Chapter 16 - Under The Stars

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Karya ini dilindungi oleh undang-undang hak cipta no. 28 tahun 2014. Segala bentuk pelanggaran akan diselesaikan menurut hukum yang berlaku di Indonesia.

Tersedia di Gramedia

IG @Benitobonita

Pesan online 081219457018 dan dapatkan diskon 20 persen + bonus

Manik biru Pierre mengamati tiga sosok siluman yang pergi menjauh. Dia tidak memiliki permusuhan dengan mereka. Kaum yang juga dibantai oleh para manusia.

"Kau seharusnya ikut dengan mereka," ucap pria itu kepada gadis yang masih berada di belakang dirinya.

Michelle menarik napas cepat. Gadis itu melepaskan cengkeramannya dan melangkah mundur. Dia benar-benar muak dianggap sama dengan makhluk primitif yang bertingkah laku mirip seperti binatang. "Aku tidak sama seperti mereka!"

Pierre menghela napas menyerah dan melemaskan otot leher. Kecerdasan gadis siluman itu bukan urusannya. Hari ini luar biasa melelahkan. Manik birunya melihat sekeliling mencari tempat untuk beristirahat. "Di mana kita akan tidur?"

"Apa maksudmu?" Alis Michelle bertaut. Gadis itu tidak ingat pernah mengundang laki-laki di depannya untuk bermalam bersamanya.

Pandangan Pierre terpusat pada tikar yang telah dibentangkan di dekat api unggun dan kembali menghela napas. Dia lagi-lagi terpaksa harus tidur di atas tanah.

"Aku lelah," balas pria itu sambil berjalan menuju alas tidak nyaman yang akan menjadi tempat tidurnya malam ini. "Aku baru menolong seekor anjing betina dan sekarang aku mau tidur."

Luapan amarah meledak dalam dada Michelle. Gadis itu melotot geram ke arah punggung Pierre yang meninggalkannya. Ksatria berzirah putih miliknya sama sekali tidak mengerti arti sopan santun. "Aku bukan anjing!" berhenti memanggilku dengan sebutan binatang!"

Tawa kecil keluar dari bibir Pierre. Dia melepaskan sepatunya dan ikat pinggang lalu berbaring di atas tikar dan menguap.

"Apa yang kau lakukan?" Manik hijau Michelle menunjukkan ekspresi kebingungan ketika satu-satunya alas miliknya dipakai oleh pria itu.

"Tidur," jawab Pierre singkat sambil menutup mata.

Michelle menarik napas cepat. Dia tidak mau tidur di atas tanah! "Itu tikarku! Aku membutuhkannya!"

"Kau bisa tidur di sisiku," balas Pierre menggeser punggungnya ke arah kiri dengan mata masih terpejam. Tubuh gadis itu tidak lagi berbau menyengat. Dia tidak keberatan untuk berbagi alas.

Michelle mematung. Bayangan dirinya tidur berpelukan dengan laki-laki itu seketika mengisi benaknya dan menyebabkan jantungnya berdebar sangat cepat. Semburat merah seketika menjalar pada wajahnya.

"A-apa kau gila?! Aku tidak mau tidur denganmu!"

Pierre menggesekkan punggung untuk mencari posisi tidur lebih nyaman. Dia terlalu letih untuk berdebat. "Kau bisa menggunakan tikarku. Aku meletakkan perlengkapanku di sana."

Gadis itu memutar tubuh untuk mengamati sekeliling. Manik hijaunya yang berkilat dalam gelap akhirya menemukan barang-barang milik pria itu jauh dari lokasi mereka berada.

Michelle menelan rasa kesal. Bagaimana pun laki-laki itu telah menyelamatkannya. Dia melangkah untuk mengambil dan menyeret tas berat milik Pierre dengan ekspresi cemberut.

Pierre menautkan alis ketika dia mendengar suara benda bergesekan dengan rumput. Pria itu membuka mata dan menegur gadis bodoh yang sedang merusak ransel miliknya. "Anjing kecil. Tas itu terbuat dari kulit sapi terbaik. Kau tidak boleh menyeretnya."

"Benda ini terlalu berat untukku panggul!" bentak Michelle. Wajah gadis itu berkerut murka. "Dan berhenti memanggilku dengan sebutan binatang!"

"Kau yang menolak untuk tidur di sisiku," protes Pierre kembali menutup mata. Tiupan angin malam membuat tubuh pria itu menggigil. "Ambilkan selimut dari dalam tasku. Aku membutuhkannya."

Manik hijau Michelle melebar. Laki-laki itu semakin keterlaluan! "Kenapa harus aku yang melakukannya?! Kau bisa mengambilnya sendiri!"

"Karena itu tugas betina," jawab Pierre tersenyum kecil. Dirinya teringat akan sebutan yang disematkan para siluman kepada gadis itu. "Dan aku baru saja menyelamatkanmu."

"Kau luar biasa meyebalkan," umpat Michelle sambil berlutut dan mulai mengaduk-aduk isi ransel pria itu.

Pipi Michelle merona ketika dirinya tanpa sengaja menarik pakaian dalam pria yang telah kembali memejamkan mata. Gadis itu melempar selimut kuning cerah ke atas tubuh Pierre lalu mulai merapikan tikar untuk dirinya sendiri.

Michelle melirik sejenak ke arah pria yang mulai mencari kehangatan di dalam kain tebal dan seketika amarahnya memudar. Malam ini dia tidak sendirian. Seseorang bersedia menemaninya.

Suara burung hantu yang terdengar tidak lagi membuat hatinya terasa sedih. Gadis itu menghentikan kegiatannya lalu berkata pelan. "Aku belum mengucapkan terima kasih."

Pierre membalikkan tubuh sehingga mereka bertatapan. Manik birunya mengamati wajah Michelle dalam diam sehingga gadis itu tersipu dan membuang muka. "A-aku belum tahu namamu."

Senyum kecil terbentuk pada bibir Pierre saat melihat reaksi Michelle. Dia memang senang mengamati tingkah gadis itu. "Kau bisa memanggilku Pierre."

Jantung Michelle berdetak lebih cepat. Dia akhirnya tahu nama penyelamatnya. Rona lembut mewarnai pipinya ketika gadis itu kembali menoleh. "Namaku Michelle."

"Benarkah?"  tanya Pierre manik birunya berbinar geli. Pria itu sudah lama mengetahui nama sang pemilik liontin yang tersimpan aman di dalam sakunya.

Kening Michelle berkerut melihat ekspresi lawan bicaranya yang seakan menahan tawa. "Apa maksudmu?"

"Pemilikmu memiliki selera yang aneh untuk menamai binatang peliharaannya," jawab pria itu mulai menguap dan menutup mata. Dia memang membutuhkan istirahat.

Rasa gusar kembali menguasai hati Michelle. Pria itu memiliki bakat untuk membuat seseorang tersinggung. "Kau menjengkelkan!"

Suara dengkuran ringan terdengar dari balik selimut. Pierre telah tertidur tanpa mendengar jeritan terakhir dari gadis yang murka.

Pembaca yang baik hati, tolong tekan tanda bintang.^^

13 Maret 2018

Benitobonita

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro