{ 9 | s t i l l w a i t i n g }

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Prompt 9:
Buat tema dengan setting Old West

── * ‹ ° . . ° › * ──

"Esok petang, aku akan kembali persis di tempat ini." Sembari menaiki kudanya, ia berujar pada sang pujaan hati.

"Kau sungguh akan kembali?" Sang wanita memastikan, ada sebuah perasaan khawatir yang mengganjal di hatinya. Yah, siapa yang tidak khawatir saat lelaki yang ia sayangi berangkat untuk memburu bandit nomor wahid di seluruh negeri?

Sang koboi terkekeh pelan seraya menatap teduh wajah ayu wanitanya itu. Tak lama kemudian lelaki itu pergi bersama para koboi lain. Bagaimanapun, ia tak bisa terus-terusan berada di sisi kekasihnya meskipun ia sangat ingin, sangat amat ingin.

***

Kalimat itu terucap sebulan lalu. Kini, sudah menjadi kebiasaan bagi Eliza untuk mengunjungi padang tandus yang dikelilingi tebing-tebing tiap pukul enam, dan baru kembali ke rumahnya tatkala matahari telah tenggelam sempurna.

Dan aku mesti menemani sahabatku yang masih terus berpegang pada sebuah harap akan kedatangan pria yang ia cintai.

Para koboi yang pergi bersama Gideon—kekasih dari Eliza—telah kembali setidaknya dua minggu setelah keberangkatan mereka, selepas sang bandit menjalani eksekusi. Owen—salah satu koboi—bilang, Gideon-lah yang paling berjasa dalam menangkap bandit itu. Ia merelakan nyawanya untuk gugur di tangan sang bandit demi menyelamatkan semua orang. Tentu saja, aku belum berencana akan memberi tahu Eliza soal hal itu.

Bagi Eliza, Gideon adalah dunianya. Mereka berteman sejak Eliza masih mengumpulkan koin demi koin emas dari mencuci kereta kuda orang-orang kaya dan Gideon masih baru memiliki Jackie—kuda kesayangannya. Bertahun-tahun mengenal satu sama lain, mereka mulai menjalin sebuah hubungan mesra. Nahas, kisah romantis dua insan yang saling mencintai itu harus berakhir tragis.

Kini, dengan tatap mata yang kosong tetapi masih penuh harap, Eliza menatap ke arah barat, menunggu kedatangan sosok Gideon dan kudanya. Aku turut prihatin dengan keadaan temanku ini. Terkadang aku ingin menangis ketika teringat kenyataan bahwa raga yang ia tunggu tak akan pernah muncul. Namun, tentu saja Eliza akan otomatis tahu semuanya jika aku menangis di hadapannya.

Saat ini matahari mulai tenggelam dan digantikan rembulan, langit oranye berubah kebiruan dan menggelap. Angin malam kembali mendesir, meniup pasir-pasir yang rata membalut daratan.

Eliza masih diam mematung, ekspresi wajahnya kosong dengan tatap mata menuju satu titik.

Aku membelai pundaknya. "Eliza, mungkin esok Gideon akan datang," ucapku menenangkan, sekaligus menimbulkan harapan besar padanya.

"Aku ... hanya ingin dirinya," lirihnya.

"Aku tahu ...," ucapku dalam hati yang tak mampu terucap.

Aku tak tahu perlu waktu berapa lama bagi Eliza untuk menyadari segalanya dan menutup luka batinnya. Karena baimanapun, seperti yang kukatakan, Gideon adalah dunianya Eliza. Jika Gideon tak lagi ada di sisi Eliza, berarti dunianya telah hancur.

── * ‹ ° . . ° › * ──

Aku lumayan suka cerita ini :,)

Selasa, 9 Februari 2021

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro