01A - Love Shoot

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Tembakan flash camera terus terpancar ke arah seorang gadis yang sedang berpose di depan sana. Manik cokelatnya tampak apik dibingkai kelopak dengan bulu mata lentik. Semua orang yang melihatnya, seolah tak mau lepas dari sosok model berambut panjang sepunggung itu. Seulas senyum yang selalu terhias di bibir, tak pernah gagal membuat banyak orang berdecak kagum.

"Coba liat ke kiri, Py." Sang fotografer mencoba mengarahkan.

Sang model pun menurut. Menolehkan sedikit kepalanya ke kiri. Membuat rambut berwarna hitam yang hari ini terurai jatuh dan terjuntai halus. Memperlihatkan dengan jelas lekukan indah sepanjang sisi wajah hingga ke leher jenjangnya.

Angga, sang fotografer mulai menekan tombol kameranya, mengambil foto yang tak perlu usaha keras-yang dia yakin-sudah menghasilkan foto yang sempurna. Setelah itu, menurunkan kameranya.

"Gavin, sekarang giliran kamu. Coba kamu berdiri di belakang Happy," interupsi Angga kepada seorang cowok bertubuh tinggi atletis dengan wajah yang putih bersih. Sedari tadi berdiri tak jauh dari tempat pemotretan, menunggu gilirannya datang.

Tanpa sepatah kata, Gavin langsung menghampiri Happy di depan.

"Oke! Sekarang coba kamu peluk Happy dari belakang."

Gavin menurut dan langsung mengambil pose memeluk partner kerjanya itu tanpa canggung sedikit pun.

"Liat ke sini." Laki-laki dengan rambut panjang sebahu yang diikat ke belakang itu, kembali mengangkat kameranya dan bersiap membidik keduanya.

Mata Happy dan Gavin menatap ke arah lensa. Sementara sang fotografer mulai mengabadikan gambar dua model tersebut. Dia sangat bersemangat mengambil segala sisi tampilan model-modelnya yang nyaris sempurna.

"Nice. Perfect!" sahut Angga sembari menurunkan kamera dengan senyum semringah di wajahnya.

Seketika, suara gemuruh tepuk tangan terdengar di studio.

"Sempurna," sahut Teddi si direktur utama sekaligus pemimpin redaksi majalah remaja Bintang. Mengiringi dua modelnya itu yang sedang berjalan menghampiri dengan tepuk tangan dan senyum yang menawan.

Laki-laki yang tahun ini memasuki kepala tiga itu, menepuk bahu Gavin dan Happy bergantian saat telah berada di hadapannya. "Kerja bagus! Enggak sia-sia kalian saya duetkan. Saya yakin banget kalau foto kalian berdua ini bakalan laku keras di pasaran. Jadi, buat next project nanti, saya udah mutusin cuma make kalian doang," optimis Teddi.

Happy tersenyum dan mengangguk. "Makasih banyak buat kepercayaannya, Om. Aku juga berharap semoga hasilnya memuaskan," katanya. Sebagai model baru yang sedang naik daun, Happy juga mengharapkan hal yang sama seperti atasannya itu.

Teddi mengangguk. "Oke, sekarang kalian boleh istirahat," titahnya, lalu berjalan meninggalkan studio.

Happy dan Gavin pun memilih rehat sejenak sebelum pulang ke rumah masing-masing. Mata Gavin sempat bersirobok dengan manik Rosa saat melintasi gadis itu yang sedang duduk di sofa.

Rosa tersenyum manis ke arah sang idola. Manik bulatnya terus mengikuti ke mana arah laki-laki itu melangkah, seakan tak ingin sedetik pun kehilangan pemandangan indah di depannya. Meski tak pernah disambut baik oleh Gavin, tetapi Rosa tak peduli. Bahkan, sikap dingin Gavin, membuat Rosa semakin gemas terhadapnya. "Ya ampuuun ... kenapa, sih, kamu ganteng banget, Vin," gumamnya saat melihat Gavin telah duduk di sofa seberangnya.

Happy duduk di samping sahabatnya itu. Menggeleng sambil mencepol rambutnya ke belakang. Dia tersenyum kecil, mengikuti arah pandang Rosa yang tertuju ke arah Gavin, teman SMA mereka. Cowok beralis tebal itu tampak sedang meneguk air mineralnya, lalu memilih fokus dengan gawainya.

Menatap Gavin, Happy tak pernah mengira jika teman SMA-nya itu lebih memilih untuk gap year demi fokus berkarir menjadi model ternama. Seperti saat ini. Bahkan, berkat ketenaran dan berkolaborasi dengan laki-laki itu, membuat nama Happy semakin melejit cepat.

Happy memilih untuk membiarkan Rosa terus hanyut mengagumi sosok sang idola. Mengeluarkan ponsel dan bersiap untuk berselancar di dunia maya. Rasa lelah yang sedari tadi membekap, kini seakan lari terbirit-birit saat netra Happy mulai membaca satu persatu komentar-komentar positif dari unggahan foto di akun sosial medianya, yang kini total pengikutnya telah mencapai belasan juta orang.

HappyLovers :

[Kak Happy cantik bangeeet. Sukses terus ya, kak, sama karir barunya. Kami selalu mendoakanmu.]

Angga_Yunanda :

[Calon istri masa depan #eh...]

Ayu_Melinting :

[Kenapa, ya, kamu cantik banget, Py? Enggak pernah jelek. Aaah ... aku iriiii.]

BöserWolf :

[Aku perhatiin kamu makin cantik aja, Py. Aku jadi tambah sayang sama kamu.]

Happy tersenyum. Jari-jemarinya dengan lincah membalas satu persatu komentar, meski hanya kata 'terima kasih' yang tertulis di sana. Tak lupa, Happy juga selalu menyematkan icon love pada setiap komentar yang masuk dari penggemarnya. Namun, mata Happy terhenti saat membaca komentar BöserWolf.

Penasaran.

Happy menekan nama akun tersebut untuk melihat profil di dalamnya. Sayangnya, Happy tak menemukan informasi maupun foto tentang si pemilik akun tersebut. Di mana, hanya ada unggahan-unggahan foto dirinya saja terpampang di sana.

Tanpa pikir panjang, Happy langsung mengklik icon love pada komentar BöserWolf.

"Py, kalau gue nembak Gavin duluan, kira-kira bakal diterima enggak, ya?" Pertanyaan Rosa berhasil mengalihkan perhatian Happy.

Seakan terhipnotis, bibir Rosa ikut tersenyum saat melihat Gavin tersenyum kecil menatap layar ponselnya. Bahkan, saat ini tengah melirik ke arah mereka. Ah ... dilirik seperti itu saja, sudah membuat Rosa seakan terbang melayang.

Happy menyimpan ponsel di dalam tasnya. "Emangnya kamu berani?" tanyanya dengan menatap Rosa, meski gadis itu masih terpesona oleh ketampanan Gavin.

"Berani! Siapa takut."

"Kalau ditolak, gima-"

"Ya, ampun. Ya, ampun. Gavin udah mau pulang. Gue duluan, ya, Py." Rosa langsung buru-buru bangkit sembari mencangklong tas kecilnya saat melihat Gavin telah meninggalkan ruangan. Lalu, segera berlari mengejar Gavin dan meninggalkan Happy.

Happy hanya menggeleng dan berdecak kecil. "Astaga, yang kayak gitu itu tuh definisi bucin akut." Dia terkekeh. Lalu, sebuah notifikasi terdengar.

Ting!

Happy kembali mengambil ponselnya. Tersenyum saat membaca sebuah pesan yang merupakan dari sahabatnya di layar.

M. Always:

[Aku udah hampir sampe.]

Happy tersenyum, lalu bergegas bangkit dan langsung meninggalkan studio.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro