Hadiah Tak Terduga

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

 
"Hah... Jadi memang benar di daerah ini masih lah rawan," guman Rora pelan sambil melihat dari kejauhan.

Kali ini Rora yang di tugaskan untuk menyelidiki di daerah Ikebukuro. Pintu Utara Stasiun Ikebukuro. Yang dimana, di daerah tersebut lah selalu rawan.

Rora masih lah melihat kemana mata nya melihat. Memang ia tidak menampakan dirinya secara langsung.

Rora membelalak-an matanya,"Bisa bahaya jika begini,"ucap nya.

Gadis itu melihat seseorang berjalan di daerah itu. Walau memang malam itu sudahlah pukul tengah malam. Sedangkan, disisi lain ia juga melihat orang yang cukup mencurigakan berjalan di arah yang berlawanan.

Orang mencurigakan itu melangkahkan kaki nya dengan cepat, Rora bisa melihat itu dengan bantuan (mask) yang ia pakai di wajahnya.

Sedangkan, seseorang warga penduduk biasa itu hanya terlihat biasa saja. Tidak ada yang mencurigakan.

Beberapa menit kemudian, kedua orang itu saling bertemu di tengah daerah tersebut. Rora ingin melihat apa yang akan terjadi. Dan, untung saja ia sudah memasang alat sadap suara disana.

Rora memasang alat pendengar nya di telinga nya, ia siap mendengar juga melihat apa yang akan terjadi.

"Jadi, bagaimana dengan perjanjian yang kemarin? Apa anda sudah mendapatkan nya?"

Orang itu mengangguk,"Tentu. Aku sudah mendapatkannya. Ini,"ucapnya lalu menyodorkan satu berkas kepada orang yang satu nya lagi. Tentu saja orang mencurigakan itu.

"Oh tunggu, sepertinya ada sesuatu di tangan orang itu,"ucap nya pelan. Rora mencoba mengamatinya lebih dalam.

"Orang itu dalam bahaya!"batin Rora dalam hati. Ia terkejut ketika ternyata seorang Pria membawa sebuah pisau tajam di belakang punggung nya.

Rora tau tujuan pria tersebut. Pasti ia akan membunuh orang yang memberikan berkas tersebut. Mungkin karena Pria itu tidak membawa uang untuk membayar orang tersebut. Lalu, Pira itu berencana membunuh nya.

Atau... Mungkin ada alasan lain?

Rora tidak sempat untuk memikirkan hal itu lebih panjang. Ia segera menghampiri kedua orang tersebut. Tentu dengan dirinya mengenakan pakaian yang ia biasa gunakan saat bertugas.

"Ah, terimakasih atas kerja sama anda. Oh iya sebentar, ini bayarannya--"

Sebelum Pria itu bertindak, Rora bertindak terlebih dahulu. Dengan memberi sebuah kode terlebih dahulu.

Rora menembakkan tembakan nya di dekat posisi sang Pria. Pria itu terkejut tentunya,"Astaga--Apa-apaan ini?!"Lalu, Pria itu menoleh kearah belakang nya, tidak mendapati siapa pun.

"...jauhkan pisau anda, atau ingin aku membunuh mu, hm?"

"Hah?!"

Ketika Pria itu menoleh ke arah sampingnya, ia melihat seseorang tersebut sambil mengarahkan tembakan nya mengarah tepat di wajah Pria tersebut. Tentu saja, siapa lagi jika bukan Rora sendiri yang mengarahkannya?

Karena, ketebulan sekali saat itu tempat tersebut remang-remang begitu. Jadi, tidak mudah di kenali wajah nya oleh siapa pun.

"Siapa kau? Mau apa?!"

"Pergi atau mati? Jika pergi, kembalikan berkas itu lalu pergilah,"ucap nya datar begitu juga tegas.

Karena saking takutnya, Pria itu menjatuhkan pisau nya juga berkas tersebut. Lalu, kaburlah ia dari tempat tersebut.

Ia menghela nafas lega, lalu mengambil pisau juga berkas yang jatuh tersebut. Dan, menoleh ke arah seseorang tersebut yang tidak lain ternyata--

"Rora?!"

"Hah... Ichiro?!"

  Mereka berdua saling menatap satu sama lain. Tidak menyangka jika seseorang itu adalah Ichiro. Rora merasa dunia ini sempit. Tidak ada orang lain kah yang menjadi orang yang ia selamatkan?

"Don't say, if you sell an information again, Ichiro? In the midnight? What the--"

"Harus nya aku yang bertanya, kenapa bisa-bisa Rora berada di daerah yang berbahaya di tengah malam begini?"

Rora menghela nafas kasar, lalu mengajak Ichiro untuk keluar dari daerah tersebut. Tentu ia menarik salah satu tangan milik Ichiro.

"Kamu lupa, aku ini bekerja apa selain menjadi Duta Besar dari New York?"tanya Rora ketika mereka berdua berjalan menuju keluar daerah tersebut.

"Aku tahu Rora, tetapi kenapa harus di tempat berbahaya seperti itu?"Ichiro yang masih heran dengan pernyataan Rora.

"Itu bukan pertama kali nya aku ketempat berbahaya, Ichiro."

Dan pada akhirnya, Ichiro tidak bertanya lagi. Mungkin memang benar, bukan pertama kali nya gadis itu berada di tempat berbahaya.

"Kalau begitu aku akan mengantar mu pulang,"ucao Rora ketika mereka memasuki Mobil milik Rora.

Rora yang di bagian kemudi, dan Ichiro di bangku sebelahnya.

Rora melepas mask nya,"Kamu tahu Ichiro? Tadi kamu hampir di bunuh,"

"Eh?"

Rora mengangguk,"Pisau yang ku bawa tadi buktinya. Dan, untung saja aku di berikan Misi di tempat itu,"ucap Rora. Lalu, Rora menjalankan mobilnya. Menuju rumah Ichiro tentunya.

Ichiro mengangguk,"Kalau begitu, Terima kasih, ya? Sudah menyelamatkan ku?"

Di balas Rora oleh sebuah anggukan sambil tersenyum kecil.

•••

"Okay, kita sampai."

Mereka berdua akhirnya sampai di Rumah Yamada Bersaudara. Rora memutuskan untuk turun, dan begitu juga Ichiro.

"Setelah ini, aku langsung pulang ya? Maaf aku tidak bisa mampir lebih lama,"jelas Rora pada nya ketika mereka berdua berada di depan pintu rumah.

Ichiro mengangguk,"Iya. Aku yakin pasti Rora harus mengirim hasil laporan nya bukan?"

"Iya. Secepatnya aku harus memberikan nya,"

"Baiklah, selamat malam. Semoga mimpi indah dan juga--mimpi-in aku ya?"Satu geplakan melayang pada Ichiro.

Rora terkekeh kecil,"...hahaha. Semoga saja."

'Jika aku bisa tidur lebih lama nanti,'batin Rora dalam hati. Karena Rora yakin ia akan berakhir tidur dua jam saja.

"Ah iya Ichiro, sepertinya ada sesuatu di kepala mu,"ucap Rora sambil melihat ke atas rambut Ichiro.

"Eh, apa--"

  Rora dengan cepat mencium sekilas Ichiro. Di bibir-nya. Entah alasan apa yang membuat gadis itu mencium nya.

Setelah melepas ciumannya, Rora segera beranjak pergi. Sambil melambai kepada Ichiro,"Semoga mimpi Indah!"

Ucap Rora sambil sedikit berlari menuju mobil nya lalu masuk kedalam nya. Dan, segera lah Rora pergi dari sana.

Ichiro terdiam dan mengingat apa yang barusan terjadi.

"Oh... Jadi, sudah berani mulai duluan ya?"

Lalu, Ichiro kembali masuk ke dalam rumah. Dan, tentu saja menuju ke kamar nya.


Keesokannya, Ichiro mendapatkan pesan dari nya. Saat membaca nya, ia hanya tersenyum. Sesekali terkekeh.

'Semalam, itu Hadian untuk mu bodoh. Jika bisa, lupakan.'

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro