Garda

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Buku cetak itu tertutup seiring dengan suara bel tanda berakhirnya jam mata pelajaran. Garda tidak lekas meletakkan bukunya ke dalam tas atau menyorokkannya ke laci. Gantinya, Garda mengeluarkan ponsel dari saku celana. Mengecek satu per satu aplikasi berkirim pesan yang ia unduh di ponsel pintarnya.

Namun, dari semua aplikasi berkirim pesan ataupun media sosial yang Garda punya, tidak ada kabar yang ia nantikan. Menghela napas pendek tanpa sadar, Garda kembali menyimpan ponsel ke saku celana. Menatap sekeliling sejenak, sebelum akhirnya berdiri dan melangkah meninggalkan kelas.

Ada jeda cukup lama dalam pergantian mata pelajaran. Bukan disengaja, tetapi karena tiba-tiba saja guru selanjutnya yang akan mengajar di kelas Garda ada keperluan. Karenanya, saat sang ketua kelas masuk sambil membawa lembaran soal, Garda memutuskan untuk keluar kelas sejenak, mencari udara segar.

Berdiri di pinggir pagar pembatas lorong lantai dua, mata Garda memandang lurus deretan kelas di gedung seberang. Gedung di mana kelas Natalia berada. Meski Garda mungkin bisa memindai isi kelas dari tempat berdirinya saat ini, orang yang ia cari tidak ada berada di sana.

Memasukkan tangan ke saku celana, Garda bergeming dalam diam. Entah apa yang sebenarnya ada di dalam kepala Garda saat ini. Semua ekspresi dan bahasa tubuh Garda sama sekali tidak bisa ditebak dengan mudah.

Setelah merasa cukup berdiri dalam keterdiamannya, Garda pun menggerakkan kedua kakinya. Perlahan menuruni tangga dan membawa tubuhnya menuju taman belakang.

Namun lagi-lagi, hanya kekosongan yang menyambut kehadiran Garda. Ditemani semilir angin yang berasal dari pepohonan yang ada di sana. Dedaunan yang bergerak perlahan seolah tengah menari karena kemunculan Garda di sana.

Lagi, Garda menghela napas. Kali ini terdengar cukup berat dari yang sudah. Kembali Garda mengeluarkan ponsel. Mengecek apakah sesuatu yang ia tunggu akan muncul dari layar ponsel pintarnya.

Namun, sekali lagi, benda pipih itu tetap bergeming. Entah harus berapa kali Garda mengecek ponselnya, tidak ada satu pun notifikasi yang akan muncul di sana. Notifikasi yang mungkin setidaknya bisa membuat Garda berhenti menghela napasnya cukup sering hari ini.

Rahang Garda mengeras saat netranya menangkap punting rokok yang hampir menyatu dengan tanah. Sebuah saksi bisu bahwa dulu pernah ada seseorang yang berada di sana sambil menyesap batangan nikotin itu.

Seseorang yang menjadi penyebab kegundahan di dada Garda saat ini. Seseorang yang entah kapan akan kembali memberi kabar pada Garda yang terus menanti. Seseorang yang tiba-tiba saja menghilang tanpa jejak dan kabar seolah benar-benar pergi dari peredaran di dunia ini.

Seseorang yang dulu tidak pernah Garda bayangkan akan menjauh dan pergi seperti ini dari dalam hidupnya. Seseorang yang entah sejak kapan menyimpan lukanya sendiri dan memilih berhenti saling berbagi dengan Garda.

Meski nampaknya Garda acuh tak acuh, tetapi setiap cerita yang dilontarkan orang itu akan selalu Garda dengarkan baik-baik. Bahkan tak lupa pula memberikan saran dan nasihat jika diperlukan.

Namun sekarang, seseorang itu benar-benar menghentikan semuanya. Seolah tidak lagi percaya bahwa ada seseorang yang akan mendengarkan setiap cerita, baik itu suka maupun duka.

"Sebenarnya lo itu kenapa, Nat? Lo sebenernya lagi di mana?" monolog Garda. Ada nada geram dari setiap kata yang terlontar dari bibir Garda.

Merasa percuma berada di sana, Garda lantas berbalik. Lebih baik dia kembali ke kelasnya. Fokus ke pelajaran akan membuat pikiran Garda sedikit teralih dari Natalia.


***


Hello!

I'm back!

Adakah yang nungguin Garda dan Natalia? Pastinya ada dong!


Pause kembali lagi di penghujung bulan.

Seperti yang sudah aku katakan sebelumnya, Pause memang akan di-update sebulan sekali di penghujung bulan. Tetap setia nungguin, ya. Semoga suka dengan ceritanya.


Xoxo


Winda Zizty


27 April 2023

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro