01 | charles de gaulle

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng




HAN Jisung tidak pernah menyangka bahwa dirinya akan terpilih lolos seleksi untuk mengikuti program pertukaran pelajar di kota Paris, Perancis.

Selama dua minggu ke depan, sebagai mahasiswa jurusan sejarah seni, ia akan diperkenalkan kepada berbagai macam karya, kebudayaan serta bahasa bagian barat bumi Eropa.

Ia dapat membayangkan dirinya bersantai di dalam apartemen studio bergaya Parisian, menyantap roti croissant sebagai menu sarapan sembari menikmati keindahan menara Eiffel dari dalam jendela kamar. Semuanya terasa begitu sempurna—

—kecuali untuk satu.




P A R I S   I N
T H E   R A I N




"Cepetan, woy!" Teriak roommate barunya, Kim Seungmin, yang terkenal tidak sabaran. "Ini busnya udah mau berangkat ke asrama!"

"Iya, iya!" Balas Jisung yang terlihat kesusahan saat membawa koper miliknya yang terlalu besar. Semua ini akibat sang ibu yang terlampau khawatir jika ia kesulitan memenuhi kebutuhannya saat berada jauh dari rumah.

Sesampainya mereka di lobby terminal kedatangan, hal pertama yang Jisung sadari adalah satu — Paris memang benar-benar diciptakan saat Tuhan tengah berbahagia. Bangunan yang serba megah, puluhan ribu manusia yang berlalu lalang serta wangi lelehan mentega yang menyeruak dari deretan kafe, rasanya ia benar-benar sedang berada di surga.

"Welcome to Paris-Charles de Gaulle Airport," sapa seorang dewasa akhir yang terlihat seperti pemandu mereka.

Meskipun kemampuan bahasa Inggrisnya didominasi oleh aksen khas Perancis, Jisung bersyukur bahwa hal tersebut tidak mempersulitnya dalam memahami apa yang beliau katakan.

"My name is Louis, and I will be the guide that will take you to dorm before your class begins." (Nama saya Louis, dan saya akan menjadi pemandu kalian yang akan membawa kalian menuju gedung asrama sebelum kelas dimulai.)

Jisung hanya mampu berdecak kagum.

Gila, semua ini gila. Semua orang tahu bahwa Ecole Nationale Supérieure des Beaux-Arts adalah sekolah seni terbaik di seluruh dunia. Kebaikan apa yang ia pernah lakukan di kehidupan sebelumnya sehingga dapat menikmati segala kemewahan ini?

"Soon as you arrived, a special Korean guide will be present to make you feel closer to home. He's a very nice person, I'm sure you'll like him a lot." (Setelah kalian sampai, seorang pemandu asal Korea Selatan akan hadir agar membuat kalian merasa lebih dekat dengan rumah. Ia adalah orang yang baik, aku yakin kalian semua akan menyukainya.)

Mendengar hal tersebut, Jisung menyinggung lengan Seungmin cepat.

"Loh, nanti ada pemandu orang Korea juga?"

"Hm, gue juga baru dikasih tau," angguknya santai. "Katanya sih dulu lulusan SOPA. Tapi nggak tau deh, yang mana orangnya."

Kedua mata Jisung membelalak kaget. "Sama kayak gue, dong?"

Seungmin mengedikkan bahunya. "Mungkin. Lo ada senior yang sekarang kuliah di Perancis, nggak? Kali aja kalian udah saling kenal."

"A-ada nggak ya..."

Pikiran Jisung berkelana, mengingat-ngingat masa SMA-nya yang sudah berakhir beberapa tahun lalu. Seseorang yang pergi melanjutkan pendidikannya ke Perancis, siapa?

"Kayaknya nggak ada deh, Seung— oh..."

Seungmin menatap Jisung penuh selidik, membuat yang diberi pertanyaan hanya mampu menggeleng tanpa daya. "...ada."

Seketika, Jisung merasa sangat gugup. Memorinya mengembara mengarungi dimensi waktu. Di antara berjuta-juta manusia yang mengadu nasib di negara ini, apakah orang tersebut benar-benar dirinya?




P A R I S   I N
T H E   R A I N




Jisung melangkahkan kakinya ragu saat memasuki tempat tinggal baru yang berlokasi di jantung kota Paris.

Bagaimana tidak? Sosok laki-laki yang menjadi cinta pertamanya semasa SMA kini sewaktu-waktu dapat kembali muncul di hadapannya. Haruskah ia merasa bersyukur, atau justru merutukinya?

"Lo kenapa, sih?" Tanya Seungmin yang sejak awal telah menyadari perubahan pada raut wajah Jisung. "Perasaan tadi baik-baik aja, sekarang kayak mules gitu."

"Bukan mules!" Sahut Jisung tak santai, membuat lawan bicaranya sontak tergelak dengan puas.

"Ya terus kenapa, Han Jisung?"

"Gue cuma... penasaran."

"Penasaran gimana?" Seungmin berusaha mengingat percakapan terakhir mereka. "Atau jangan-jangan, lo masih mikirin pemandu Korea kita?"

"Y-ya..." Jisung mengusap tengkuknya malu. "Gitu, deh."

"Cerita, dong!"

"Nggak, nggak mauu!" Geleng Jisung panik. Pipinya kini sudah hampir merona delima.

Baru saja Seungmin berniat untuk menggoda Jisung lebih jauh, suara dehaman dari depan pintu seketika mengembalikan fokus mereka.

Sosok laki-laki berwajah oriental terlihat menunggu kedatangan para peserta dengan ekspresi yang tidak mampu Jisung artikan. Di bawah iluminasi gantung lampu bertabur berlian, pada saat itulah ia tersadar, bahwa sosok tersebut benar-benar dirinya.

Bukan tanpa sebuah alasan Han Jisung menaruh hati pada Lee Minho — senior tampan kebanggaan sekolah yang mendapatkan beasiswa penuh untuk berkuliah di kota romansa. Visualnya yang luar biasa serta prestasinya yang diluar nalar mungkin menjadi daya tarik utama bagi segelintir siswa yang terobsesi dengannya,

Tetapi bagi Han Jisung,

Lee Minho akan selalu lebih dari semua itu.

Kisah mereka berawal ketika Han Jisung menghadiri acara pentas musik tahunan sekolah. Sebagai siswa dari jurusan seni murni, ia menemukan ketertarikan tersendiri saat berhadapan dengan para siswa yang mempelajari seni terampil.

Hingga pada saatnya, seorang siswa yang mewakili jurusan tari modern naik ke atas panggung untuk menampilkan koreografi buatannya. Setiap gemulai jemari Minho tatkala membuat Jisung terpesona, membuat laki-laki itu ingin merengkuhnya dalam sebuah pelukan — dan pada hari itulah, untuk kali pertama dalam hidupnya, ia jatuh cinta.

Dalam kurun waktu setahun, tidak pernah terbesit dalam pikiran Jisung untuk menyatakan cinta pada yang lebih tua. Sesekali, ia akan menaruh sekotak susu coklat dengan sticky note penyemangat yang ia sematkan di atasnya, atau menyiapkan sebotol air di ruang latihan agar Minho tidak perlu lagi kesusahan pergi ke kantin.

Karena bagi laki-laki itu, mengagumi keindahan Minho dari kejauhan merupakan keputusan terbaik yang dapat ia pertanggungjawabkan.

Tetapi, segalanya berubah ketika keduanya kembali dipertemukan di bawah langit kota cinta. Paris yang tidak pernah tidur, seakan-akan memberitahu bahwa cerita mereka tidak seharusnya berakhir tanpa kata.

"Han Jisung?"

Yang terpanggil kini mengadahkan kepala, menatap manik lentik sang pemandu yang berada tepat lima senti di hadapannya.

"Content de vous revoir."

"H-hah?"

Dan pada akhirnya,

Jisung hanya mampu berharap bahwa konspirasi semesta akan menemukan jalannya kembali pada sang cinta pertama.








Author's Note

————————

Yay, kembali lagi dengan cerita minsung
jalan-jalan! Semoga ceritanya berkenan ya, aku
mengharapkan feedback dari kalian 🤗❤️

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro