11. Seorang yang Berada Dibalik Layar

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Tinggal beberapa kilometer lagi sebelum rombongan mencapai desa Ceda, kesunyian melanda seisi kereta yang berada paling belakang. Di desa inilah Accel akan berhenti, sementara The Seven Cloak akan berhenti di perbatasan kerajaan Krushield dengan kerajaan North Sparrow. Jika diukur, jarak antara desa Ceda dengan perbatasan hanya terpaut lima kilometer. Bisa dibilang jarak yang dekat, bahkan dengan berjalan hanya membutuhkan waktu paling lama satu jam.

Accel diam tak bergerak, tidak tahu apa yang harus dilakukan. Padahal beberapa waktu lalu, tali persahabatan telah mengikat erat seluruh penumpang, namun sepertinya tali yang terikat harus putus sebentar lagi. Tentu Accel tidak ingin kehilangan ikatan berharga ini, apa boleh buat. Roda takdir akan terus berputar, baik mempertemukan ataupun memisahkan, tidak ada yang bisa menyalahkan hal ini.

Yang Accel sesali adalah waktu yang dia habiskan bersama pemuda bernama Baha akan segera berakhir, dia tidak tahu kapan perasaan ini muncul. Tetapi dia sama sekali tak bisa mengabaikannya, jika tidak hatinya akan terasa sakit.

Baha melihat Accel yang sedang gelisah, dia tidak bisa berbuat apa-apa. Seketika itu pula dia terlarut dalam pikirannya. Tiba-tiba sebuah keributan terdengar di kereta terdepan, semua orang yang penasaran bertanya kepada pengemudi di depan.

"Apa yang terjadi nanoja?" Nalulu mengintip keluar jendela, tidak jauh dari penglihatan matanya, terlihat asap hitam mengepul tinggi di langit, disertai dengan suara ledakan yang memekakkan telinga.ledakan itu dipercaya berasal dari desa Ceda yang akan mereka masuki beberapa meter kedepan.

"Berhenti!" Kapten Gus berteriak lantang, dan langsung menurunkan kakinya ke tanah. Dia mengetahui bahwa asal asap hitam di depan berasal dari desa Ceda. Firasatnya tiba-tiba menjadi buruk, ia langsung mengumpulkan The Seven Cloak di bawah komandonya.

"Ada apa ini? Apa yang sebenarnya terjadi kapten!" Wu Lao berkata dengan nada tinggi, asap yang terlihat di langit sedikit tidak wajar. Beberapa anggota lain juga merasakan suatu hal yang tidak mengenakkan. Udara di sekitar terlalu berat.

Kapten Gus menghela nafas berat, kemudian berucap, "Sepertinya musuh sudah menembus pertahanan di perbatasan dan mulai merebut paksa lokasi krusial di dekat perbatasan, yaitu desa Ceda. Alasan lainnya mereka menyerang desa Ceda untuk mengamankan persediaan makanan, sekaligus membuat pertahanan disana." Keadaan terlihat semakin buruk.

"Maka dari itu, kita harus melihat kondisi disana, tidak perlu khawatir! Walaupun desa Ceda hanya memiliki jumlah penduduk dua ribu jiwa, tetapi banyak pensiunan prajurit disana, aku yakin mereka tidak dapat kalah dengan mudah," kata kapten Gus dengan mengepalkan tangannya dengan erat. "Ikuti aku!" katanya sambil berlari.

Anggota The Seven Cloak dan beberapa pasukan ikut bersama kapten Gus, sisa prajurit dan kusir kereta kembali ke tempat yang agak aman. Accel membuntuti pasukan kapten Gus dari belakang, melihat Accel, Baha menurunkan kecepatan berlarinya. "Accel, apa kau yakin mau ikut? Jika aku boleh tahu, berapa level yang kamu miliki saat ini?" Tanya Baha dengan suara lembut. Accel menjawab, "Pada saat ini aku baru mencapai level 15, tetapi tenang saja, walau levelku rendah, namun level skill yang aku miliki cukup tinggi. Oh ya! Aku juga memiliki banyak persediaan Health Potion dan Mana Potion di cincin spasialku."

Baha tersenyum seraya berkata, "Pastikan untuk jangan bertindak gegabah nanti." Dia memperingati Accel sekali lagi. Accel mengangguk ringan menyetujui.

Desa Ceda, kawasan hutan.

Perang telah pecah sejak lama, pasukan desa Ceda yang dipimpin oleh Hendrick bentrok dengan pasukan musuh, keadaan masih imbang hingga saat ini.

"Pasukan pemanah, teruslah menembak! ... Pasukan garis depan, mundur perlahan untuk pindah ke sektor dua! ... Pasukan pendukung tiga, bantu pasukan pertahanan!"

Penduduk desa Ceda yang merupakan mantan prajurit veteran terus-menerus mempertahankan forrmasi dari serangan pasukan kerajaan North Sparrow. Para warga sipil yang tidak memiliki kemampuan tempur segera diungsikan menjauh dari wilayah tersebut, pasukan Hendrick tengah mengulur waktu saat ini.

Pasukan yang dipimpin Hendrick menjalankan taktik perang gerilya. Semua pasukan ditempatkan di tempat-tempat persembunyian, jika ada musuh lewat, mereka siap untuk menyergap kapan saja tanpa diketahui. Beberapa jebakan sengaja dipasang dibeberapa titik untuk menghalau sekaligus menahan pasukan musuh yang terus mengalir.

Jika ditotalkan, pasukan yang berada dipihak kerajaan Krushield hanya lima ratus orang dari semua umur, baik kalangan tua maupun muda. Sementara dipihak lawan, total musuh diperkirakan mencapai angka lima ribu, dan akan terus bertambah. Kala musuh menyerang pertama kali, Hendrick dan pasukannya bertindak cepat, mereka langsung mengevakuasi warga sipil dan membakar rumah-rumah dan gudang persediaan agar tidak dimanfaatkan oleh pihak lawan.

Waktu telah berlalu selama dua jam sejak pasukan musuh menginvasi desa Ceda, selama itu pula pasukan Hendrick saling baku tebas dengan pasukan lawan. Pedang-pedang saling bertabrakan sehingga menghasilkan percikan, dan suara yang memecahkan kesunyian dalam hutan. Korban jiwa dari kedua belah pihak terus berjatuhan. Keadaan perlahan mulai berubah, pasukan musuh mulai mendominasi peperangan, korban yang jatuh dari pihak musuh memang lebih banyak, akan tetapi setiap pasukan yang mati akan digantikan dengan pasukan baru. Akhirnya mereka terdesak, dan mundur secara perlahan.

Walaupun sudah kalah jumlah, pasukan Hendrick semakin menggila. Tidak peduli berapa banyak orang yang berguguran, setiap satu orang dari pasukan Hendrick, telah membunuh sepuluh orang dari pihak musuh dalam nominal yang minimal.

Pada saat itulah pasukan kapten Gus masuk ke dalam pertempuran dan mengacak-acak formasi musuh dengan gegabah dari arah yang tidak terduga. Sihir milik Accel terbukti efektif, sihir atribut api miliknya menjadi kuat berkali lipat saat berada di medan berkayu seperti hutan. Dengan cepat, api sihir yang mengarah ke musuh langsung mengisolasi mereka di dalam kobaran api panas. Tanpa belas kasih langsung membakar dan menghabisi semuanya tanpa sisa.

Serangan Accel bukanlah serangan tunggal, deretan serangan lanjutan pun bermunculan setelahnya. Sebut saja skill [Rain Arrow] milik Baha langsung menghujam musuh, lalu disusul dengan sihir dari The Seven Cloak yang lain juga memeriahkan acara pembantaian ini. Setelah pasukan musuh tumbang, pasukan Gus menyusul kemudian bergabung dengan pasukan Hendrick.

"Bagaimana keadaan sejauh ini?" Tanya kapten Gus, wajahnya serius.

"Makin buruk! Kami tidak punya kekuatan lagi untuk menahan mereka," ujarnya sambil mengerutkan alisnya, "Eh! ... Mengapa ada Accelina disini?" dia langsung kaget saat melihat sosok wanita berjubah dengan rambut pirang sepanjang pinggang dibelakang kapten Gus. Walaupun dia menyembunyikan tampilannya sedemikian rupa, struktur wajah dan rambutnya yang menawan tentu tidak bisa membohongi mata Hendrick yang merupakan pamannya sendiri.

Semua orang, baik dari pihak kapten Gus maupun pasukan Hendrick membelalakkan mata mereka seperti mata lembu, nama Accelina terdengar familiar. Bukan! Ini memang orang itu.

"Tuan putri! ... Mengapa anda disini? Bukankah seharusnya anda ..." kata kapten Gus, dia adalah orang yang pertama sadar, dirinya terguncang saat mengetahui ada putri di rombongannya. Melihat ekspresi terkejut dari orang-orang, dia hanya terdiam, dan melirik Baha sedikit. Baha tidak terkejut, dia memang mengetahui Accel bukanlah orang yang biasa. Mengetahui identitas Accel adalah putri Accelina dari kerajaan Krushiel cukup membuatnya puas.

Dari jauh, salah satu pasukan Hendrick berteriak, "Musuh telah menembus garis pertahanan!" Mengetahui situasi semakin runyam, Hendrick berkata dengan suara lantang, "Mundur! Terapkan strategi 'Run and Attack', fokus pada serangan jarak jauh sekarang!... Ayo semua, kita harus pergi sekarang."

Tanpa menunggu lama, Hendrick dan semua pasukannya mundur secara berkala dengan perlahan. Baha membantu pasukan pemanah di belakang, ia memakai skill [Mana Arrow] dengan tujuan untuk mengurangi pemakaian anak panahnya. Biarlah damage yang dihasilkan kecil, masalahnya adalah skill [Mana Arrow] miliknya memiliki level yang kecil. Selain untuk menghemat anak panah biasa, Baha memang berniat untuk menaikkan level skillnya ini. Dia yakin bahwa skill [Mana Arrow] akan sekuat, bahkan melebihi anak panah biasa.

Sedangkan tugas pasukan yang memakai senjata jarak dekat adalah membersihkan jalan, mereka menebas apapun yang menghalangi, baik monster maupun bandit yang lewat. Accelina membantu menyerang bagian belakang sesekali, senjata yang dipegang Accelina adalah tongkat kecil sepanjang 30 sentimeter yang terbuat dari kayu. Dia melemparkan bola api untuk membakar musuh yang mengejar.

Semakin jauh, musuh yang terlihat pun semakin sedikit. Semua orang yang bertipe penyerang jarak jauh mulai fokus berlari mundur menyusul ketinggalan. Baha dan Accelina juga memutuskan untuk berlari mengejar kapten Gus dan yang lainnya, mereka tertinggal cukup jauh.

Dalam sekejap mata, Baha melihat ada sesuatu yang bersinar. Dia berhenti berlari dan menoleh untuk mencari darimana asal kilatan cahaya tadi. Accelina yang melihat Baha menghentikan langkah juga ikut berhenti, dia bertanya, "Ada apa Baha?"

Baha menanggapi dan berkata, "Teruslah berlari, aku harus memeriksa sesuatu." Setelah mengatakan hal itu, Baha berlari kearah yang berlawanan. Sementara Accelina melanjutkan langkahnya dengan ragu. Tidak lama setelah mereka berpisah ...

BOOOOMMMM

Suara ledakan yang keras berbunyi! Tepat di belakang Accelina, dia menoleh dengan cepat. Api berwarna merah membumbung tinggi di langit, disertai dengan kepulan asap yang berukuran raksasa setinggi satu kilometer ke langit biru. Accelina tidak dapat bereaksi saat angin kencang dan debu menabrak dirinya sesaat kamudian. Angin yang berasal dari ledakan tersebut langsung menyapu bersih seluruh isi hutan tanpa terkecuali. Beberapa orang dengan level rendah terhempas oleh angin tersebut, tidak main-main! Mereka terhempas sejauh dua kilometer dari tempat mereka berdiri.

Accelina yang berada di level 16 juga ikut terlempar, dan berhenti sebab menabrak batang pohon yang tebal. Keadaannya sangat memilukan, bajunya compang-camping, luka goresan tercetak di seluruh tubuhnya, rambutnya kotor dan acak-acakan tak karuan, debu telah menutupi seluruh tubuhnya. HP miliknya hanya tersisa 2 persen, tatapannya kosong, bibirnya bergetar hebat, dia menggumamkan sepatah kata dengan lemah, "Baha." Pandangannya semakin kabur dan menggelap, tepat saat dia memejamkan matanya, sebuah tetesan air jatuh ke pipinya dengan lembut.

***

Di wilayah yang sama, lokasi yang berbeda.

"Hahaha, serangan sihir ledakan milikmu memang benar-benar indah. Aku yakin mereka pasti sudah rata dengan tanah." kata seseorang dengan baju yang terlihat mahal, dia berbadan gemuk dengan memegang tongkat seakan-akan dialah penguasa dunia ini.

Orang yang satu lagi menundukkan kepalanya seraya berkata, "Benar kata tuan muda Lesser, aku yakin setidaknya seratus persen berhasil meratakan mereka. Hadeh, benar-benar deh. Kedua kerajaan ini bodohnya tidak terobati, tanpa kecurigaan sedikitpun mereka memercayai kata-kata tuan muda."

Mereka berdua adalah dalang dibalik munculnya sihir ledakan tadi, dengan kelicikan mereka, kedua kerajaan telah dikendalikan di telapak tangan mereka. Mereka berhasil membuat pertikaian panjang antara kedua negara tersebut, sehingga memicu peperangan.

"Aku harus ke kota Nasild sekarang, calon istriku sedang menunggu kepulanganku sekarang, Hahahaha."

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro