9. Kota Nasild 2

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Baha dan Wu Lao sedang berjalan-jalan di tengah kota Nasild. Mereka berniat untuk membeli makanan, sekaligus menjual senjata Goblin yang mereka kalahkan sewaktu berada di desa Fulhouse. Saat ini, keduanya sedang berjalan di jalan utama yang besar, beberapa kereta kuda berlalu-lalang keluar masuk kota. Tempat ini menjungjung tinggi kesetaraan setiap ras, dibuktikan dengan banyaknya ras selain manusia yang berkeliaran di kota ini.

Wu Lao melebarkan tangannya untuk merenggangkan ototnya, sebuah tanda hitam kecil terlihat di telapak tangannya, membuat Baha terkejut dan segera melihat telapak tangannya sendiri. Tanda yang dilihat Baha barusan, sama persis. Dengan ragu dia bartanya pada Wu Lao, "Tanda apa yang berada di telapak tanganmu itu?"

Wu Lao menatap Baha sebentar, itu berwarna hitam dan tidak bisa dihilangkan. "Aku tidak tahu, setelah aku bangun dari tidur aneh, entah mengapa tanda ini telah berada disini?" Wu lao mengingat sesuatu dan berkata, "Dan ada sebuah layar transparan muncul saat aku menyentuhnya, Lihatlah!" Setelah dia menyentuh tanda hitam di tangannya, sebuah layar hologram muncul yang menampilkan status Wu Lao.

Itu sama persis, Baha segera melepas sarung tangannya dan berkata dengan antusias, "Aku juga memilikinya." Setelah melihat tanda milik Baha, Wu Lao melebarkan matanya, terkejut sekaligus mencoba menyimpulkan sesuatu.

"Bahkan kamu juga memiliki tanda ini, apa artinya ini?" Wu Lao tiba-tiba mengingat sesuatu yang penting, dia menopang dagu dan menyilangkan tangannya, pantulan sinar matahari yang terpantul dari kepala pelontosnya membuatnya terlihat seperti pertapa agung yang sedang berpikir. "Sejauh yang aku ketahui, tempat kita berpijak bukanlah tempat dimana kita tinggal, ini jelas alam lain," ungkapnya dengan wajah penuh keheranan.

Baha yang sependapat dengan Wu Lao juga menanggapi hal itu, "Benar! Aku merasa bahwa dunia ini sangat berbeda dengan dunia asal kita sebelumnya. Sangat berbeda!" ucapnya sembari melangkah dengan konstan.

Saat keadaan kembali hening, Wu Lao yang penasaran bertanya, "Sohib, di dunia asal kita, berasal dari manakah dirimu?" Baha tidak segera menjawab pertanyaan Wu Lao, tetapi berpikir dan mengingat-ingat kembali, dan berkata, "Aku tidak mengetahui letak spesifiknya, tetapi tempat dimana aku tinggal biasa dikenal dengan sebutan 'Kepulauan Indonesia'.

***

Ibukota Kerajaan Krushield, istana kota Nasild.

"Baik baginda, saya akan melakukan misi ini secepatnya." Pria yang memberi hormat itu adalah kapten Gus, setelah bangun dari posisinya, dia meninggalkan ruang singgasana dengan langkah terburu-buru. Kali ini dia mendapatkan misi mengantarkan Potion ke perbatasan utara, dimana kerajaan Krushield berbatasan langsung dengan kerajaan North Sparrow.

Tidak hanya sekedar mengantarkan Potion saja, tetapi juga mengantarkan bantuan logistik dan barang penunjang lainnya. Selain itu juga, kelompok yang dipimpin oleh kapten Gus ini juga harus turun tangan menahan serangan kerajaan musuh, sampai situasi kedua belah pihak ini kondusif dalam rentang waktu seminggu. Maka dari itu, dia bergegas menuju barak untuk mengumpulkan anggota dan tentara lainnya.

Di tengah perjalanan menuju barak, kapten Gus bertemu Baha yang sedang membeli beberapa jajanan di pinggir jalan. Kapten Gus berseru, "Baha! Segera bersiap, kita akan mendapat misi menjaga perbatasan sekaligus mengantarkan barang kesana." Baha yang sedang mengunyah makanan dimulutnya dengan cepat mendorongnya ke tenggorokan dan dicerna, dia menjawab, "Baik kapten! Aku akan memanggil Wu Lao dulu."

Kapten Gus mengangguk dan melanjutkan langkahnya.

Semilir angin yang menggelitik kulit, membuat rileks siapapun yang diterpanya. Tidak terkecuali Baha, dia harus kembali ke barak. Dan segera berangkat menuju utara, ke perbatasan. Baha telah memberi kabar kepada Wu Lao bahwa mereka mendapatkan misi lagi, dan harus bergegas. Baha yang memiliki cincin penyimpanan sekali lagi tidak perlu repot-repot untuk berkemas, sangat praktis.

Karena Baha memiliki cukup banyak waktu untuk menyusul, dia memutuskan untuk pergi ke toko persenjataan terlebih dahulu. Tujuannya tidak lain adalah menjual senjata Goblin yang dikalahkannya beberapa waktu lalu. Baha berharap barang yang dia jual bisa mendapatkan hasil yang memuaskan. Dengan beberapa derap langkah pendek, Baha menemui seorang pria yang terlihat sebagai pemilik toko tersebut.

"Ada yang bisa saya bantu, kami menjual, membeli, memperbaiki, dan membuat senjata. Adakah hal yang dibutuhkan?" kata penjual itu dengan pelan, pria ini memiliki tubuh yang proporsional dan macho. Apalagi bagian bisep dan trisep yang gagah, semua orang akan langsung tahu bahwa orang ini adalah seorang pembuat senjata.

"Aku ingin menjual senjata, bisa kau lihat ... Berapa harga yang cocok untuk pedang ini?" Baha mengeluarkan pedang dari cincin penyimpanannya, untuk mengetahui harga barang yang dimaksud. Sebuah pedang sepanjang lengan manusia dewasa, berwarna perak dengan bilah yang tajamnya dapat memotong apapun dengan rapi sedang diperiksa olehnya.

Pria itu masih memeriksa pedang tersebut, di tengah-tengah pemeriksaanya dia berkata, "Coba kulihat," setelah bicara singkat, pria itu meneliti pedang yang ringan itu setiap incinya,dia mengangkat pedang itu dan mengayunkannya untuk memeriksa berat pedang tersebut, "Pedang yang bagus, aku akan membeli pedang ini dengan sepuluh keping perak, bagaimana?"

Sepuluh keping perak bukanlah harga yang buruk, Baha langsung menyetujui harga yang ditetapkan pria tersebut. Namun sebelum itu, Baha mengeluarkan lebih banyak pedang yang sama dari penyimpanan dimensinya lagi dan lagi, sampai berhenti di angka 135 total pedang yang Baha miliki. Pria itu terkejut dengan jumlah pedang yang langsung memenuhi tempatnya, pedang itu berserakan di lantai tokonya. Dia dengan cepat mengubah raut wajahnya, dan berkata, "Aku tidak keberatan untuk membelinya, tetapi ... Semua ini terlalu banyak, bisakah kau memberiku potongan harga?"

Baha berpikir sejenak, untuk mempertimbangkan segala aspek. Tetapi pada akhirnya dia menyetujui keinginan pria itu, "Aku hanya bisa memberi potongan harga sebanyak sepuluh persen, tidak bisa lebih," katanya dengan wajah datar. Pria itu setuju dam langsung membeli seluruh pedang yang Baha jual. Setelah Baha menghitung total uang yang dia dapatan dalam proses berniaga, ada satu keping emas, dan 35 keping perak. 'Lumayan!' batinnya.

Matahari telah berada di puncak cakrawala, sinarnya begitu terik, membuat siapa pun enggan keluar rumah. Seorang pemuda berjalan cepat di bawah cahaya yang menimbulkan gelombang panas itu, seakan-akan tidak memedulikan semuanya. Dia hanya harus bergegas ke suatu tempat yang harus ditujunya.

Baha menyimpan makanan yang dia beli ke dalam cincin penyimpanan, koin hasil menjual pedang juga turut di simpannya. Dengan ini dia bisa bergerak dengan leluasa.

Baha berlari kecil, supaya bisa sampai tepat waktu tanpa harus mengeluarkan banyak tenaga. Saat dirinya melewati sebuah lorong kecil yang sempit, seseorang yang memakai jubah lusuh tiba-tiba keluar dari lorong itu. Dia berlari kencang dan seketika itu pula menabrak Baha yang sedang berlari kecil. Beruntung Baha bisa memertahankan posisinya dan menjaga keseimbangan, tetapi orang itu terjatuh meluncur ke tanah karena tersandung tumit Baha.

Dia meringis dan merintih pelan memegangi kakinya yang terkilir, dia merasakan nyeri dan denyutan di pergelangan kakinya. Dia memaksa dirinya untuk berdiri, dan melanjutkan larinya dengan masuk ke lorong lainnya. Alhasil dia terjatuh lagi karena kondisi kakinya yang tidak memungkinkan baginya untuk berlari lebih jauh.

Baha yang berniat menolongnya hanya menatap khawatir saat orang itu berdiri lagi dan berjalan kembali, saat dirinya jatuh yang ketiga kalinya dan sikap jatuhnya yang lucu itu, membuat Baha tidak tega dan membantunya.

Setelah beberapa langkah, Baha akhirnya melihat sosok dibalik jubah lusuh tersebut. Seketika itu pula tubuhnya memaku, matanya tertuju pada sosoknya. Seorang gadis bersimpuh anggun, mengekspos wajahnya, pesona yang dikeluarkan membuat degup jantung Baha berderu. Wajahnya yang menggemaskan sekaligus menawan, matanya biru jernih seperti Kristal sapphire, rambut pirang yang bebas menjuntai, lehernya seputih giok, kakinya yang tak ternoda, semua bagian tubuhnya menampilkan keindahan surgawi. Baha merasa jiwanya meninggalkan tubuhnya sesaat, ekspresinya campur aduk saat melihat keindahan yang menyilaukan itu. Disaat kedua mata mereka saling bertukar pandang, Baha tergagap dan langsung menoleh untuk menghindari tatapan yang menjerumuskan itu dan panik, sedangkan gadis itu menjadi malu.

Setelah saling bertukar pandang, gadis itu menutupi wajahnya dengan jubahnya lagi. 'T-Tidak, wajahku terlihat ... Bagaimana ini?' batin gadis itu dengan panik. Karena kecelakaan kecil ini membuat wajahnya terekspos, dia merasa tidak berdaya. Semua rencana pelarian ini akan gagal karena ini? Gadis itu bergetar ketakutan, dia takut pemuda ini akan melaporkan hal ini kepada raja. Tidak salah lagi, pasti begitu.

Baha yang panik, merasa dirinya harus bertanggung jawab karena menabrak gadis ini. Baha merendahkan tubuhnya mengamati kondisi kaki gadis itu sembari menjaga jarak, takut gadis ini akan tersinggung. Matanya menutup erat, setetes keringat mengalir di wajahnya yang seputih susu, rasa takut menguasainya.

"Maaf, aku tidak sengaja menabrakmu. Bagaimana kondisi kakimu? Apa itu terasa sakit?" Tanya Baha dengan suara khawatir, membuat gadis cantik terluka adalah hal buruk bagi kaum adam. Merasa bersalah, Baha tidak berani memandang gadis itu, dan hanya menunduk dalam-dalam.

Gadis itu membuka matanya, dan memandang Baha dengan mata punuh waspada, dia tidak begitu dekat dengan laki-laki. Karena itulah gadis ini curiga dengan pemuda yang baru ditemuinya ini, karena desakan rasa sakit di kakinya lah yang membuatnya merendahkan kewaspadaannya. "Pergelangan kakiku sakit, sepertinya terkilir tadi," ucap gadis itu dengan wajah menahan sakit.

"Bisakah kau perlihatkan kakimu? Aku akan berusaha untuk menyembuhkannya." Setelah beberapa kata yang keluar tadi, gadis itu menarik rok yang menutupi pergelangan kakinya. Pada awalnya dia ragu, tetapi melihat ekspresi pemuda yang serius seolah-olah telah mengerti dengan kondisi kakinya tanpa memperlihatkan keraguan sedikitpun. Akhirnya mau tidak mau harus mempercayainya. Dan menjulurkan kakinya perlahan, "Silakan."

Seketika itu pula Baha seperti tersambar petir di siang bolong, bagaimana tidak. Sepasang kaki putih mulus tanpa celah disodorkan kehadapannya. Baha menatap dengan waktu lama, tangan kotornya tidak berani menyentuh kaki itu. Bagaimana kakinya bisa seindah ini? Dia melihat dengan kagum, gadis itu buru-buru menutup kakinya dengan roknya.

"J-Jangan menatapnya seperti itu," ungkapnya dengan wajah merah padam karena malu.

"M-Maaf, aku akan mulai sekarang," kata Baha buru-buru. Dengan cepat dia mengarahkan tangannya ke kaki gadis itu, dan menyentuhnya.

"Nhhh."

"!!!!" Saat kulit keduanya bersentuhan, sensasi kenyal langsung dirasakan Baha. Kulit gadis ini sangat lembut, dia mengelus lembut kaki putih dengan pelan, seakan-akan sedang memainkan alat musik. Baha menikmati hal itu. "Ngghhh ... Aww ... Sakit!" gadis itu meringis, suaranya yang imut keluar dari bibirnya yang merah menawan, menahan rasa sakit dengan wajah merah.

Baha bisa dibilang ahli dalam manangani kaki terkilir, tak membutuhkan waktu lama baginya untuk menyembuhkan kaki gadis itu seperti sedia kala. Gadis itu menatap Baha dengan tatapan penuh makna, "Terima kasih," ucapnya dengan suara lirih.

[Recovery berhasil dipelajari!]

[Recovery (Active) Lv. 1 : menyembuhkan luka dalam maupun luka luar dengan kecepatan penyembuhan 4% per 50 mana]

Baha melihat skill baru yang dia miliki lagi, ini adalah skill support pertamanya.

Baha bangun dengan cepat, dan mengulurkan tangannya untuk membantu gadis itu untuk bangun. Tanpa ragu, gadis itu menggenggam erat tangan Baha dan berdiri. Setelah itu dia menepuk jubahnya yang berdebu dan merapikan bajunya.

Baha harus segera pergi, dia melambaikan tangannya. Gadis itu hanya menatap kepergian pemuda itu dengan kosong. Dia bergumam, "Jika takdir berkehendak, aku harap kita bertemu lagi."

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro