Chapter 15 - Her Savior

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Karya ini dilindungi oleh undang-undang hak cipta no. 28 tahun 2014. Segala bentuk pelanggaran akan diselesaikan menurut hukum yang berlaku di Indonesia.

Tersedia di Gramedia

IG @Benitobonita

Pesan online 081219457018 dan dapatkan diskon 20 persen + bonus

Wolfram mengentakkan kaki untuk mengejar. Dia menyukai perburuan. Terlebih apabila mangsanya sangat menggiurkan.

Namun, saat jarak mereka semakin dekat, tiba-tiba Michelle berhenti berlari dan memutar tubuh sambil mengayunkan senjatanya ke arah pria itu.

Luka sayat panjang terbentuk pada bagian dada pengejarnya. Michelle menggenggam pangkal pedang dengan kedua tangan lalu memajukan satu kaki dan mengarahkan tusukan pada bagian perut. Raungan murka keluar dari mulut Wolfram ketika lagi-lagi siluman itu terlambat menghindar dan menyebabkan darah mengalir dari bagian sisi tubuh.

Kedua rekan pria itu segera berlari untuk menolong atasan mereka. Namun, Wolfram yang telah bergerak mundur menjauh dari jangkauan Michelle berteriak nyaring, "Jangan mendekat! Aku yang akan memberikan pelajaran untuknya!"

Michelle mengertakkan gigi. Kedua lututnya tetap setengah tertekuk dan manik hijau gadis itu berkilat. Pedang warisan gurunya terlalu berat. Dia tidak bisa bertahan dalam jangka waktu lama.

Wolfram menunduk mengamati lukanya sejenak sebelum membalas tatapan Michelle dan menyeringai lebar. "Betina, tidak lama lagi aku akan mengajarimu cara menghargai seorang laki-laki."

Siluman itu mengabaikan darahnya yang menetes turun lalu kembali menerjang. Manik keemasannya terpusat kepada genggaman tangan Michelle. Dia harus bisa membuat betinanya melepaskan senjata.

Michelle segera mengayunkan pedang berbilah lebar ke arah lengan Wolfram. Namun, siluman itu tiba-tiba menjatuhkan tubuh untuk berguling di atas rumput.

Gadis itu mundur secara cepat dan napasnya mulai memburu. Beberapa tetes keringat mengalir turun dari pelipisnya. Wolfram bangkit dan tersenyum lebar. Luka tidak dalam pada kulitnya telah menutup dengan cepat. Apabila mereka terus seperti ini, tidak lama lagi betinanya akan kehabisan stamina. Gelak tawa kembali terdengar dari penonton mereka.

Michelle menelan ludah dan kembali mencari jalan untuk pergi. Tenaganya sudah hampir habis. Mata Wolfram lagi-lagi berbinar geli. Dia mengetahui rencana betina itu.

Gadis itu kembali menebaskan senjata sebelum memutar tubuh untuk berlari. Namun, Wolfram tidak mengizinkan. Dia melompat dan menerjang tubuh Michelle sehingga mereka jatuh di atas tanah.

Wolfram segera mengentak lepas pegangan tangan gadis itu dari pedangnya dalam pergulatan mereka. Michelle menjerit dan berusaha mendorong beban berat yang berada di atasnya.

"Wolfram, apa kau akan menjinakkannya di sini? Kalau iya kami akan pergi sebentar," tegur Nehnar terkekeh melihat kelakuan pimpinan mereka yang seakan melupakan keadaan sekitar.

Jantung Michelle berdebar cepat karena panik dan takut. Tubuhnya refleks memberontak. Gadis itu terus berteriak meminta dilepaskan. Dia tidak mau disentuh oleh makhluk yang mulai menggerayangi tubuhnya.

Napas Wolfram memburu. Dia benar-benar sangat bergairah. Aroma khas perempuan dari tubuh gadis yang berada di bawahnya sangat menyenangkan untuk dihirup. Siluman itu menyeringai. Saatnya menikmati hasil buruannya.

"Menyingkir darinya." Suara rendah seorang pria mengejutkan keempat makhluk yang berada di sana.

Michelle menoleh ke arah sumber suara. Manik hijaunya yang semula berkaca-kaca seketika berbinar penuh harapan.

*****

Pierre berdiri tidak jauh dari ke empat siluman. Manik birunya menatap dingin ke arah sosok yang menindih Michelle. Dia telah melihat dan mendengar sebagian tindakan mereka.

Rasa gusar mengisi hati pria itu. Dia ingin melepas penat dengan menggoda si gadis bodoh bermata hijau dan bukan melihat adegan murahan yang melibatkan tiga ekor anjing.

Ketiga siluman menatap Pierre dengan terperangah. Mereka sama sekali tidak menyadari kedatangan manusia itu. Wolfram bangkit berdiri dengan ekspresi luar biasa kesal. Dia saat ini sedang terangsang dan ingin sekali menyalurkan kebutuhannya.

Wolfram membalas garang tatapan dingin laki-laki kurus --dengan wajah yang mirip dengan perempuan-- yang berdiri tanpa takut di tengah para siluman.

Michelle segera bangkit berdiri dan meraih pedangnya yang terlempar. Jantungnya masih berdebar dan tubuhnya gemetar. Gadis itu segera berlari ke arah pria yang datang tepat pada waktunya dan bersembunyi di baliknya.

Emosi Wolfram tersulut saat melihat betinanya lebih memilih perlindungan manusia dibandingkan menerima sentuhannya. Siluman itu menggeram marah. Mata kuning keemasannya berkilat murka. "Manusia! Menyingkir dari betinaku!"

Michelle seketika berhenti bernapas. Tanpa sadar jemari tangan kirinya meremas bagian belakang kemeja Pierre dan menjerit kencang, "Aku manusia! Berhenti memanggilku betina!"

Telinga Pierre berdenging seketika. Gadis bodoh itu benar-benar mengalami halusinasi akut tentang dirinya sendiri.

Geraman rendah terdengar dari Nehnar dan Xelo yang berada di sisi Wolfram. Kedua siluman membusungkan dada, menunjukkan otot-otot tubuh mereka, dan menumbuhkan taring.

Napas Michelle tercekat dan manik hijaunya  terbelalak melihat transformasi yang terjadi. Jemari gadis itu semakin erat meremas pakaian penolongnya. Dia takut!

Namun, berbeda dengan Pierre yang sama sekali tidak terintimidasi. Pria itu dapat merasakan gemetar pada jemari dingin gadis yang berlindung di belakangnya.

Manik biru Pierre mengeras seketika. Dia menatap para siluman satu persatu tanpa rasa gentar. Penyihir itu berkata dengan suara rendah. "Dasar anjing kampung. Pergi dari sini atau aku akan membunuh kalian."

Lolongan tanda perang keluar dari mulut Wolfram dan ketiga siluman mulai bertransformasi. Punggung mereka membungkuk dan moncong mulai tumbuh.

Pierre tidak membuang waktu. Dia telah menganalisa kekuatan lawan dan memilih sasarannya. Pria itu mengangkat tangan kanan ke arah Xelo --siluman yang memiliki tubuh paling kecil-- lalu membaca sebuah mantra sebelum berseru, "Rantai!"

Ketiga pasang mata kuning keemasan melebar terkejut. Dua buah sulur sihir berwarna hijau yang saling memilin keluar dari telapak tangan kanan pria itu dan melesat membelit leher siluman yang belum sepenuhnya berubah.

Penyihir itu menggenggam rantai sihirnya lalu menyilangkan lengan. Xelo jatuh berlutut seketika. Suara tercekik keluar dari moncongnya yang belum sepenuhnya sempurna.

Michelle tidak memahami apa yang terjadi. Trauma akibat hampir diperkosa di lapangan terbuka membuat dirinya tidak dapat berpikir hal lain. Satu-satunya yang dia tahu adalah pria itu menyelamatkannya.

"Pergi atau aku akan mematahkan lehernya," ancam Pierre kembali mengentakkan rantai.

Jari-jari Xelo yang telah ditumbuhi cakar berusaha menarik lepas benda yang membuat siluman itu kesulitan bernapas.

"Penyihir … bagaimana bisa?" bisik pemimpin Ras Gwyllgi terkejut. "Kalian seharusnya sudah musnah."

Manik biru sang penyihir bertatapan dengan mata kuning keemasan siluman. Tidak ada jawaban yang diberikan oleh laki-laki itu. Dia hanya kembali berkata, "Pergi."

Wolfram terpaku sesaat. Desas desus kebangkitan kaum penyihir yang sempat dia dengar dan munculnya wabah mayat hidup berkelebat pada benak siluman itu.

Suara tercekik kembali terdengar dari siluman yang mulai kehabisa napas. Mata kuning keemasan Xelo membeliak dan liur menetes turun dari sisi bibirnya yang terbuka lebar untuk mengisi udara ke dalam paru-paru.

Jakun pemimpin Ras Gwyllgi bergerak ketika menelan ludah. Ada sesuatu yang sedang terjadi dan dia harus mengetahuinya.

"Lepaskan dia," ucap Wolfram pada akhirnya dan melangkah mundur untuk menunjukkan itikad baiknya. "Kami akan pergi."

Nenhar mengeluarkan suara raungan gusar. Namun, Wolfram memberikan tatapan peringatan dan  berseru, "Mundur! Kita akan meninggalkan tempat ini!"

Siluman ini mengertakkan gigi dan mulai bertransformasi kembali menjadi manusia. Napas Nenhar tersengal-sengal menahan emosi, tetapi dia tetap mengikuti perintah pimpinannya.

Pierre membisikkan mantra dan seketika rantai ciptaannya pecah berkeping-keping lalu lenyap di udara. Xelo terbatuk berulang kali dan menarik napas dalam-dalam.

Wolfram menatap Michelle yang masih bersembunyi di balik tubuh penyihir. Betina campuran itu akan lebih baik tinggal bersama mereka di hutan kabut. Tidak ada hal baik yang akan diperoleh gadis keturunan siluman di daerah yang dikuasai oleh manusia.

"Betina, ikutlah dengan kami," ajak pemimpin Ras Gwyllgi untuk terakhir kali. "Aku berjanji akan mengurusmu."

Manik hijau Michelle berkilat marah. Siluman itu kembali memanggilnya dengan sebutan untuk binatang dan dia juga  baru saja melecehkannya! "Aku tidak sama dengan kalian! Berhenti memanggilku dengan sebutan betina!"

Wolfram menghela napas. Dia terpaksa melepaskan calon ibu untuk anak-anaknya. Pria itu berseru memberikan perintah untuk pergi kepada kedua bawahannya. Tidak berapa lama ketiga sosok siluman menghilang di dalam kegelapan.

Pembaca yang baik hati, tolong tekan tanda bintang.^^

Apakah ada yang lebih menyukai versi yang lama? Kalau ada tolong kasih tahu mengapa^^ saya akan mencoba menggabungkan kedua versi dengan lebih baik.

13 Maret 2018
Benitobonita







Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro