8. Kota Nasild

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Satu hari setelah penyerangan desa Fulhouse, berkat kerja sama seluruh masyarakat, semua mayat Goblin sudah dibersihkan. Hanya Baha, Wu Lao, dan kapten Gus yang membantu, sementara anggota lainnya masih beristirahat untuk memulihkan luka mereka.

Baha juga membantu memakamkan para warga desa yang meninggal dalam penyerangan Goblin ini. Baha tiba-tiba jadi merindukan Tama, apakah Tama sudah tenang di alam sana?

Setelah urusan di desa Fulhouse selesai, Baha dan kawan-kawannya segera meninggalkan desa, sebelum mereka berangkat, kepala desa memberinya hadiah kepada seluruh anggota The Seven Cloak dan kapten Gus.

"Walau ini tidak seberapa, mohon diterima tuan pahlawan," ujar kepala desa sembari memberikan Baha sebuah kotak antik yang terawat. Kotak kayu itu terbuat dari kayu pohon jati, dengan ukiran yang rumit diseluruh bagiannya.

Baha hanya menggaruk kepalanya yang tiba-tiba gatal, dengan ragu-ragu dia menerima pemberian kepala desa tersebut. "Baiklah, terima kasih."

Diperjalanan, Baha membuka kotak antik itu, terdapat sebuah pedang berwarna aquamarine yang berkilauan, Baha takjub melihat pantulan wajahnya di bilah pedangnya.

[Reward : Blue Seastone Blade]

[Blue Seastone Blade : ATK +50, memberikan efek slow pada musuh sebanyak 10%]

Baha mendapatkan pedang baru, sementara yang lainnya mendapat buku skill, uang, makanan, dan barang aneh lainnya.

"Aku akan segera mempelajari ini nanti," kata Wu Lao sembari menyimpan hadiahnya yang berupa buku skill.

"Uang ini akan kubelanjakan arak setelah sampai di kota nanti, Huahahaha!" Sifat asli kapten Gus sudah mulai keluar akhir-akhir ini, sepertinya dia sudah tidak sabar untuk minum-minum setelah perjalanan ini berakhir.

"Jika saja cucuku ada disini, dia pasti akan senang sekali," ucap Red Hood Grandma yang membawa satu kantung penuh makanan. Makanan itu adalah biskuit kering kesukaan cucunya.

Flasson mendapatkan banyak buku baru, sementara Understeel mendapat boneka lucu dari anak-anak, dia sangat menyukai keimutan.

"Heeeehhhh, boleh aku tahu hadiahmu itu apa..." Filly memulai aksinya, menjahili Nalulu yang daritadi menyembunyikan hadiahnya.

"I-Ini rahasia nanoja ... T-Tidak boleh ada yang mengetahuinya ..." ucapnya, tetapi tangannya sibuk menyembunyikan hadiah itu ke dalam ranselnya.

"Ahhh .... Ini ...." Filly merampas hadiah Nalulu dengat cepat, sehingga Nalulu terlambat bereaksi.

"Kyaaaa .... Kembalikan itu sekarang!" Nalulu melompat untuk meraih hadiahnya yang diambil oleh Filly dengan paksa, karena perbedaan tinggi tubuh yang kentara, membuat Nalulu harus melompat untuk mengambil hadiahnya.

Hadiah yang diterima Nalulu adalah satu set pakaian dalam, hal inilah yang membuatnya ingin menyembunyikan hadiah itu, dia malu karena ukuran anunya begitu kecil, bahkan bisa dibilang sebagai papan cucian. Berkat itulah Filly tertawa penuh kemenangan. Sementara Nalulu hanya bisa menahan rasa malunya karena dipermainkan seperti ini, 'Awas saja kau lemak numpuk!' batinnya.

Warga desa mengantarkan kepergian mereka dengan sorak-sorai, Di mata warga desa, mereka adalah pahlawan. Bahkan warga desa memberikan julukan kepada mereka, julukannya yaitu 'Pahlawan Pelangi'.

***

Setelah tiga hari perjalanan, mereka akhirnya sampai di kota Nasild, ibukota kerajaan Krushield. Baha bernafas lega, karena perjalanan panjang ini berakhir. Saat sampai disana, Baha berniat untuk istirahat seharian penuh.

Perjalanan enam hari bukanlah waktu yang sebentar, selama diperjalanan, ikatan kekeluargaan di antara anggota The Seven Cloak tumbuh. Baha sudah menganggap mereka sebagai saudara sendiri.

Baha terkesima melihat kota yang begitu besar, tembok kokoh menjulang melindungi kota Nasild ini. Kota ini menampung sekitar 200 ribu lebih penduduk.

Kota Nasild dibagi menjadi dua wilayah, wilayah dalam diperuntukkan bagi para bangsawan dan orang-orang penting tinggal, wilayah mereka dilindungi tembok tinggi, dan setiap pintu masuk dijaga ketat.

Wilayah luar diperuntukkan bagi kaum menengah bawah dan rakyat jelata. Wilayah mereka tidak dilindungi tembok. Di tempat ini banyak sekali pemukiman kumuh.

Dari 200 ribu penduduknya, 25 persen penduduk berada di bawah garis kemiskinan. Tidak heran banyak tunawisma yang berkeliaran, banyak dari mereka yang jadi pengemis, maupun menjadi pencuri karena kekurangan biaya untuk makan sehari-hari.

Kota ini memiliki arsitektur Eropa pada abad pertengahan, bagian dalam kota ini sangat rapi dan bersih. Karena tidak adanya penataan kota yang baik, struktur bangunan wilayah luar sangatlah buruk. Ditambah tidak adanya pembersihan membuat daerah ini sedikit kotor.

Baha dan kawan-kawannya dibawa masuk ke barak untuk beristirahat. Laki-laki dan perempuan akan tidur di kamar terpisah. Anggota The Seven Cloak bergender pria ditempatkan di satu kamar yang sama.

Sampai di kamar, Baha langsung menjatuhkan diri ke kasur. Semua temannya juga melakukan hal yang sama seperti yang Baha lakukan.

Walaupun Baha dulu pernah tinggal di gunung, dia sama sekali belum pernah pergi terlalu jauh dari pondoknya. Perjalanan ini membuatnya kelelahan, kakinya pegal-pegal semua. Baha pun tertidur di ranjang.

***

Perekonomian di kota ini berjalan lancar, mengingat kota ini adalah kota besar, banyak pedagang yang datang dari berbagai wilayah berkumpul disini. Tetapi yang disayangkan adalah maraknya tindak kriminalitas di kota ini yang membuat raja dan penasehatnya sakit kepala. Banyaknya surat keluhan dari warganya, membuat dirinya harus segera membereskan mereka.

Singgasana ditransformasikan menjadi ruang kerja oleh raja kerajaan Krushield, dengan inisiatifnya, raja turut ikut serta dalam mengurus urusan kenegaraan lebih mendalam. Dia harus turun tangan menangani masalah di kerajaannya.

Bnyak orang yang meminta raja untuk tidak perlu repot-repot membantu mereka, namun raja bersikeras ingin membantu menangani masalah yang ada di negerinya, baik masalah internal maupun eksternal.

Setelah membaca surat keluhan dari warga, sang raja membaca surat lain, surat ini berisi tentang permintaan bantuan terhadap serangan dari kerajaan North Sparrow di perbatasan.

"Apakah bantuan ke perbatasan utara telah dikirim?" Raja bertanya pada penasehatnya yang sedang sibuk mengurus dokumen lainnya, penasehat itu mengatkan bahwa bantuan sudah dikirim sejak sehari yang lalu, dan mungkin sedang dalam perjalanan.

"Bagus, perintahkan juga kepada para alkemis untuk membuat ramuan sebanyak mungkin. Lalu kirimkan kepada tentara yang berada di utara menggunakan kendaraan tercepat," titah raja.

"Baik yang mulia, saya akan lakukan!" Penasehat itu meninggalkan mejanya dan menyuruh bawahannya untuk menghubungi para alkemis.

Beginilah kondisi ruang singgasana tiap harinya, beberapa masalah muncul belakangan ini. Membuat semua orang sibuk, bahkan para ksatria dan pelayan senior juga ikut mengurusi masalah pemerintahan.

Seorang pria bertudung hitam muncul dari belakang kursi raja, sontak ksatria yang berada disana langsung mengeluarkan senjatanya dan siap untuk bertarung. Tetapi hal ini segera dihentikan oleh raja sendiri, dan menyuruh semua yang ada diruangan tetap tenang.

Pria bertudung hitam itu membisikkan sesuatu kepada sang raja, melihat raut wajah raja yang memburuk membuat orang-orang yang ada di ruangan ini khawatir. Sangat jelas terlihat bahwa pria misterius itu memberikan kabar buruk kepada raja.

"Apakah informasi itu benar adanya?" Tanya raja dengan wajah pucat pasi.

"Aku telah melihatnya dengan mata kepalaku sendiri, tidak salah lagi. Dengan ini tugasku selesai, aku akan mengambil bayaranku," setelah raja mengangguk, pria itu menghilang kembali.

Sang raja pun pergi meninggalkan meja kerjanya, dia menyuruh penasehatnya untuk mengurus sisanya. Dengan terburu-buru, raja melangkahkan kakinya.

***

Di sebuah kamar mewah yang berada di istana yang megah, seorang gadis sedang melamun di balkon kamarnya.

Gadis itu memiliki paras yang sangat cantik, kulitnya sangat putih dan halus bagaikan sutra, lekukan di wajahnya menggambarkan keindahan yang tiada tara. Iris matanya yang berwarna biru langit seperti kristal membuat sorot mata tertuju padanya, ekspresi yang lembut membuat kaum adam terlena. Disempurnakan oleh rambut pirangnya yang terurai dengan bebas, semakin memperindah rupanya.

Gaun putih berpadu dengan warna merah jambu yang dikenakannya sangat serasi dengannya, ditambah dengan tiara perak dikepalanya membuatnya makin mempesona.

Tetapi kecantikannya tertutupi oleh mood-nya yang buruk. Tatapannya kosong lurus kelangit biru berawan, terlihat ada beban dipikirannya.

Pintu kamarnya diketuk, dan terbuka. Orang yang masuk adalah raja kerajaan Krushield, yang bernama Gumbert. Gadis ini tidak senang dengan kehadiran ayahnya, dia bahkan tidak memedulikannya

"Accelina... Ayah tahu ini berat bagimu, tetapi fakta bahwa kamu belum memiliki seorangpun sebagai calon pasanganmu di umurmu yang telah matang ini membuat ayah harus mengambil tindakan. Tidak ada salahnya bukan untuk mencoba saling memahami lebih jauh dengan pangeran Lesser?" sang raja mengutarakan pendapatnya, dia berharap putri satu-satunya ini memahami maksudnya.

Accelina berbalik dan menatap ayahnya dengan tajam, matanya yang berkaca-kaca sangat jelas, membuat ayahnya terkejut.

"Bukankah sudah Accel bilang! Accel tidak mau bertunangan dengannya, apa ayahanda masih menutup mata dengan kejadian beberapa hari lalu!" sanggah Accelina untuk meminta ayahnya menolak permintaan pangeran Lesser yang berniat melamar dirinya.

"...."

Ayahnya tidak menjawab, dia mengerti hal yang dilakukan pangeran Lesser tidak bisa dimaafkan.

Semua itu dimulai seminggu yang lalu, Raja Gumbert mempertemukan Accelina dengan Lesser dalam acara ulang tahun Accelina yang ke-17. Saat itu kerajaan Krushield baru saja menjalin hubungan diplomasi dengan Gilflare City-state, Raja Gumbert pun mengundang beberapa tamu penting dari sana untuk memeriahkan acara ini. Yang datang waktu itu adalah putra kedua Gilflare City-state, dia yang terpikat oleh kecantikan Accelina pun meminta raja Gumbert untuk menjodohkannya. Semua terjadi dengan wajar, sampai suatu hal yang buruk terjadi.

Pada waktu itu, di tengah pesta yang sedang berlangsung, Accelina pergi ke toilet. Pada saat dirinya selesai memakai toilet tersebut, Lesser sudah menunggu di luar pintu toilet itu. Accelina yang tidak memiliki prasangka buruk terhadap Lesser ini hanya memintanya untuk tidak berdiri di depan pintu toilet, karena akan menghalangi jalan.

Tetapi Lesser menarik lengannya secara paksa, dan menyudutkan Accelina di dinding toilet. Mulutnya disekap dan tubuhnya dihimpit oleh Lesser lebih keras, Lesser melakukan perbuatan hina dengan melecehkan Accelina di toilet. Accelina menyadari bahwa dirinya sedang dipermainkan oleh pria bejat ini, dia mengeluarkan airmata. Accelina berontak, namun apa daya bahwa tubuh perempuannya tidak sebanding kekuatan lelaki yang perkasa. Dia hanya pasrah dengan apa yang terjadi.

Namun aksi Lesser berhasil digagalkan oleh para pembantu yang ingin membersihkan toilet itu, sebelum bertindak lebih jauh. Lesser mengancam pembantu itu dengan tatapan yang dingin, dan meminta untuk tidak melaporkan hal ini kepada raja. Diapun pergi dengan senyum iblis diwajahnya.

Karena shock dengan apa yang dialaminya barusan, Accelina tak kuat berdiri lagi dan akhirnya jatuh. Para pembantu itu membantu Accelina berdiri dan membawanya ke kamar. Walau telah diancam, para pembantu tetap melaporkan hal ini kepada raja.

Accelina teringat ketika ibunya meninggal karena sakit lima tahun lalu, ayahnya lah yang selalu ada untuknya. Ayahnya berjanji akan selalu menuruti permintaan Accelina agar dia tidak bersedih karena kehilangan ibunya.

Karena sikap ayahnya berubah, Accelina sudah menetapkan suatu rencana untuk kabur dari istana. Dirinya sudah tidak betah tinggal di istana ini lagi, lebih baik mati daripada bertunangan dengan pria bejat seperti Lesser. Dia sudah mengumpulkan tekad.

"Pikirkan lagi Accel, tidak ada salahnya bukan?" Raja masih mencoba membujuk Accelina, tetapi melihat Accelina yang tidak bereaksi sama sekali, membuat raja mengurungkan niatnya dengan pergi meninggalkan kamar puterinya.

Accelina yang masih berdiri di balkon itu sudah tidak tertarik membahas masalah ini lebih jauh. Dia menjatuhkan dirinya ke kasur setelah ayahnya meninggalkan kamarnya.

Accelina mengeluarkan liontin berwarna perak dari lehernya, liontin ini adalah peninggalan dari ibunya yang berharga. Dia memandang foto ibunya di liontin itu, wajah mereka sangat mirip.

"Ibunda .... Ayahanda telah berubah .... Padahal dia bilang padaku untuk menikahi orang yang aku cintai .... Ibunda .... Aku sudah tidak ingin berada disini lagi
.... Aku sayang ibu ..."

Accelina mengatakan itu dengan suara lirih, dia terisak dan akhirnya menangis tersedu-sedu, dia menutupi wajah sembabnya dengan bantal putih miliknya.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro