BAB 26

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Tawaran Makaio berlanjut via chat. Laki-laki itu masih menawarkan untuk menjemput Adyssa, di manapun perempuan itu sedang berada. Sebab Makaio tahu, Adyssa sedang tidak baik-baik saja. Akan tetapi Adyssa tetap saja menolak. Adyssa bilang ia harus bicara dengan Rendra dulu hari ini setelah kuliah.

Tapi, tetap saja bukan Makaio Alhanan namanya kalau tidak terus-menerus mengekspresikan emosinya. Termasuk sekarang, kekhawatirannya pada Adyssa. Berbagai cara ia tawarkan, sampai pada akhirnya, Adyssa pun setuju. Makaio akan menjemputnya sore ini, setelah Adyssa dan Rendra bicara.

Adyssa sudah menjelaskan pada Zara apa yang terjadi. Gadis itu hanya tersenyum. Katanya, "Udah enggak ada harapan apapun, Dyss."

Dan, Adyssa setuju sekali. Memang seharusnya sudah tidak ada yang perlu Adyssa harapkan dari hubungannya bersama Rendra. Maka dari itu, inilah alasannya sekarang Adyssa dan Rendra duduk saling berhadapan di McDonald's Salemba. Baru lima menit, dan belum ada percakapan yang terbangun di antara keduanya.

"Aku salah apa lagi sampai kamu pengin putus?"

Pertanyaan itu jadi yang pertama keluar dari mulut Rendra setelah hening panjang yang mencekam. Lalu, mendengarnya kini justru membuat dada Adyssa sesak. Mengingat Rendra telah mempermainkannya, Adyssa sakit hati sekali.

Dan, senyum Adyssa mengembang. "Mungkin, enggak semua doa itu akan terkabul ya, Ren," tukasnya. "Narendra Satya Adhiputera. Putera dari Adhi, seorang raja yang setia."

Adyssa tertawa renyah. Nama Rendra punya arti yang begitu bagus menurutnya. Raja yang setia. Tapi pemiliknya, tidak mengabulkan nama tersebut. Rendra tidak setia.

Laki-laki ini berbanding terbalik.

"Siapa lagi, Sayang?" tanya Rendra.

Masih dengan senyum yang mengembang. Adyssa memutuskan untuk tidak menjawab pertanyaannya. Ia justru bilang, "Maaf gue udah ngedobrak privasi lo, Ren."

Rendra mengangguk. "Enggak apa-apa, Dyss," katanya.

"Gue udah yakin sekarang. Gue bakal lepasin lo, supaya lo bisa bebas deketin siapapun, termasuk temen lo di Bandung itu. Atau mungkin adik tingkat yang lo ajak nonton itu," kata Adyssa. Senyumnya mengembang.

Dan Rendra akhirnya tahu alasan Adyssa tiba-tiba menyudahi hubungannya. Laki-laki itu tertunduk malu. Ia merasa bersalah kini. Pada akhirnya Rendra diam, memandangi ujung sepatunya yang sesekali bergeser.

Setengah jam Rendra benar-benar geming. tidak ada pembelaan apapun yang keluar dari mulutnya. Setengah jam pula Adyssa membuang waktunya untuk menyaksikan laki-laki itu menunduk.

Adyssa berdesah berat. Dalam satu tarikan napas, ia bertutur, "Ketika lo udah milih gue, itu artinya lo udah siap buat komitmen sama diri lo sendiri untuk enggak deketin siapapun lagi, Ren. Lo yang memutuskan buat berkomitmen dengan gue. Gue enggak pernah maksa, tapi ini pilihan lo sendiri. Even elo yang pertama kali ngajak gue untuk serius nikah segala macem. Gue enggak pernah minta, Ren. Sekali pun gue enggak pernah minta."

Rendra mengangguk. "Iya, Dyss. Maaf."

Terkejut bukan main, Adyssa hanya membelalakkan matanya dan menganga. Hanya itu yang keluar dari mulut Rendra? Laki-laki gila!

Setelah segala bentuk pengkhianatan yang dilakukannya selama satu tahun belakangan, hanya itu yang pada akhirnya Adyssa dapatkan? Adyssa menyesal bukan main. Empat belas bulan hubungannya terjalin, sia-sia sekali pada akhirnya.

"Tapi kita masih bisa temenan kan, Dyss?" tanya Rendra.

Dengan segenap keberanian, Adyssa menggelengkan kepalanya. Sambil sekuat hati menahan tangisnya yang hampir pecah, Adyssa menjawab, "Enggak, Ren. Gue udah lost interest banget sama lo. Silakan lo pergi sepenuhnya dari hidup gue. Gue enggak butuh lo sama sekali. Gue bisa bertahan hidup tanpa lo."

Wajah Rendra semakin sendu. Senyumnya menampakkan kecewa berat pada Adyssa. "Lo enggak akan maafin gue, Dyss?"

"Gue akan maafin lo. Tapi mungkin belum saatnya, Ren," jawab Adyssa. "Semua kesalahan bisa dimaafin kok. Tenang aja. Gue enggak akan dendam. Gue cuma butuh healing aja setelah ini. Jangan pernah ganggu gue ya, Ren."

Adyssa tidak percaya pada apa yang dilihatnya, tapi betul-betul ia bisa melihat mata Rendra berkaca-kaca. Untuk pertama kalinya dalam seumur pacaran, Adyssa melihat Rendra hampir menangis. Pun, untuk pertama kalinya, Adyssa melihat Rendra bicara sesendu ini.

"Lo baik banget," puji Rendra. "Padahal gue udah selingkuhin lo. Makasih ya, Dyss."

"Selingkuh itu emang salah, Ren. Tapi, gue selalu percaya, segala kesalahan yang ada di dunia ini bisa diperbaiki," tutur Adyssa. Air matanya berlinang tak keruan. Sekuat hati ia menyekanya, meski pada akhirnya, ia berlinang lagi, terhapus lagi, dan berulang langkahnya.

Adyssa mengatur napasnya hingga stabil. Lalu ia melanjutkan kalimatnya yang terjeda, "Lo juga pasti bisa memperbaiki kesalahan itu, tapi mungkin bukan bersama gue. Nanti, ketika lo udah nemu orang yang tepat untuk lo. Orang yang mampu menutupi semua cela yang lo punya. Dan mungkin, orang itu memang bukan gue."

Tak terbendung lagi sekarang. Adyssa meneteskan air matanya. Tak peduli dengan keadaan ruangan yang ramai dengan orang-orang yang tidak dikenalnya.

Bibir Rendra semakin mengerucut. Ia diserbu jutaan rasa bersalah. Sempat laki-laki itu ingin menyeka air mata Adyssa, tapi Adyssa menolaknya. Adyssa tidak butuh lagi tangan Rendra. Rendra tidak lagi menenangkan seperti dulu.

"Makasih ya Dyss, buat segalanya," tutur Rendra.

Tidak ada respons apapun selain anggukan dari Adyssa. Tidak ada terima kasih kembali. Tidak ada permintaan maaf dari Adyssa pula. Tidak ada apapun yang Adyssa sampaikan. Ia tidak berterima kasih untuk apapun kepada Rendra.

Kemudian, telepon masuk dari Makaio tiba-tiba memecah hening. Adyssa langsung meraih ponselnya. Dan sebelum menerima teleponnya, Adyssa berujar, "Lo boleh pulang duluan, Ren. Gue dijemput Iyo."

Rendra hanya mengangguk, tapi laki-laki itu tetap duduk di sana selama beberapa menit ke depan. Sampai Adyssa menerima telepon masuk dari Makaio.

"Dyss, gue di parkiran. Lo di mana?"

"Di lantai dua. Lo mau makan dulu atau enggak?"

"Gue udah makan sebelum jalan. Cabut aja."

"Oke. Tunggu, ya."

Telepon berakhir. Tatapan Adyssa kembali terarah kepada Rendra. Keduanya diam, tapi kemudian Rendra tersenyum. Tapi Adyssa tetap diam tanpa ekspresi apapun. Semenit kemudian Adyssa yang memutuskan untuk pamit duluan. Meninggalkan Rendra yang masih duduk, menyaksikan Jalan Salemba Raya yang samar-samar terlihat dari balik jendela.

Adyssa pergi, meninggalkan Rendra dan menemui Makaio yang tengah duduk di atas motornya, menanti Adyssa. Lalu tangis Adyssa tiba-tiba pecah di depan Makaio. Air matanya mengalir deras sekali, bahkan membuat Makaio kaget melihatnya.

"Eh kenapa, anjir?" tanya Makaio.

Adyssa tidak bisa menjawabnya. Gadis itu lebih memilih untuk menikmati jatuhnya air mata ke pipi.

"Mau peluk, enggak?" tanya Makaio sambil melebarkan kedua tangannya.

"Dih, najis," balas Adyssa. Tak berhenti gadis itu menyeka air matanya yang deras. Isak tangisnya mulai terdengar. Satu dua orang yang lewat menyempatkan diri untuk melihat ke arahnya. Sekarang, Makaio pasti sedang jadi tersangka atas menangisnya Adyssa.

"Dipeluk itu bisa menenangkan perasaan tau, Dyss. Walaupun gue bukan pacar lo, tapi gue percaya lo juga bisa tenang kalau gue peluk," kata Makaio. "Buktinya, lo selalu lari ke gue ketika perasaan lo enggak sedang baik-baik aja."

Adyssa hanya mengerlingkan matanya. Kemudian gadis itu naik ke jok bagian belakang motor Makaio, membuat Makaio hanya terkekeh pelan, kemudian memberikan helm padanya.

"Jangan pulang ya, Iyo," kata Adyssa sambil mengenakan helmnya.

Makaio hanya mengangguk. Kemudian motornya melaju keluar dari lahan parkir McDonald's Salemba. Dengan kecepatan tinggi, motornya melaju di atas Jalan Salemba Raya.

"Rendra berengseeeek!" pekik Adyssa keras-keras.

"Heh!" tegur Makaio. Laki-laki itu menoleh ke belakang, melihat Adyssa kemudian hanya cengar-cengir. Keduanya kemudian tertawa. Entah menertawakan apa.

Lama-lama, laju motor Makaio melambat. Langit menggelap, tapi perjalanan mereka belum usai. Tujuan pun tidak ada. Makaio hanya ingin mengajak Adyssa jalan-jalan, sampai gadis itu benar-benar berhenti menangis dan bisa tidur dengan tenang malam ini. Mungkin tidur dengan tenang sampai besok juga. Sampai lusa, minggu depan, dan seterusnya.

Tapi lama-lama, percakapan mereka berhenti juga seiring dengan menggelapnya langit Jakarta Pusat. Dan, tiba-tiba Adyssa teringat Rendra lagi. "Iyo, gue putus," akunya.

"Seriusan?" tanya Makaio sambil mengarahkan kaca spion kirinya pada Adyssa. Adyssa mengangguk, dengan bibir yang mengerucut. Makaio tebak, Adyssa akan menangis lagi. "Kesalahan yang sama?"

Adyssa mengangguk lagi.

"Enggak lo kasih kesempatan lagi, ya?"

Adyssa menggeleng.

Dan, Makaio tersenyum lebar. Tangan kirinya mengacungkan ibu jari. "Bagus!"

"Tapi gue sayang banget sama Rendra, Iyo," aku Adyssa. "Apa gue kasih kesempatan sekali lagi ya, Yo?"

"Ini udah kesempatan yang kesekian kalinya, Dyss. Jangan lo rela kehilangan harga diri lo buat orang yang enggak berharga," kata Makaio. "Lo berharga banget, Dyss. Dan dia belum punya kemampuan untuk menghargai lo. Enggak apa-apa. Bakal ada orang lain yang bisa menghargai lo nanti."

Bibir Adyssa mengerucut. "Cara pikir lo positif banget, ya," komentar Adyssa. "Gue kayaknya sayang banget sama lo, Iyo."

Makaio hanya tersenyum.

"Jadi temen gue terus ya, Iyo," pinta Adyssa.

Laki-laki yang mengendarai motor itu mengangguk. "Iya, Adyss," katanya.

Senyum Adyssa mengembang lebar. Gadis itu mengistirahatkan dagunya di pundak Makaio. Lamat-lamat senyumnya mengembang lagi. Adyssa bisa melihat dirinya sendiri di kaca spion. Lalu perjalanan mereka terus berlanjut dengan obrolan-obrolan menyenangkan.

Mungkin, Makaio tidak akan ingkar dengan ucapannya, bahwa ia tidak akan meninggalkan Adyssa, apapun yang Adyssa hadapi besok. Tapi Adyssa, sepertinya tidak mau hanya besok. Adyssa mau Makaio selamanya, di sepanjang hidupnya.

+ The End +

[]

an: finally! selesai juga cerita ini! setelah ini tinggal selesaiin "Pilu Membara Atas Nama Cinta Mengabu" deh! Hayuk ah pindah lapak ke sebelah! Wkwkwk.

Anw, makasih buat yang udah baca dari awal sampai akhir!

Hm ... apa lagi, ya?

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro