{ 1 7 | k a m u j a h a t }

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Prompt 17:
Karaktermu bertemu dengan seseorang yang seharusnya sudah meninggal.

── * ‹ ° . . ° › * ──

Pagi itu aku tengah berangkat ke kantor dengan mobil pribadiku, seperti biasa. Tak ada yang benar-benar mengusik pikiranku kecuali fakta bahwa pacarku baru meninggal diserempet mobil minggu lalu. Sedih sekali, sayangnya selama ini dia tak tahu aku sudah punya pengganti.

Bulan depan rencananya aku akan menikah dengan wanita simpananku itu yang sekarang telah resmi menjadi pacarku.

Tiba-tiba di tengah perjalananku aku tersentak, terkejut, dan hampir kecirit. Aku menautkan alis serta memicingkan mata untuk memperjelas pandangan. Aku sempat membanting dan melepaskan setir yang kugenggam di tanganku saat melihat seseorang di depan. Wanita yang kulihat itu teriak dan menghalangi jalanku ketika aku hampir mrnabraknya. Aku nekat mengerem mobilku demi memastikan apakah yang kulihat di depanku kenyataan atau hanya khayalan belaka.

Dengan kasar aku membuka pintu mobil dan menghampiri wanita itu.

Aku melongo, dia melongo. Aku melotot, dia melotot. Kami bertatapan selama lima menit—belum termasuk cakap-cakap dramatisnya—di tengah jalan dengan mobil mahalku yang besar berada di tengah-tengah jalan yang niscaya akan menimbulkan kemacetan.

Wanita itu ... mirip pacarku yang sudah meninggal. Persis sekali, bajunya pun sama dengan pakaian yang terakhir ia pakai.

Aku terkesiap. "Loh, Aisyah ...."

Dengan tatapan yang masih sama dramatisnya dia berkata, "M- Mas Roby?"

Mulutku setengah mati gemetar, telunjukku teracung menunjuknya. "K- kamu bukannya ...—"

"Nggak, Mas, yang kemaren itu kembaranku," jawab wanita yang pernah kucintai setulus hati itu.

Mulutku masih bergetar sehingga aku hanya mampu tergagap tanpa bisa mengucapkan sebuah kata yang utuh. Dalam hatiku aku mengutuk karena rencanaku yang harusnya berjalan mulus harus terhambat gara-gara kemunculan wanita mati suri itu.

"Mas, aku mau minta kejelasan dari kamu ...."

Aku masih tak bisa berkata-kata, aku masih tidak bisa menerima kenyataan bahwa almarhumah mantan pacarku seakan bangkit dari kubur. Aku ingat ... seminggu yang lalu ibunya dan aku datang ke pemakamannya.

"Kemaren ... aku liat kamu di taman ... lagi duduk berduaan sama perempuan lain, kamu udah lupa sama aku?!" Dia menyentak.

"Kamu lupain aku begitu aja?!" ulangnya lebih tegas. Dia mulai menangis dan memukul-mukul dadanya dengan kepalan tangan.

Aku masih terpaku di tempat, lalu menelan ludah dan kemudian melepaskan kekehan palsu. "Ah enggak, kok, itu temen kerjaku doang."

"Lagian, kamu kenapa ke taman? Kenapa beberapa hari ini kamu nggak mampir ke rumahku? Oh iya, ibu kamu nyariin, tuh," ujarku berusahq tenang

"Kamu nggak tau ya ..., aku tuh ketutupan gerobak batagor, padahal waktu itu kamu udah hampir liat muka aku, tapi kamu nggak sadar." Dia masih tersedu-sedu lebay di tempatnya.

"Lagian, Mas, aku tuh ngelakuin ini semua sengaja, selama kita pacaran aku tuh udah tau kalo kamu ada perempuan lain."

Deg!

"Kamu seneng 'kan aku meninggal?! Kamu seneng 'kan?!"

[dilanjutkan setelah pesan-pesan berikut ini]

── * ‹ ° . . ° › * ──

Nggak beneran mau dilanjutin, segini aja udah eneg .-.

Jadi ... seharian ini aku nontonin TV Ikan Terbang karena cuma TV itu yang paling bersih, jadinya ya ... gini.

Rabu, 17 Februari 2021

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro