{ 1 0 | t h a t ' s i l l e g a l }

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Prompt 10:
Dunia di mana menulis cerita adalah kegiatan ilegal

── * ‹ ° . . ° › * ──

Suatu hari, seorang gadis pergi ke sebuah kota yang asing bagi dirinya. Dia hanya ingin singgah untuk sementara. Dengan hanya berbekal beberapa peser uang dan sebuah buku novel kesukaannya, dia berniat mencari tempat bermalam. Kalaupun akhirnya ia hanya bisa bermalam di bawah langit berbintang, itu pun tak masalah, yang penting ia diterima dengan baik di situ.

Pada mulanya sang gadis tak sadar bahwa sejak tadi ia sudah menjadi pusat perhatian. Semua orang yang berlalu lalang di trotoar tak luput memerhatikan sesuatu yang ia pegang dengan amat heran. Bahkan beberapa orang sampai menjauh.

Lambat laun, gadis itu menyadari perlakuan orang di sekitarnya terhadap dirinya. Dia bingung, apa yang salah? Apa tatapan heran sekaligus jijik itu ditujukan untuk gaya busananya atau rupa fisiknya sendiri? Seingatnya, ia tak membawa hal yang mencolok.

Siang itu dia ingin rehat sejenak, ia ingin menemukan toko buku setempat di mana mungkin ia bisa menemukan buku bekas yang harganya miring ketimbang membaca buku favoritnya lagi untuk yang kesepuluh kalinya dan bertemu ending yang sama.

Dia keluar-masuk semua toko buku, tetapi ia tak menemukan satu pun buku novel.

Aneh sekali, pikirnya.

Tak ingin memikirkan hal tersebut berlarut-larut, dia memutuskan untuk pergi ke kafe dan kembali membaca buku novel yang ia bawa. Seburuk apa pun ending yang disajikan, baginya alurnya benar-benar out of the box.

Wajah yang tak ramah ditunjukkan pelayan untuk gadis itu. Sang pelayan menelaah wajah sang perempuan bergaun hitam, mimiknya sama sekali tak bersahabat.

Sang gadis mengambil kopi pesanannya sambil berjalan ke salah satu kursi kosong dengan perasaan bingung. Kemudian ia meletakkan novelnya. Dia beberapa kali memastikan bahwa tidak ada yang aneh dari penampilannya. Sejauh ini, dia tak menemukan sesuatu yang aneh dari penampilannya. Ia juga tak kelihatan mencolok di antara warga setempat.

Ia berusaha mengenyahkan segala pikiran aneh yang bersemayam di benaknya saat ini. Ia kemudian menyesap kopi panas lalu membaca kalimat demi kalimat dalam buku fantasi tersebut. Hal itu lumayan membantu dirinya untuk bersikap tenang dan tenggelam dalam alur cerita.

Dia benar-benar menikmati waktunya di kafe itu, hingga pada akhirnya ia mendengar sekelebat perkataan orang di meja sebelahnya.

"Selamat siang, Tuan."

"Di sampingku ada orang yang membawa buku novel. Aku yakin dia berasal dari luar kota, dia tampak asing," ucap pria itu berbisik.

Sang gadis tersentak. Seratus persen ia yakin dialah yang dimaksud orang tersebut. Apa yang salah dengan membawa novel?

Tak lama kemudian suara sirine terdengar mendekat. Mobil polisi membelah jalanan kota. Semua orang yang ada di kafe sontak menoleh, termasuk gadis itu. Mobil itu terus mendekat ke ruko kafe. Dan pada akhirnya, mobil polisi tersebut terparkir di bahu jalan, di depan kafe tersebut.

Gadis itu ketakutan, dia baru pertama kali menginjakkan kaki di kota tersebut dan sudah diperlihatkan dengan pemandangan polisi sangar yang terlihat amat marah. Terlebih lagi, kini semua mata tertuju padanya. Mereka menatap sang gadis berusia tujuh belas tahun dengan tatapan yang mengintimidasi.

Tak hanya itu, alasan dua orang polisi datang ke kafe tersebut adalah dia. Dia melanggar sebuah peraturan yang paling sakral di seluruh penjuru kota, yakni dilarang keras membawa buku novel.

Di kota itu peredaran cerita fiksi memang sudah dilarang sejak lima tahun silam. Menulis cerita fiksi adalah sebuah hal yang ilegal. Pemerintah kota tersebut melarang dengan alasan yang cukup kontroversial, yaitu cerita fiksi dapat membuat seseorang bodoh, berimajinasi terlalu tinggi, dan tidak berpikir rasional.

Semua buku cerita fiksi dan tiap tulisan cerita telah dibakar massal. Akses terhadap cerita fiksi telah sepenuhnya ditutup total. Ke mana semua penulis cerita di saat semua itu terjadi? Tak ada yang tahu, mungkin pemerintah setempat tahu jawabannya.

── * ‹ ° . . ° › * ──

Oke, sepertinya aku ada bakat menjadi deadliner.

Rabu, 10 Februari 2021

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro