PROLOG

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Jakarta, 22:00 WIB

Awan hitam menyelimuti megahnya sang cakrawala yang telah menumpahkan hujan gerimis yang tipis. Tidak ada bintang, hanya cahaya rembulan yang menemani Happy melangkah menembus kelamnya malam di sebuah taman komplek yang sepi.

"AWES, KAMU DI MANA, WES?" teriaknya cemas.

Sreeek ... sreeek ....

Happy langsung menghentikan langkah dengan penuh kewaspadaan. Celingukan, bersamaan dengan peluh dan napasnya yang memburu. Sementara, degup jantungnya tak beraturan. Perasaannya mulai tak enak. Happy bisa mendengar suara langkah kaki yang mengikutinya di belakang. Namun, bodohnya Happy tak berani menoleh dan kembali berjalan. Meski ketakutan telah berhasil menguasai.

"Awes ...," panggilnya lagi. 

Happy masih fokus dengan langkahnya. Namun, tiba-tiba ....

Tap ... tap ... tap ....

Happy mematung di tempat. Tergemap ketika suara itu terdengar begitu dekat dan tak jauh dari arah belakangnya. Kini, keringat dingin mulai merebak. Dia tak mampu hanya sekadar untuk menoleh ke belakang, sebab dia tahu jika orang itu sedang mengawasinya. Seseorang yang mengaku sebagai PENGAGUM RAHASIA, yang selama ini merangkap sebagai PENGUNTIT. Adalah, seorang PEMBUNUH berdarah dingin yang mengikutinya ke mana pun.

Happy meneguk salivanya. Meskipun saat ini Happy ketakutan setengah mati, tetapi dia tak bisa meninggalkan Awes seorang diri. Laki-laki itu sedang tak berdaya dan disekap oleh penguntit itu. Happy tak ingin Awes bernasib sama seperti temannya yang tewas dibunuh oleh orang itu.

Dengan kaki gemetaran, pelan-pelan Happy menggerakkan kakinya ke belakang, dan tercekat saat menemukan seseorang berjaket hitam di sana. Melalui tudung yang menutup wajah orang itu, Happy bisa melihat seulas senyum tipis yang perlahan pudar di bibirnya. Wajah Happy mendadak pucat.

"Di-di mana Awes?" tanyanya gemetar.

Orang itu hanya bergeming. Dia tersenyum kecil sembari memasukkan sebelah tangan ke dalam saku jaket. Kini, Happy dibuat syok saat melihat kilatan pada benda yang memiliki ujung runcing dan tajam, menyembul sedikit keluar dari dalam saku jaket laki-laki itu. 

Dia membawa pisau!

Dengan kepungan rasa panik, cepat-cepat Happy membalikkan tubuh, lalu berlari kencang. Sialnya, orang itu mengejarnya di belakang. Kaki laki-laki itu yang panjang dan lebar mampu berlari lebih cepat daripada Happy. 

Happy kewalahan. Dress yang dikenakan memperparah keadaan. Keringat dingin mengucur pesat. Napas kian memburu hebat. Tak hanya itu, detak jantungnya pun makin berdentam cepat.

"Toloooong!"

Sekeras apapun Happy berteriak kencang, tetapi tak ada seorang pun yang bisa menolongnya di taman yang sepi dan sudah lama terbengkalai ini.

Hingga, tiba-tiba ....

Buuukkk!

Happy tersandung sebuah kayu besar, yang menyebabkannya tersungkur di atas aspal. Merintih, merasakan ngilu yang teramat menyiksa di pergelangan kakinya yang terkilir. 

"Kamu udah enggak bisa ke mana-mana lagi sekarang."

Netra Happy membulat saat mendengar suara berat itu yang berada tepat di belakang tubuhnya. Perlahan, Happy menoleh ke belakang. Namun, detik berikutnya, tanpa dia sadari——saking cepatnya, tiba-tiba orang itu langsung membekapnya dari belakang. Kini, sebuah sapu tangan telah berhasil menutupi hidung dan mulut Happy. Seberapa keras usaha Happy memberontak, tetapi tenaganya tak sebanding dengan tangan kekar yang memeganginya kuat, membiarkan aroma di sapu tangan yang menenangkan masuk ke hidungnya. 

Beberapa menit kemudian, pandangan Happy kabur, tubuhnya lemah dan ambruk seketika. Kata-kata terakhir yang sempat Happy dengar adalah ....

"Sleep well, Sayang. Sekarang, kamu akan jadi milikku selamanya."

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro