Garda

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Langkah kaki itu bergerak dengan cepat. Berpacu dengan waktu karena bunyi bel baru saja berhenti mengisi seluruh penjuru sekolah. Ransel yang semula tergantung di belakang punggung, kini sudah berganti posisi ke salah satu tubuh. Salah tangan Garda merogoh saku terdepan ransel, mencari-cari sesuatu yang memang sudah ia siapkan sebelum tiba di sekolah.

Garda menghela napas lega saat melihat pintu ruang kelas yang hendak ia tuju. Langkah Garda melambat untuk sesaat. Namun kembali dipercepat saat melihat sosok yang kini mulai memasuki ruang kelas. Menutup kembali daun pintu yang terbuka dalam beberapa detik itu.

Kelas yang tadinya riuh langsung sepi kayak kuburan saat Pak Henri masuk ke kelas. Sontak saja seluruh murid 12 IPS 3 langsung duduk diam di kursi masing-masing.

Meski baru berusia 20-an akhir, citra Pak Henri bukan main-main. Guru baru dan termasuk yang termuda di SMA Antariksa itu terkenal tegas, cenderung killer.

Namun belum lima menit Pak Henri berada di kelas, tiba-tiba saja pintu kelas diketuk dari luar. Para murid yang semula menahan napas, kini dapat sedikit bernapas lega saat melihat Garda masuk ke dalam kelas.

"Permisi, Pak. Saya Garda dari kelas 12 IPA 1," ucap Garda sopan.

Pak Henri mengangguk singkat, lalu bertanya, "Ya? Ada apa?"

"Hm, gini, Pak. Saya mau ngasih surat izin buat Natalia, murid di kelas ini. Hari ini dia absen karena lagi demam."

Setelah mengatakannya, Garda lalu memberikan selembar surat keterangan sakit dari dokter di salah satu rumah sakit di kota mereka. Surat yang sudah ia genggam saat berada di koridor tadi.

Pak Henri menerima surat tersebut dan membacanya dengan saksama. Garda menatap Pak Henri dalam diam yang kini menganggukkan kepalanya sambil memindai isi surat tersebut.

"Kalau begitu, saya permisi dulu, Pak. Terima kasih," pamit Garda.

Garda menyempatkan diri melempar senyum pada murid 12 IPS 3 yang hampir seluruhnya ia kenal, sebelum melangkah keluar dari sana. Setelah selesai menyelesaikan tugasnya, barulah kaki Garda membawa tubuhnya menuju ruang kelasnya.

Garda dan Natalia tidak berada di kelas yang sama. Jangankan kelas, jurusan Garda dan Natalia pun berbeda. Jika Natalia menjadi penghuni jurusan IPS, maka Garda adalah penghuni jurusan IPA. Untung saja jarak ruang kelas Garda dan Natalia tidak terlalu jauh, jadi ia tidak terlalu terlambat masuk ke ruang kelasnya sendiri.

Tidak pernah Garda sangka, Natalia yang sehari-harinya merupakan orang yang selalu kelebihan energi, malah tiba-tiba jatuh sakit. Garda sedikit tidak percaya saat salah satu asisten rumah tangga di rumah Natalia memberikan surat padanya.

Terlalu lama mengenal Natalia karena tinggal di kompleks perumahan yang sama, membuat Garda dan Natalia sering melakukan aktivitas bersama. Dari TK sampai sekarang duduk di bangku SMA pun, Garda selalu berada di sekolah yang sama dengan Natalia. Tidak heran pula jika keduanya selalu pergi ke sekolah bersama.

Karena itulah, saat Garda tiba di rumah Natalia tadi dengan tujuan menjemput gadis itu, Garda dibuat tidak percaya dengan pernyataan bahwa Natalia kini tengah terbaring sakit. Mengingat peraturan sekolah mereka yang cukup ketat terhadap siswa yang terlambat datang, maka Garda mengurungkan niatnya untuk melihat keadaan Natalia.

"Non Lia sakit, Den. Bibi cuma disuruh ngasihin surat ini ke Den Garda. Katanya biar Den Garda yang kasih ke guru Non Lia," ujar Bi Usma tadi pada Garda.

Garda duduk di bangkunya tepat sebelum guru yang mengajar di jam pertama masuk ke ruang kelas. Sepulang sekolah, Garda berniat menjenguk Natalia. Untuk saat ini, biarkan Garda fokus menyimak pelajaran yang akan diberikan gurunya.

***

Semoga kalian suka, ya.

Xoxo

Winda Zizty
28 Februari 2023

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro