menggunakan dagunya untuk menyuruh Baek Hyun segera mengambil sampah yang tergeletak di atas meja. Songong sekali.

"Bu, perempuan nggak baik merokok. Nanti bisa kena penyakit paru-paru kronis, merusak gigi, terus bau mulut. Terus lagi katanya kalau perempuan merokok bisa terserang kardiovaskular, serangan jantung koroner, stroke iskemik dan pendarahan subaraknoid," peringat Baek Hyun tanpa diminta.

Mishil yang sedari tadi hanya memandang ke arah luar, kini mengalihkan perhatiannya pada Baek Hyun yang bersiap untuk kabur andai ia dihardik di tempat ini karena dianggap melewati batas. Sang asisten yang siap bersedia menyeret Baek Hyun keluar, tertahan oleh Mishil setelah mengangkat dua jemarinya.

Jika ia tadi memperingati Mishil mengenai bahaya merokok yang bisa menyerang jantung, sepertinya ia salah. Karena ialah yang akan mengalami gagal jantung setelah berhadapan dengan Mishil.

Mishil bangkit dari duduknya, mendekati Baek Hyun yang masih memegang sapu. Baek Hyun hanya bisa menunduk dan berdoa dalam hati agar maskernya tidak dibuka secara paksa. Tae Yeon bisa hilang kesempatan jika ia ketahuan saat ini juga. jangan sampai perempuan itu kecewa padanya. Tidak. Tidak akan pernah ia membiarkan perempuan itu kecewa karenanya.

Seringan ringan disunggingkan dari bibir Mishil.

"Kamu pasti sangat disayang oleh Ibumu." Di luar dugaan, Mishil tidak menghardiknya sama sekali. Ia seperti mendengar sebuah pujian. Tutur katanya lembut. Nada bicaranya terkontrol, sopan.

"Aku akan mengingat pesan itu." Mishil kembali duduk di sofanya dan menegakkan pandangan seperti semula. "Ah, iya, itu bukan rokokku. Jadi, kamu tidak harus menjelaskan dengan nada khawatir seperti tadi."

Ada rasa lega dalam diri Baek Hyun karena mengetahui bahwa rokok itu bukan milik Mishil. Tapi, apa yang tadi didengarnya? Nada khawatir? Seperti itukah intonasi yang diucapkannya? Sudahlah. Itu tidak penting sama sekali. Ia harus segera menjalankan misi utama; menyelipkan surat kaleng.

Baek Hyun mencari-cari tempat yang aman menyelipkan amplop berharga tersebut. Jangan sampai ketahuan si asisten galak, atau semuanya akan berantakan. Baek Hyun tersenyum licik saat mendapati tempat terbaik untuk menaruh surat tersebut.

***

"Kamu gila? Bagaimana dia bisa tahu kalau kamu meletakkan suratnya di sana?" tanya Tae Yeon frustrasi sembari mengacak rambutnya.

"Itu tempat paling aman. Kamu tidak tahu betapa tajam mata si asisten itu mengikuti gerak-gerikku. Rasanya dia curiga dengan kedatanganku sejak awal, tapi seolah membiarkan untuk melihat apa yang aku lakukan di sana." Baek Hyun mengurai tipis firasatnya.

Tae Yeon mengabaikan firasat tidak berdasar itu dan tetap mengembalikan pembahasan pada topik awal. "Kamu yakin dia bisa menemukan surat itu di sana?"

"Walau aku tidak tahu dia sedang dalam masa periode atau bukan, selagi bungkusan-bungkusan itu tersusun rapi di dalam nakas atas itu, maka ada kemungkinan besar dia sedang mengalaminya. Aku sangat yakin, pasti dia akan menemukan surat yang aku selipkan dekat pembalutnya itu." Baek Hyun begitu bangga dengan ide gilanya sementara Tae Yeon menggigit jari mendengar kemungkinan tersebut.

Sebagian perempuan memang membawa pembalut dan menyimpannya bukan karena mereka sedang masa periode, hanya saja sebagai wanti-wanti jika periode itu datang di saat yang tak diduga. Lelaki mana paham tentang itu!

Baek Hyun mencengkeram pergelangan tangan Tae Yeon sontak mengagetkannya. Telunjuk kanannya menunjuk ke arah kanan udara tanpa Tae Yeon tahu pasti arahnya.

"Itu gedung agensi, kan?" Lalu, telunjuk itu berpindah ke kiri udara. "Dan itu adalah kamar Bae Mishil."

Seketika akal sehat Baek Hyun mencerna semua yang dilihatnya tadi di kamar sana. Ia tersentak dan menyimpulkan. "Dia sedang menunggu waktu yang tepat untuk melakukan pergerakan. Dia selama ini mengawasi KiM Entertainment."

Tae Yeon yang tidak mengerti apa pun hanya ternganga dan butuh penjelasan. Namun, tidak sempat Baek Hyun melakukan itu karena dering telepon menghentikan semuanya.

🍁🍁🍁

Bae Mishil

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro