8. Sikap Yang Berubah

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Malam tenang milik Reza kini dihancurkan dengan rapat tiba-tiba yang dibuat oleh istrinya.

Setelah pulang kerja tadi, pria itu diminta untuk pergi ke ruang keluarga dan sesampai di sana, tidak hanya ada Oliv. Namun, Manda juga ada di tempat tersebut.

"Ada apa nih?" tanya Reza dengan nada ceria guna mencairkan suasana. Dia merasa ada hal yang aneh di antara kedua perempuan itu.

"Duduk di sini, Mas," ajak Oliv sembari bergeser ke sisi lain sofa agar Reza dapat duduk di sisinya.

Saat duduk, mata Reza menatap ke arah Manda yang kini terlihat lebih baik dari sebelumnya. Wajah perempuan itu sudah tidak pucat lagi.

"Kenapa, Liv? Ada masalah?" tanya Reza lagi karena sebelumnya dia belum mendapat jawaban dari istrinya itu.

Oliv terdiam sejenak guna menyusun kata-kata yang ingin dia sampaikan. Sebelum berbicara, perempuan itu menggenggam tangan Reza dan membuat sang pemiliknya mengerutkan dahi.

"Mas yakin mau nikahin Manda?" tanya Oliv dengan suara yang cukup pelan. Namun, kali ini Reza dapat mendengar dengan jelas ucapan istrinya itu.

Sebelum menjawab, pria itu dengan sengaja menarik napas yang cukup panjang agar perasaannya sedikit membaik dan emosinya dapat terkontrol.

"Aku sudah mikirin semuanya dengan matang dan aku sudah yakin. Kamu khawatir karena dia belum 17 tahun kan? Tenang aja, aku nggak bakal nikahin dia sekarang."

Perlahan Oliv menarik tangannya sehingga tautannya dengan sang suami terlepas. Dia kemudian tersenyum kecil ke arah Reza sebelum kembali bersuara. "Syukurlah, kalau memang semuanya sudah Mas pikirin secara matang."

Mendengar ucapan Oliv yang sedikit berbeda membuat Manda menatap heran ke arahnya. Kok sikap dia berubah gini sih?

Jelas Manda bingung setelah melihat sikap Oliv yang berbeda dari sebelumnya. Tadi saat Manda mengatakan umurnya,  perempuan itu terlihat begitu marah. Namun kini, amarahnya sudah luntur dan berubah menjadi senyuman.

Karena sudah lelah melihat sikap sepasang suami istri itu, Manda berdeham agar fokus keduanya teralihkan. "Hmm, maaf nih ya, jadi gue tetep harus nikah sama Reza?" tanya Manda tanpa peduli dengan ucapannya yang terdengar tak sopan.

"Man, jaga sikap dong!" bentak Reza yang malah membuat Manda kesal. Perempuan itu melipat tangannya di depan dada dan matanya menatap tajam ke arah Reza.

"Gue nggak bakal gini kalo lo nggak bikin gue pusing, gue udah terlalu banyak masalah, jangan lo tambahin dong!"

Manda bangun dari duduknya dan bersiap pergi dari ruangan tersebut. Namun, Reza segera menahan langkah perempuan itu.

"Ayo, kita ngomong empat mata," ucap Reza pelan sembari ikut berdiri dan mencengkeram tangan Manda.

Pria itu kemudian menatap ke arah Oliv yang terlihat begitu terkejut akan sikap suaminya. "Maaf, Liv. Aku mau bicara dulu sama Manda."

Walau berat, Oliv tetap mengizinkan suaminya itu untuk berbicara dengan Manda. "Iya, Mas, silakan."

Reza menyeret paksa Manda untuk mengikutinya masuk ke dalam kamar. Saat sampai, mata perempuan itu mulai menyusuri setiap detail kamar yang selama ini dia tidur.

Setelah selesai memperhatikan kamar tersebut, Manda melipat tangannya di depan dada dan bertanya, "jadi kamar yang gue tidurin ini selama ini, kamar lo sama Mbak Oliv?"

Reza menghembuskan napasnya kasar sebelum menjawab pertanyaan Manda. "Iya, ini kamar gue sama Oliv."

Amarah Manda memuncak setelah mendengar jawaban dari mulut Reza. "Gila ya lo, lo ngajak gue tidur di kamar lo sama istri lo!"

"Gue nggak punya pilihan!"

"Rumah segede ini, nggak ada kamar kosong gitu? Nggak masuk akal, Za!" bentak Manda lagi.

"Kok lo malah bentak gue sih?" tanya Reza dengan raut wajah yang ikutan kesal.

Di sisi lain, Manda yang sudah muak dengan Reza dan ingin pergi dari hadapan pria itu. Namun, lagi-lagi tangan Manda dicengkram kuat oleh Reza. "Mau kemana lo?" tanya Reza dengan tegas.

"Gue mau pulang! Gue nggak mau di sini!"

"Lo jangan bikin gue naik darah ya, gue udah capek sama tingkah lo, jangan sampe gue musnahin lo dari dunia ini!"

Mendengar ancaman yang diberikan Reza membuat Manda tak dapat berkata-kata lagi. Dia memang merindukan ayahnya. Namun, dia masih mau hidup.

Melihat raut wajah Manda berubah, Reza langsung melonggarkan cengkeraman tangannya di pergelangan perempuan itu.

"Sekarang, lo nggak boleh macem-macem. Lo tau kan akibatnya?"

Seakan terhipnotis oleh ucapan Reza, Manda menganggukkan kepalanya dengan pelan sebagai jawaban atas pertanyaan pria itu.

"Ya udah, sekarang lo diem di sini. Gue mau keluar bentar, jangan kemana-mana sebelum gue balik lagi!"

Benar saja, Manda mengikuti ucapan Reza dengan hanya diam di tempatnya untuk beberapa saat sampai pria itu kembali. Kali ini, pria itu tidak sendiri melainkan dia membawa Arni untuk menemani Manda.

"Ar, tolong kamu bawa Manda ke kamar sebelah. Sekarang, tugas kamu adalah jaga dia setiap saat," perintah Reza yang langsung membuat Arni paham.

"Baik, Pak."

Tanpa menunggu waktu lama, Arni segera berjalan mendekat ke arah Manda yang kini tengah duduk di atas kasur.

Dibawanya perempuan itu keluar dari kamar Reza dan Oliv, menuju kamar barunya.

Di sisi lain, Oliv yang berpapasan dengan Manda menatap bingung ke arah perempuan itu. Dia tidak langsung bertanya kepada Manda yang berjalan berdampingan dengan salah satu pembantunya. Oliv malah memilih untuk bertanya pada suaminya.

"Manda mau dibawa kemana?" tanya Oliv sembari masih menengok kebelakang, menatap ke pintu kamar mereka.

"Ke kamar dia sendiri," jawab Reza singkat sebelum akhirnya pergi ke kamar mandi.

Melihat sikap suaminya yang sering kali berubah, membuat Oliv merasa sedih. Dia merasa sikap Reza begitu berbeda saat bersamanya dan juga bersama Manda. Apa aku cemburu dengannya?

Meninggalkan pikiran buruk yang terus menghantuinya, Oliv memutuskan untuk naik ke atas kasur. Dia merasa, semua yang dia lakukan tak ada artinya karena Reza tetap akan menikah dengan Manda.

"Aku harus ikhlas, aku nggak boleh egois," bisik Oliv pada dirinya sendiri sebagai mantera agar dirinya tetap tenang menjalani kehidupan rumah tangganya saat ini.

Tak lama kemudian, Reza keluar dari kamar mandi dan Oliv bergegas bangun dari duduknya. Tadi dia hanya duduk di atas kasur sembari menunggu suaminya selesai mandi.

"Bentar, Mas. Aku ambilin baju kamu."

Sembari berlari kecil, Oliv masuk ke dalam kamar lain yang berisikan lemari-lemari bajunya dan Reza.

Setelah mendapat baju yang menurutnya dapat dipakai oleh Reza, perempuan itu bergegas memberikannya kepada sang pemilik.

"Ini, Mas," ucap Oliv dengan senyum kecil di wajahnya. Reza menerima pakaian itu dan segera menggunakannya.

Oliv yang masih berada di sisinya kemudian memperhatikan suaminya itu.

Merasa diperhatikan dari belakang, Reza membalik tubuhnya dan menatap ke arah Oliv.

"Ada apa?" tanya Reza dengan salah satu alis terangkat. Sikapnya memang sangat dingin, bahkan untuk istri yang sudah dinikahinya beberapa tahun ini.

Oliv menggeleng pelan dengan wajah yang tetap tersenyum ke arah Reza. "Nggak pa-pa kok, Mas. Aku cuman lagi ngebayangin, nantinya aku nggak bisa ngeliat kamu terus."

Kedua alis Reza terangkat secara bersamaan setelah mendengar ucapan Oliv yang cukup membingungkan. "Maksud kamu?"

Sebelum menjawab, Oliv menarik napasnya dalam-dalam agar hatinya yang terasa sakit menjadi lebih baik.

"Iya, Mas. Setelah kamu menikah lagi, kamu bukan milik aku seutuhnya dan aku harus rela berbagi sama Manda," jelas Manda dengan suara yang sangat lembut. Namun, sebelum Reza mengeluarkan suaranya. Perempuan itu kembali berbicara. "Tapi, nggak pa-pa kok. Aku turut bahagia kalau kamu juga bahagia."

***

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro