Chapter 9 - Full Moon

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Karya ini dilindungi oleh undang-undang hak cipta no. 28 tahun 2014. Segala bentuk pelanggaran akan diselesaikan menurut hukum yang berlaku di Indonesia.

Tersedia di Gramedia

IG @Benitobonita

Pesan online 081219457018 dan dapatkan diskon 20 persen + bonus

Michelle menggerakkan kepala dengan gelisah. Rasa panas yang menyengat membuat gadis itu terjaga. Lagi-lagi bau amis darah yang pertama kali tercium olehnya.

Gadis itu melihat sekeliling. Dia masih berada di tempat yang sama. Manik hijaunya otomatis mencari sosok pria yang telah merawatnya dan rasa panik mulai menguasai ketika hanya ada 1 ransel yang terlihat.

Perempuan muda itu bangkit untuk duduk dan bernapas cepat. Beberapa butir buah apel tergeletak di sisi pedang miliknya. Jantung Michelle berdenyut perih. Lagi-lagi dia ditinggalkan seorang diri.

Michelle menelan ludah beberapa kali. Mata hijaunya mulai berkabut. Pria itu hanyalah orang asing. Mereka bahkan baru bertemu beberapa kali.

Bau anyir yang kembali tercium membuat gadis itu menunduk untuk memeriksa kondisinya. Dia harus membuang kemeja yang saat ini dipakai. Terlalu banyak darah. Michelle mengertakkan gigi saat rasa kesepian yang menyakitkan kembali mengiris jantungnya.

Dia sudah terbiasa sendiri. Pria bermulut kasar itu terlalu menjengkelkan untuk menjadi teman seperjalanan. Perasaannya sedihnya saat ini hanya karena efek kepalanya terluka.

Michelle menelan isakan yang hampir lepas dari bibirnya. Laki-laki kurang ajar itu pasti akan tertawa terbahak-bahak apabila mengetahui perasaannya saat ini.

Dia harus membersihkan diri. Musim akan segera berganti. Sudah waktunya dirinya kembali untuk merawat makam orang-orang yang penting dalam hidupnya.

Michelle bangkit berdiri secara perlahan. Pipinya merona ketika menyadari bahwa pria itu telah melepaskan sepatu dan ikat pinggangnya.

Dia hanya ingin aku dapat berbaring dengan nyaman, ucap gadis itu pada dirinya sendiri.

Michelle melangkah dengan hati-hati. Gadis itu bernapas lega. Rasa pusing dan sakit kepalanya sudah tidak lagi dia rasakan.

Gadis itu kembali berjongkok lalu merapikan barang-barang miliknya. Dia harus mencari sungai atau danau untuk membersihkan diri. Gerakan Michelle terhenti sesaat ketika manik hijaunya menatap beberapa butir apel yang ditinggalkan sebagai hadiah perpisahan.

Michelle mengerjapkan matanya yang kembali berkabut lalu meraih dan memasukkan semua pemberian pria itu ke dalam ransel. Dia sejak dulu sendiri dan akan selamanya sendiri. Tidak perlu banyak mengeluh.

Bangkit berdiri, dia berniat mencari sumber air yang dapat membersihkan dirinya. Tatapan gadis itu berhenti sejenak pada lubang besar yang telah membuatnya hampir tewas. Michelle mengertakkan gigi. Seandainya tidak ada yang menolongnya, tentu dia telah menjadi santapan binatang.

Michelle menarik napas dalam-dalam. Dia harus berterima kasih kepada pria itu apabila mereka kembali bertemu. Gadis itu menggosok kedua matanya hingga kering lalu mulai melangkah.

*****

Gemericik air mengundang Michelle untuk masuk lebih jauh ke sisi hutan. Beberapa ekor lalat yang terbang mengikutinya membuat dirinya kesal.

Lagi-lagi dia harus mengakui bahwa ucapan pria itu benar adanya. Aroma yang tercium dari dirinya memang sangat tidak sedap. Michelle menggunakan tangan kanan untuk menepis jumlah serangga kecil yang semakin banyak mengelilingi dirinya.

Mata gadis itu berbinar lega ketika akhirnya berhasil menemukan sungai lebar yang mengalirkan air jernih. Tubuhnya lengket oleh darah dan keringat. Michelle meletakkan barang-barang miliknya lalu mengamati sekeliling.

Beberapa pohon setinggi 20 cm yang menyebar di sekitar. Sebuah gerakan kecil pada sebuah ranting mengambil perhatian Michelle. Seekor tupai --berbulu cokelat kemerahan pada bagian punggung dan putih di dadanya-- sedang merambat turun.

Dengung serangga kembali membuat gadis itu menekuk wajah. Michelle berjongkok untuk mengambil beberapa batu berukuran sedang lalu melemparnya ke dalam sungai dan menimbulkan cipratan. Aman! Tidak ada binatang buas yang bersembunyi di dalam air.

Michelle menarik ransel untuk mengeluarkan perlengkapan mandi dan pakaian bersih kemudian melepas sepatunya. Kedua telapak kaki gadis itu langsung merasakan tekstur rumput yang diinjak olehnya. Semilir angin yang membawa udara panas membelai kulitnya yang kotor.

Gadis itu masuk ke dalam air dan menyelam. Air yang semula jernih langsung berubah menjadi merah. Sekelompok ikan kecil yang sebelumnya berenang tidak jauh dari sana segera melarikan diri.

Kepala Michelle timbul tenggelam berulang kali. Dia membutuhkan waktu cukup lama untuk menghilangkan seluruh darah kering yang menempel pada rambutnya. Kedua matanya berair dan tubuhnya gemetar saat mengingat perbuatan sepasang manusia yang telah dia ditolong. Seandainya pria itu tidak datang, mungkin dia tidak akan terbangun lagi.

Michelle baru beranjak keluar setelah hampir sore. Dia telah menghanyutkan kemeja yang tidak dapat lagi digunakan dan mencuci celana panjangnya. Rambut keemasan milik gadis itu kembali berkilau dan dia merasa segar.

Gadis itu sedang menguras seluruh air dari rambutnya dengan kedua tangan ketika dia menyadari bahwa kalung yang berada di lehernya telah hilang.

Jantung Michelle berdebar kencang. Dengan perasaan panik dia segera kembali masuk ke sungai dan menyelam untuk mencari satu-satunya benda peninggalan dari almarhum neneknya. Namun, hingga matahari tenggelam dan jari-jari tangannya berkerut akibat kedinginan gadis itu tidak dapat menemukan kalung miliknya

Mungkin terjatuh di dalam lubang, pikir Michelle penuh harap. Gadis itu keluar dari sungai dan berpakaian secepat yang dia bisa.

Michelle membawa barang-barang miliknya dan bergegas kembali ke tempat dia terjatuh untuk memeriksa lubang itu. Manik hijaunya berkilat ketika dia melompat turun dalam kegelapan.

Namun, Michelle tidak menemukan apa pun. Di dasar liang hanya ada jejak darah kering dan sebuah sulur tanaman yang tergantung sebagai bukti usaha pria itu menyelamatkannya.

Setelah meneliti dengan seksama, akhirnya gadis itu menyerah dan melompat naik. Bulan purnama yang memancarkan cahaya putih bersinar di langit. Suara burung hantu dan binatang malam terdengar nyaring.

Michelle mengempaskan tubuhnya yang gemetar di atas rumput. Gadis itu merindukan almarhum neneknya. Dia merindukan almarhum gurunya. Bahkan dirinya merindukan almarhum ibunya yang meninggal tidak lama setelah dia dilahirkan.

Suara isakan yang keluar dari bibirnya semakin keras. Gadis itu memeluk kedua lutut dan terus menangis hingga tertidur.

Pembaca yang baik hati, tolong tekan tanda bintang.^^

11 Maret 2018

Benitobonita

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro