{ 2 1 | o l d m o t e l }

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Prompt 21:
Semalam di kamar motel di pinggir kota

── * ‹ ° . . ° › * ──

Semalam rencana kami hancur dan di luar harapan. Semalam kami benar-benar hilang harapan.

Malam tadi mobil yang kami tumpangi mogok di tengah jalan sehingga kami, sekumpulan anak usia delapan belas tahun, musti mendorong mobil secara bersamaan. Kami telah merencanakan semua perjalanan ini semenjak kami ada di bangku sekolah, ketika peristiwa di luar dugaan itu terjadi, tentu saja yang pertama kali kami lakukan adalah menyalahkan satu sama lain. Kami sempat berdebat dan tak tahu ke mana kami harus menuju. Di satu sisi tak mungkin kami mendorong mobil sampai ke pantai yang kami tuju, tapi kami tak tahu di mana tempat kami terjebak saat itu. Sinyal hilang, lampu remang.

Kemudian singkat cerita—setelah semua perdebatan panjang dan semua cucuran keringat yang tumpah saat mendorong mobil—kami menemukan sebuah motel di pinggiran kota. Sempat ragu 'tuk mendekat, akhirnya kami tertarik masuk dan menginap selama semalam.

Motel itu murah, dan sebanding dengan fasilitas yang kami dapatkan. Baik dari luar maupun dalam kamarnya ... suram. Di luar terdapat sebuah lampu yang nyala-redup, cat cokelat-atau-oranye-entahlah-nya mengelupas di beberapa bagian, kamar mandinya ada di luar kamar dan agak kotor menurut standarku, dan kamarnya remang-remang.

Setelah mendapati kenyataan bahwa motel yang kita tempati bukanlah motel dengan fasilitas terbaik—jauh—maka kami mulai menyindir dan menyalahkan satu sama lain, juga lontaran segala macam kata kotor.

Setelah beberapa lama dilanda hening karena suasana yang tidak mengenakkan, Lena mendapati sinyal internetnya telah pulih dan memesan pizza dan donat secara diam-diam.

Ketika semua itu sampai, siapa yang sanggup menolak? Kelaparan di tengah tempat antah berantah, lalu menemukan sebuah restoran pizza dan donat lokal yang menunya kelihatan menjanjikan.

Oh, pada akhirnya aku dan Samuel disuruh pergi ke minimarket terdekat untuk membeli soda dan beberapa minuman-minuman kecil.

Sebetulnya itu menjadi malam yang gila. Ketika aku datang, di kamar motel sedang ada kontes memakan donat tanpa mengunyah. Ya, mereka akan memasukkan sebulat besar donat ke mulut mereka lantas mereka telan tanpa mengunyah. Bodhi menjadi pemenang pada lomba orang goblok ini dan berhak minum paling pertama.

Setelah itu yang kuingat semuanya mulai mabuk dan aku tak ingat lagi. Keesokan harinya kami hanya ingat tadi malam kami mabuk donat. Akhirnya kami tak jadi melihat matahari terbit di pantai, tapi kami tetap melanjutkan perjalanan dan sampai pada siang hari.

── * ‹ ° . . ° › * ──

Minggu, 21 Februari 2021

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro