Chapter 10 - Castle Lavonna

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Karya ini dilindungi oleh undang-undang hak cipta no. 28 tahun 2014. Segala bentuk pelanggaran akan diselesaikan menurut hukum yang berlaku di Indonesia.

Tersedia di Gramedia

IG @Benitobonita

Pesan online 081219457018 dan dapatkan diskon 20 persen + bonus

Seorang pria berusia 25 tahun yang memiliki rambut merah seleher, berdiri di depan sebuah meja yang dipenuhi berbagai peralatan. Manik cokelat laki-laki berkulit pucat itu sibuk mengamati gelembung yang melayang keluar dari tabung kaca yang berada di dalam genggaman tangan kanannya.

Clayton menggoyangkan cairan merah berbau anyir yang mengisi tiga per empat tabung dengan alis bertaut. Pria itu menunduk untuk membaca isi tulisan dari sebuah buku besar yang terbuka lebar di depannya dengan memicingkan mata. Huruf-huruf kuno yang tergores pada lembaran-lembaran kertas kuning itu semakin sulit dibaca.

Ruang Penelitian Clayton

Suara geraman rendah yang berasal dari belakang membuat laki-laki setinggi 180 cm itu memutar tubuh dan tersenyum. "Maaf, aku membuatmu lama menunggu."

Pria bertubuh kurus itu meletakkan tabung pada kotak kayu dengan posisi berdiri lalu melangkah mendekat ke arah kotak kayu raksasa . Manik cokelatnya berbinar mengamati sosok seorang manusia laki-laki yang berbaring di atasnya dengan kondisi terikat pada tangan juga kaki.

"Aku sepertinya memerlukan bantuanmu lebih banyak," lanjut Clayton. Kedua tangannya yang bersarung karet menarik masker kain yang tergantung pada leher lalu mengeratkannya untuk menutupi hidung dan mulut.

Aroma busuk dan amis tercium dari sosok kembali mengeluarkan suara seperti mengerang dan menatap balik dirinya dengan pandangan kosong.Pria yang memakai jubah merah sepanjang lutut itu meraih sebuah pisau bedah dari kotak kayu yang berada di meja kecil di sisi kiri dan melangkah maju.

Sebuah luka terbuka terlihat pada bagian dada mayat hidup yang masih terus bergerak pelan. Clayton menyobek lebih besar lapisan kulit dan daging hingga ke bagian perut. Cairan darah hitam mengalir turun dari luka baru yang terbuat.

Manik cokelat pria itu mengamati organ bagian dalam yang sudah tidak lagi berfungsi. Clayton memiringkan kepala dan mengetuk pelan jantung yang sudah berhenti berdetak. Dia telah melakukan beberapa metode agar proses pembusukan berjalan lebih lambat atau terhenti. Namun, semuanya gagal. Kecuali dia dapat membuat jantung makhluk itu kembali berdetak.

Clayton melihat ke sekeliling ruangan untuk mencari ilham. Pandangannya menelusuri rak-rak kayu lima susun yang berjejer di antara dua jendela yang terbuka. Berbagai jenis buku dan toples berisi organ dalam manusia, bahan-bahan ramuan, juga alat-alat sihir tersusun rapi.

Manik cokelatnya berhenti kepada dua buah bola kristal seukuran buah jeruk yang tersanggah oleh enam buah kaki emas. Kedua benda itu bersinar memancarkan warna berbeda. Biru dan hijau.

Bibir Clayton yang tersembunyi di balik kain tersenyum kecil. Sebelum laki-laki itu mengalihkan tatapan ke luar jendela yang masih terang. Beberapa daun sudah merontokkan diri dari ranting. Musim gugur telah berlangsung.

Pria itu menghela napas. Dia harus beristirahat. Mungkin dengan berjalan-jalan sejenak ide cemerlang akan mengisi otaknya yang hampir berasap.

"Aku akan pergi hingga sore. Kau beristirahatlah," ucap Clayton menarik penutup kaca untuk melindungi bahan percobaannya dari serangan binatang pengganggu. Pria itu mengabaikan erangan yang terus keluar dari mayat yang terus bergerak. Dia menarik sarung karetnya yang telah kotor oleh noda darah dan membuang mereka ke tempat sampah.

Pria itu mengambil alat-alat bedah miliknya lalu melangkah mendekati ember yang berisi air bersih dan mencuci mereka. Dia harus memanaskan mereka agar steril sebelum menyimpannya.

*****

Clayton menghabiskan waktu cukup lama untuk merapikan barang-barangnya sebelum menutup kedua jendela. Dia meraih tongkat jalan berwarna hitam yang memiliki batu kristal merah pada puncak lalu menggunakannya. Benda itu mengeluarkan bunyi ketukan pada setiap langkah.

Pria itu mengeluarkan sebuah kunci besi sebesar jari telunjuk dari saku baju dan mengunci pintu kayu yang merupakan satu-satunya akses ke ruang penelitiannya.

Gema suara kaki terdengar dari tengah. Clayton memutar tubuh dan senyumnya mengembang. Lima orang perempuan terlihat sibuk menjalankan tugas harian mereka. Dua dari mereka membawa ember berisi buah dan sayur. Dua lainnya membawa ember penuh dengan susu perah. Sedangkan perempuan terakhir sibuk mengelap meja panjang yang memiliki dua puluh kursi. Mereka memiliki warna rambut dan kulit yang berbeda. Namun, satu kesamaan yang terlihat yaitu bagian perut yang membuncit menunjukkan adanya kehidupan yang sedang bertumbuh.

Ruang Makan

Clayton berjalan mendekati mereka. Manik cokelatnya mengamati para perempuan yang mengandung darah dagingnya. Akhir tahun ini jumlah keturunannya akan bertambah lagi. Suara tangis beberapa orang bayi yang terdengar bersahut-sahutan dari ruang lain membuat pria itu tersenyum kecil. Darah kaum penyihir akan terus berlanjut pada mereka.

Salah satu perempuan tanpa sengaja menoleh ke arahnya. Pandangan mereka bertemu sesaat sebelum ekspresi wanita itu berubah menjadi pucat pasi dan segera menunduk. Clayton mengabaikan reaksi yang dia peroleh dan kembali berjalan untuk memeriksa kondisi Kastel Lavonna tempat dirinya tinggal.

Wajahnya menunjukkan rasa puas ketika mengamati dinding batu yang telah digosok bersih. Keempat wanita tadi berjalan menuju ruangan yang tepat berseberangan dengan tempat kerjanya lalu meletakkan persediaan makanan dengan rapi di dalamnya.

Clayton mendekati ruangan yang berada di sebelah tempat kerjanya untuk memeriksa kunci pintu. Di sana adalah tempat penyimpanan khusus barang-barang milik Lady Elena --pemilik bangunan ini-- dia bertanggung jawab menjaga isinya dengan baik.

Terdengar suara riuh dari dapur yang berada di sebelah gudang penyimpanan. Aroma harum masakan tercium lezat. Cahaya matahari masuk melalui dua buah jendela raksasa yang mengapit pintu menuju halaman belakang.

Pria itu menimbang-nimbang. Apakah dia pergi menuju ruang depan dan memeriksa bagian bangunan lain atau melihat anak-anaknya yang masih balita bermain dan berlatih sihir di aula yang berada di lantai atas.

Clayton mengedikkan bahu. Hari masih panjang, dia bisa melakukan keduanya sebelum harus kembali bekerja. Kembali melangkah, pria itu membuka pintu yang menuju aula utama dan mulai memeriksa pekerjaan para manusia perempuan yang tertawan di tempat itu.

Pembaca yang baik hati, tolong tekan tanda bintang.^^

Akhir-akhir ini penulis kesulitan membalas komentar pembaca, tetapi semua masukan kalian saya baca.^^

Terima kasih untuk saran, kritik, dan dukungannya.

11 Maret 2018

Benitobonita

Sumber gambar :
Pinterest

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro