14. Bangun

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Di tempat yang dipenuhi oleh kegelapan abadi, tanpa adanya setitik cahaya pun yang terlihat oleh mata. Seorang pemuda terkapar di dasarnya yang hanya beralaskan tanah yang dingin, tubuhnya dipenuhi luka yang luar biasa berat. Wajahnya tampak hancur sehingga tidak bisa dikenali lagi rupanya, seluruh sendi di tubuhnya bergeser dari tempatnya, dan banyak tulang yang mengalami keretakan yang parah. Isi perut pemuda ini sudah tidak beraturan, ditambah daerah kulitnya mengalami luka bakar yang sangat parah, saking parahnya sampai-sampai darah mengalir tiada henti dari seluruh luka tersebut.

Manusia di dunia manapun jika dalam kondisi itu seharusnya sudah mati! Ajaibnya, pemuda ini masih memiliki nafas walaupun sangat lemah. Untunglah kondisinya masih berada di alam bawah sadar, jikalau dia terbangun, akan timbul rasa sakit yang menyesakkan hingga berpotensi mengganggu kejiwaan.

Pemuda ini adalah Baha, akibat dari ledakan yang super kuat waktu itu membuat dirinya terlempar sangat jauh, kemudian mendaratkannya di tempat ini. Poin nyawa yang tersisa menunjukkan angka 0,1 persen, luka akibat tertusuk duri cukup untuk membunuhya saat ini.

Baha sudah berada sejengkal dari kematian, tetapi seberkas cahaya tiba-tiba muncul dari sebuah benda yang Baha genggam dengan telapak tangannya. Benda berbentuk bola ini ia temukan sesaat sebelum ledakan terjadi.

Cahaya itu perlahan menyelimuti tubuhnya, lalu meresap ke pori-pori. Sampai pada akhirnya seluruh bagian tubuhnya telah terbungkus oleh cahaya tersebut. Energi kehidupan mengalir perlahan-lahan memasuki tubuh Baha, menutup semua luka dan meregenerasi setiap sel-sel yang rusak. Perlahan kesadaran Baha muncul, setelah membuka mata dia berteriak.

“AARRRRGGGGHHHH”

Jeritan keras menggelegar dari pita suaranya memenuhi seluruh tempat ini, teriakan ini seperti manusia yang dihukum oleh kuasa langit karena kejahatan besar. Baha meronta-ronta berharap rasa sakit yang menggerogoti tubuhnya hilang, airmata bercampur darah mengalir deras dari pelupuk matanya membasahi kedua pipinya. Baha benar-benar menahan rasa sakit yang tidak dapat diungkapkan dalam kata-kata, ini terjadi seharian penuh. Sampai pada suatu ketika, Baha berniat untuk mengakhiri hidupnya karena tidak dapat menahan rasa perih berkepanjangan ini, namun sebuah suara bergema di kepalanya yang berhasil menghentikan aksi bunuh dirinya.

“Jangan mati!”

Dua kata itu berhasil membuatnya terdiam untuk sementara waktu, akal sehatnya yang hilang telah kembali. Namun, rasa sakit yang mencabik masih bersemayam di dalam dirinya seakan-akan tidak bisa menghilang. Untuk mangatasi rasa sakit yang menyerangnya, Baha menggigit bibirnya dengan keras, gigi taringnya menancap cukup dalam. Rasa sakit yang bergejolak di setiap sel tubuh Baha hilang seketika. Kesempatan itu langsung dia gunakan untuk merilekskan tubuhnya dan mengatur nafasnya yang terengah-engah akibat berteriak satu hari penuh.

Baha baru menyadari bahwa adanya cahaya yang menyelimuti tubuhnya, dia juga merasakan bahwa beberapa luka yang lebar perlahan menyusut. Kali ini Baha benar-benar harus fokus dalam pemulihan luka bakarnya, cahaya yang terasa dingin ini sangat nyaman.

Setelah merasa lukanya semakin membaik, Baha membuka matanya, dia memeriksa sekeliling untuk mencari asal suara misterius tadi. Tetapi, rupanya tidak ada seorang pun yang berada di lingkungan ini. Untuk memastikan, Baha berdiri, “Apakah ada seseorang disini?” katanya.

Dengan susah payah, Baha akhirnya berada dalam posisi berdiri, walaupun sikap berdirinya sangat buruk. Setelah dia melangkahkan kakinya ke depan, terdengar suara.

*KRAAAAKKKK*

Mata Baha melebar seperti piring, suara tadi berasal dari salah satu tulang di punggungnya yang patah. Rasa sakit yang tadi hilang akhirnya dipicu kembali. Dalam keadaan duduk, Baha menahan rasa sakit yang kembali menghujam dan menahannya dengan mata terpejam.

“Jangan bergerak bodoh! Fokuslah pada penyembuhan tubuhmu.”

Suara misterius terdengar kembali, Baha segera menggelengkan kepalanya. Kali ini dia patuh dan duduk bersila sambil memusatkan energi penyembuhan yang masuk ke dalam tubuhnya.

Tak terasa, waktu telah berjalan dengan cepat. Sudah satu bulan semenjak Baha memperbaiki sekaligus menyembuhkan tubuhnya dari luka-luka.

Semua luka luar telah disembuhkan, bekas luka yang seharusnya ada benar-benar menghilang tanpa jejak. Wajahnya yang rusak telah diperbaiki sepenuhnya, aura ketampanan yang Baha keluarkan sudah benar-benar merusak mata siapa pun yang melihatnya. Sel-sel kulit yang rusak telah diregenerasi dengan sel baru, membuat lapisan kulitnya semakin bersih dan mulus.

Dalam rentang waktu itu pula, Baha benar-benar berjuang menahan rasa sakit yang luar biasa. Satu bulan yang dia habiskan terasa seperti satu tahun! Setiap detik, dirinya merasakan sakit di setiap selnya. Walaupun luka luarnya benar-benar menghilang, namun luka dalamnya belum sembuh sepenuhnya.

Luka dalam yang Baha rasakan hanya sembuh sekitar 70 persen, memperbaiki susunan organ yang berantakan ditambah merekonstruksi tulang yang rusak tidak semudah yang dikira. Langkah dan proses pengerjaannya sangat sulit dan membutuhkan waktu yang lama.

Baha perlahan membuka matanya, dia bernafas panjang. Satu bulan yang telah dilaluinya seperti neraka, Baha telah menahan rasa sakit, menahan haus dan lapar, sekaligus menahan rasa kantuk secara bersamaan. Untuk buang air saja, dia tidak punya pilihan lain selain mengeluarkannya ditempat. Seluruh bagian celana yang dikenakannya mengeluarkan aroma busuk tak tertahankan, namun dirinya tidak menghiraukan semua itu.

“Akkhhh …….”

Baha membelalakkan matanya, ketika dia membuka mulutnya untuk bicara, taka da satupun kata yang berhasil keluar dari rongga mulutnya. Sempat panik sesaat, namun Baha segera menenangkan dirinya sendiri. Setelah menghabiskan suaranya dalam mengungkapkan rasa sakit yang diterimanya, tentu saja pita suaranya menjadi lelah dan mengistirahatkan dirinya sendiri. Ini adalah hal yang lumrah.

“Kau bisa berbicara denganku lewat telepati,” kata suara yang bergema di kepalanya. Baha mengangguk dan mencoba mengirimkan suaranya, “Tes! Apa kau mendengarku?”

Aku bisa mendengarmu dengan jelas,” katanya dengan suara berat, Baha mengetahui secara langsung bahwa lawan bicaranya ini adalah seorang pria paruh baya. Baha mencoba bertanya, “Siapa kau dan dimana aku berada sekarang?”

Ini adalah pertanyaan umum, siapapun orang yang berada di situasi Baha akan menanyakan pertanyaan ini. Hanya saja, suara pria yang bergema di kepalannya terasa sedikit janggal. Selebihnya Baha bisa mengolah informasi yang terjadi belakangan ini. Pria itu merespon pertanyaan yang Baha ajukan, “Kau bisa memanggilku Oda, aku adalah manusia biasa yang tidak memiliki jasad. Mengenai dimana kita berada sekarang, aku juga tidak yakin. Tetapi mengenai beberapa petunjuk yang ditinggalkan di tempat ini, aku bisa mengetahuinya.” Suara itu berhenti sejenak, kemudian melanjutkan, “Tempat ini dikenal dengan sebutan Hole of Abyss.”

"Hole of Abyss?" Baha tidak mengetahui setitik pengetahuan pun mengenai tempat ini, buku yang diberikan oleh Manna pun tidak ada yang membahas masalah tempat ini.

"Oh kau tidak tahu? Hole of Abyss adalah tempat penyimpanan benda pusaka yang diturunkan oleh Patriot pendahulu, tempat ini hilang pada Patriot generasi ke-20. Aku tidak menyangka tempat ini berada di benua tengah," kata Oda menjelaskan.

"Patriot? Siapa mereka?" Tanya Baha sembari mengerutkan dahinya, Oda menjelaskan secara singkat bahwa Patriot adalah sekumpulan orang dari dunia lain yang ditugaskan membunuh raja iblis yang saat ini sedang tersegel, tanda yang membedakan mereka dengan manusia pribumi adalah tanda hitam di telapak tangan kiri mereka.

Baha langsung memeriksa dan melihat telapak tangan kirinya untuk memastikan, dan benar saja, tanda yang dijelaskan Oda ada di telapak tangannya!

"Apa tanda seperti ini? Kalau begitu ... Aku juga seorang Patriot," kata Baha dengan ekspresi terkejut. Oda merespon dan menjawab, "Benar!"

"Apa kau juga seorang Patriot senior Oda, Patriot generasi berapakah senior saat itu, dan apa kau tahu senior, aku Patriot generasi ke berapa?" Tanya Baha kembali, Oda mengiyakan dan menjawab rentetan pertanyaan Baha satu per satu, "Benar! Aku juga seorang Patriot. Aku generasi ke-28, sedangkan kau berada di generasi ke-29."

Baha mendapat informasi dari senior Patriotnya yang bernama Oda ini, dia mengetahui garis besar mengapa dirinya terlempar ke dunia lain. Awalnya Baha berpikir bahwa dia ke dunia ini karena diberi kesempatan untuk hidup lagi, tetapi dia dikirim ke dunia ini untuk menuntaskan sebuah misi yakni mengalahkan raja iblis yang tengah disegel.

Baha berjalan sambil memegangi bola bercahaya yang ia temukan, dia mengatakan, "Terima kasih telah menolongku senior Oda!" Karena senior Oda menolongnya saat dirinya berada diantara garis tipis yang memisahkan kehidupan dengan kematian, senior Oda membantu dirinya yang sekarat menggunakan energi kehidupannya. Hal ini merupakan anugerah terbesar, selamat dari kematian membuat Baha bersyukur.

Oda menggelengkan kepalanya dan berkata, "Kalau kau bilang aku yang telah menolongmu itu adalah kesalahan, aku tidak memiliki kemampuan untuk mengalirkan energi kehidupan. Yang mengalirkan energi kehidupan padamu adalah bola yang kau pegang saat ini!" Baha membelalakkan matanya, melihat bola itu dengan tatapan tidak percaya, "Eh! Apa kau bercanda senior?"

Baha masih belum bisa memercayai kata-kata Oda, bagaimana bisa sebuah benda mati mengalirkan energi kehidupan kepada dirinya? Bola apa yang sebenarnya ada di tangannya ini.

"Bola ini bukanlah bola biasa, sebenarnya benda ini adalah pusaka legenda bernama Heaven Recovery Pearl. Kemampuan yang dimilikinya adalah penyembuhan dan pemurnian, luka apapun bisa disembuhkan selama penderita masih memiliki satu nafas di dalam tubuhnya!" Tukas Oda dengan nada yang agak digentak.

"L-Luar biasa!" Baha menatap dengan kagum bola mutiara putih yang bersinar terang ini, matanya berkilauan seperti melihat bintang.

"Asal kau tahu saja, jiwaku berada di dalam bola ini tahu!" Oda berkata dengan suara berat, Baha yang mendengar fakta itu lansung mendekatkan bola mutiara ke matanya, mencari-cari keberadaan Oda di permukaan bola mutiara.

"Aku tidak bisa dilihat dari sana bodoh! Jiwaku berada di dunia kecil yang ada di dalam Heaven Recovery Pearl ini!"

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro