Kwetiau

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Perkara Cinta ; Kwetiau






Mobil BMW hitam itu berhenti di lapangan berumput yang nggak jauh dari deretan tenda-tenda pedagang nasi goreng, kwetiau, martabak dan segala macamnya.

Calvin meraih topi hitam dari dashboard, tetesan air yang membasahi kaca mobilnya membuat Calvin mengulurkan tangan ke bagian belakang untuk meraih payung lipat miliknya. Selesai mengantongi ponsel dan dompet, Calvin keluar dari mobil dengan payung di tangan. Masih gerimis. Belum hujan tapi Calvin yakin akan deras, melihat awan yang semakin pekat bergelung di langit.

Senyum muncul di wajah Calvin begitu melihat gerobak kwetiau langganannya terlihat. Kakinya bergerak dengan semangat menuju tenda warna biru yang terletak paling ujung itu. Tapi, langkahnya seketika melambat begitu matanya menangkap punggung yang begitu dikenalinya.

Langkah Calvin berbelok, bukan lagi ke arah tenda biru kwetiau langganannya tapi pada seseorang yang berusaha menutupi kepalanya dari tetesan hujan dengan bantuan tangan. Calvin mempercepat langkahnya, menjajari sosok itu untuk membagi payungnya.

"Hari ini gue nggak sengaja ketemu orang mulu ya."

Kalimat itu yang pertama kali keluar dari sosok di depannya begitu Calvin berdiri dan membagi payungnya.

"Emang sebelum gue, ketemu siapa?"

"Felix, di Indomaret."

Calvin mengedikkan bahu. Matanya memindai Esa yang tampak lesu dari biasanya. "Lo kenapa?"

"Nggak kenapa-napa."

"Lo kelihatan pucet, Sa."

"Oh." Esa menempelkan punggung tangan ke pipi. "Iya, agak panas. Kelihatan banget ya, Bang?"

"Iya. Lo nyari apa?"

"Tadi pengen martabak telur, tapi kayaknya laper pengen nasi goreng atau bubur ayam."

"Kwetiau mau?"

Esa mengangguk. "Boleh. Ditraktir?"

Calvin cuma meresponnya dengan senyum tipis, yang sukses menerbitkan cengiran lebar Esa. Keduanya berjalan menerjang hujan menuju tenda biru kwetiau langganan Calvin.

"Mas! Kwetiau biasa satu, nasi goreng nggak pedes satu."

"Lo nasi goreng, Bang? Gue kira mau kwetiau," tanya Esa begitu mereka duduk di salah satu meja panjang yang kosong.

"Nasi goreng buat lo. Lagi sumeng makannya nasi, Sa, bukan kwetiau."

"Oke. Minumnya jeruk anget aja," ujar Esa begitu membaca menu di selembar kertas yang ditempel di gerobak.

"Jeruk angetnya dua ya, Bang."

Calvin melepas jaketnya, lalu menaruhnya di depan Esa. "Lepas jaket lo, pake punya gue."

"Buat apaan?"

"Jaket lo basah, Sa, makin sumeng ntar. Masih ada UAS kan lo?"

Dua gelas jeruk hangat datang saat Esa mulai melepas jaketnya yang sudah setengah basah.

"Yailah, si Ical, gue kira siapa."

"Eh, Mas, apa kabar?" tanya Calvin pada pedagang kwetiau langganannya, namanya Mas Nanang kalau Calvin nggak salah ingat.

"Baik, baik, alhamdulilah."

"Pulang kampung Mas?"

"Iya, Cal, adek saya kemarin nikah."

"Ooh."

Tatapan Calvin beralih pada Esa yang meniup-niup gelas di depannya perlahan. Jaket basah miliknya sudah terlipat rapi di atas meja.

"Lo ke sini naik apa?"

"Naik motor lah."

"Ntar pulang sama gue aja kalo masih hujan."

"Nggak usah, Bang, gue nunggu hujan reda aja. Besok pagi-pagi harus ke kampus soalnya."

"Oke. Gue temenin."

Dua piring berisi nasi goreng dan kwetiau mendarat di meja. Uap panas yang mengepul di atasnya membuat aroma makanan gurih itu makin terasa. Calvin dengan cepat meraih sendok dan garpu, lalu mengaduk kwetiau sebelum kemudian menyuap satu sendok ke mulut.

Rasa gurih yang khas memenuhi mulutnya, tekstur lembut dan kenyal dari potongan kwetiau sukses membuat Calvin mendecak.

"Asli, gue kangen banget makan ini."

"Yang deket rumah Aji kemarin nggak seenak ini?" tanya Esa.

Minggu lalu Calvin mengajak Aji, Esa dan Jusuf untuk menemaninya makan kwetiau di dekat rumah Aji. Kwetiau terenak kedua setelah kwetiau yang sekarang dilahapnya.

"Enak, tapi lebih enak ini menurut lidah gue," jawab Calvin kembali memasukkan satu suap kwetiau ke mulut.

Esa meresponnya dengan kekehan, lalu menyuap nasi gorengnya sendiri ke mulut.

"Lo ketemu Felix di Indomaret ngapain?"

"Jadi tadi pagi gue ngajakin Felix sepedaan, tapi dia nggak mau. Eh ketemu juga akhirnya di Indomaret."

"Ooh."

"Skripsi lo gimana, Bang?"

"Sa, jangan kayak Bang Bayu sama Kirino lah, dikit-dikit nanyain skripsi."

Suara tawa Esa beradu dengan derasnya hujan yang membasahi bumi malam itu, bersama sepiring kwetiau dan nasi goreng keduanya larut dalam cerita. Soal Kirino yang semakin bucin, soal Jusuf yang kemarin nge-prank Bunda, soal Aji dan motor beatnya, juga soal skripsi yang tak habis-habisnya ditanya.

•×•

GWS Mahesa asli a.k.a Seungmin yang lagi sumeng. Mohon maaf gak bisa kirim  bubur ayam sama nasi tim.

Terimakasih banyakkk yaaa temen-temen yang udah baca cerita ini, apresiasi lewat vote dan komennya.
Aku terharu dapet komen-komen yang menyenangkan.

Terimakasih banyakkkkk!

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro