KEDELAPAN: VAMPIRE BARU

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Sebelumnya, aku ingin meminta maaf karena cerita ini update-nya lama. Sebenarnya, aku sekarang sedang sibuk PKl, jadi jatah waktu membuat cerita terpotong dan ditambah harus membuat laporan maka semakin besar dipotongnya. Maka dari itu, cerita ini dan ceritaku yang lain (yang belum tamat) akan update tidak menentu dan mungkin lama sekali.

Sekali lagi, aku minta maaf. Selamat membaca.

####################################################################

"Ti-Tidak mungkin..."

Di depan mata gadis bernama Jili, sesosok yang memiliki sayap hitam seperti sayap kelelawar besar, cakar dari kelima jari kedua tangannya tajam dan panjang, mengeluarkan aura merah kehitaman, dan sedang berdiri tegak menatap dengan mata merah... tepatnya lingkaran kecil merah bersinar di balik bayangannya.

"Ke-Kenapa malah kau yang berubah...?" lanjut terkejut Jili. "Dan kenapa bau darahmu menghilang? Dan bau ini..."

"Yah... aku juga tidak tahu kenapa bisa begini," jawab Filk. Dia memutar kepalanya untuk melihat Rosia yang sudah pingsan duduk bersandar di pohon. Kemudian, dia kembali melihat ke arah Jili. "Tapi, dengan begini aku bisa melawanmu."

"Tidak akan semudah itu!!" Jili pun meluncurkan pecutannya.

Filk masih diam, melihat pecut milik Jili bergerak ke arahnya. Saat hampir sampai, sayap Filk menutup wajah Filk, menjadikannya sebagai prisai. Tidak seperti menahan dengan tangan, Filk tidak terpental, malah pecut itu yang terpental. Setelah itu, Filk melesat dengan cepat untuk meluncurkan serangan balasan. Karena kecepatannya, Jili tidak sempat menghindar dan memilih menyilangkan kedua tangannya. Sebuah pukulan dari kepalan tangan didapatkan Jili dari Filk, membuatnya harus terpental cukup jauh dan menabrak pohon sampai membuat pohon itu ambruk.

"Wooohhh, rasanya lebih kuat dari sihir penguat tubuh. Mungkin akan lebih kuat lagi kalau aku menambahkan sihir penguat tubuh?" gumam Filk kagum dengan kekuatannya sendiri.

"Jangan sombong dulu!!"

Tiba-tiba di depan Filk melesat dengan cepat sebuah pasak ke arahnya. Filk langsung terbang ke atas untuk menghindar, membuat pasak itu menacap di batang pohon. Belum Filk mengaggumi dirinya bisa terbang, sebuah pasak kembali melesat ke arahnya. Filk menghindar dengan terbang ke samping kanan. Sebuah pasak kembali melesat ke arahnya, dihindari ke kiri. Pasak tajam kembali melesat, Filk menghindar dengan memutarkan badannya seperti melakukan backflip. Kali ini, pasak datang bertubi-tubi, membuat Filk harus dengan cepat terbang ke samping. Pasak itu kembali datang bertubi-tubi tidak menentu, tapi untungnya Filk dapat menghindari dengan mudah walau harus terbang berganti arah dengan cepat.

"Wahh... aku bisa mengendalikan sayap ini dengan baik!" kagum Filk senang.

Entah karena lengah atau terlalu senang sehingga tidak menyadari kakinya sudah dililit oleh pecut. Baru menyadarinya, Filk hanya bisa kaget pasrah. Dengan cepat, pecut itu membawa Filk ke bawah sampai menghantam keras tanah. Tanah menjadi cekung cukup dalam dan kepulan debu menyebar di daerah Filk menghantam tanah.

"Arghh... sakit sekali..." gumam Filk kesakitan sambil berdiri.

Belum sempat Filk berdiri dengan benar, pecut itu sudah melilit lengan kanannya. Filk kembali harus melayang ke atas, ke samping kanan, samping kiri, dan kembali menghantam tanah dengan keras. Tanah tempat Filk menghantam kali ini cekungannya lebih besar dan dalam, itu membuktikan kalau pemegang pecut tadi mengeluarkan kekuatannya yang lebih besar dari sebelumnya.

Di sisi lain, Jili sekarang sedang berjalan dengan tenang menuju tempat Filk menghantam tadi. "Ternyata kemampuanmu hanya segitu, sedikit mengecewa-" ucapnya terhenti karena melihat Filk bisa berdiri tanpa kesusahan. "Kenapa kau masih kuat berdiri...?"

"Yah... aku memang seharusnya sudah mati atau minimal pingsan dengan rasa nyeri yang luar biasa. Tapi mungkin karena sekarang aku jadi vampire, aku merasa nyeri saja."

"... Aku semakin menginginkan kau!!" Jili menggerakkan pecutnya.

Lengan Filk kembali dililit oleh pecut Jili, tapi kali ini Jili kesulitan mengangkat tubuh Filk. "Maaf membuatmu kecewa, tadi aku sengaja melemaskan tubuhku agar kau bisa membantingku. Kali ini, aku tidak ingin mendapatkan rasa nyeri lagi!!" Filk menggerakkan lengan yang dililit pecut, lengan kanan.

Tubuh Jili terangkat dan terayun ke samping, menghantam batang pohon sampai ambruk. Filk mengayunkan Jili ke atas, dia berencana akan menghantamkan Jili ke tanah. Tapi, saat di atas Jili melepaskan pegangan dari pecut. Saat melayang di atas, Jili mengeluarkan sayap kelelawarnya dan terbang di atas langit malam.

Perlahan dari mulut Jili, keluar sedikit darah merah segar. Menyadari itu, Jili langsung memasang wajah kesal dan marah yang diarahkan kepada Filk. "...Tidak... akan kumaafkan... Akan kubalas kau!!" Dengan amarah, Jili melemparkan pasak.

Filk menghindar dengan meloncat ke belakang. Belum mendarat, sebuah pasak sudah ada di depan Filk, siap menancap ke dadanya. Melihat itu, dengan cepat Filk menjadikan sayapnya sebagai prisai. Pasak itu terpental, tidak menancap di sayap kelelawar Filk. Saat sayap itu terbuka, tiga pasak meluncur ke arahnya. Filk memutuskan untuk menangkis pasak-pasak itu dengan kuku tangannya. Berhasil menangkis ketiga pasak itu.

"Sekarang giliranku!!"

Filk melemparkan kunai kepada Jili, berhasil dihindari dengan terbang ke samping. Filk kembali melemparkan kunai, dua kunai dengan beda arah, yaitu sisi kanan dan kiri. Tapi, Jili bisa menghindari dengan terbang lebih ke atas lagi. Saat itulah, Filk melemparkan bom. Jili tidak bisa menghindar karena terkejut, jadi dia memutuskan menjadikan sayapnya sebagai prisai. Tapi ternyata, itu bukanlah bom peledek, melainkan bom asap. Asapnya sangat tebal sekali, sampai tubuh Jili tertutup oleh asap itu.

"Asap?" Sayap Jili terbuka, membuat Jili bisa melihat dirinya dikelilingi oleh asap abu-abu. "Sial, aku tidak bisa melihat dengan jelas."

Tiba-tiba, meluncur kunai dari belakang sisi Jili. Dia tidak menyadarinya karena kesulitan melihat akibat asap. Kunai itu melesat membuat Jili mendapatkan luka sayatan kecil di lengan. Jili mengerang kecil kesakitan. Kunai kembali datang dari balik asap di sisi belakang, membuat pipi Jili mendapatkan luka sayatan kecil. Lagi-lagi kunai melesat membuat Jili mendapatkan luka sayatan kecil.

"Di mana KAUUU!!"

Dengan penuh amarah, Jili mengayunkan pecutnya memutar, menciptakan angin puting beliung. Asap pun hilang karena angin puting beliung itu. Sekarang langit malam dapat dilihat jelas oleh Jili, tapi tujuan dia menghilangkan asap itu bukanlah untuk melihat langit malam melainkan sosok yang melemparkan kunai. Namun, ternyata di setiap sudut orang itu tidak ada.

"Cari aku?"

Dengan wajah terkejut, Jili memutar tubuhnya ke belakang. Sosok yang dicarinya sedari tadi ternyata ada di belakangnya. Langsung saja, Jili meluncurkan pecutnya, tapi Filk bisa menghindari dengan terbang ke samping. Jili melemparkan pasak, dua pasak. Filk menangkis kedua pasak itu dengan kukunya. Jili kembali meluncurkan pecutnya, lurus ke depan tepat ke kepala Filk. Kali ini, Filk menghindari dengan sedikit memiringkan kepalanya dan terbang ke depan menuju Jili dengan cepat. Filk siap meluncurkan pukulan dan Jili menyilangkan kedua tangannya untuk dijadikan prisai.

*dhurr

Tubuh Jili menghantam tanah akibat pukulan dari Filk. Debu tebal mengepul di sekitar tempat Jili menghantam, selain itu cekungan tanah cukup besar tercipta. Jili ingin berdiri, tapi tubuhnya terasa begitu berat sekali dan nyeri. Seharusnya, dengan dirinya yang status vampire luka yang begini bisa segera sembuh. Sayangnya, itu tidak terjadi sekarang.

Jili hanya bisa mengerang kesakitan dengan suara kecil, sambil menyesali dirinya yang sudah terkapar tak berdaya. Di sisi lain, Filk perlahan mendarat ke tanah. Saat kakinya mengijak tanah, tiba-tiba tubuhnya sempoyong, dia kehilangan keseimbangan tubuh. Selain itu, penampilannya kembali seperti semula.

"Se-Sepertinya... kekuatan itu terbatas oleh waktu..." gumam Filk yang masih sempoyongan berusaha menyeimbangkan tubuh.

"Ternyata... kau benar-benar menarik."

Mendengar itu, Filk menengadah ke atas dengan gemetar dan masih berusaha menyeimbangkan tubuhnya. Sayangnya, baru saja menengadah, dia sudah jatuh ke belakang dengan posisi duduk. Kali ini dia bisa diam tanpa sempoyongan.

Setelah itu, Filk kembali menengadah. Seorang pria rambut putih panjang sebahu, mimik wajah menyeramkan, memakai jaket abu-abu muda lengan panjang dengan hoddie yang tidak dipasang di kepala, celana panjang abu-abu gelap, dan sebuah sayap hitam besar membentang di punggung.

"Kau... siapa...?" tanya Filk pelan karena kelelahan.

"Aku akan segera menangkapmu," ucap pria itu mengabaikan pertanyaan Filk, tepatnya tidak mendengar pertanyaan Filk. "Yah, kurasa mereka tidak masalah mendapatkan tubuhmu hanya memiliki satu tangan dan lubang kecil di perut!"

Pria itu melesat dengan cepat untuk menyerang Filk. Ingin sekali Filk menghindar, tapi tubuhnya terlalu lemah. Pria itu sudah dekat sekali dan Filk masih duduk diam menatap kepalan tangan pria itu datang mendekat. Lalu, Filk pun jatuh ke belakang, kepala belakangnya menghantam tanah. Tapi, hantamannya tidak keras melainkan pelan seperti Filk sengaja menjatuhkan diri.

"Wah, hampir saja."

Pria yang tadinya ingin meninju Filk, entah kenapa sekarang terbang diam dengan kepalan tangan di depan, seperti dirinya adalah patung terbang pose tinju. Ekpresi yang datar kini berubah menjadi ekpresi kesal, itulah yang ditunjukkan oleh pria itu.

"Hei, siapa kau...?" geram pria itu. "Apa kau teman dia?"

"Aku... bukanlah teman dia."

"Lalu... ke-" Kalimat pria itu terhenti karena dirinya bisa menggerakkan tubuhnya kembali dan kakinya mengijak tanah. Lalu, dia memutuskan meloncat ke belakang. "Lalu, kenapa kau menghentikanku?"

Sekarang pria itu dapat melihat seorang gadis kecil memakai piyama rubah merah muda yang menutupi seluruh tubuhnya, iris mata biru tua, kulit putih, rambut coklat muda panjang sedada. Gadis itu berjalan menghampiri Filk yang terkapar di atas tanah.

"Oh, dia pingsan," ucap gadis itu melihat Filk.

"Hei, jawab pertanyaanku!"

"Oh maaf, paman tua... Ah, maaf, maksudku kakek tua~"

"Hei, aku masih muda!!"

"Oh... Kalau begitu, pemuda tua~"

"Hilangkan kata 'tua'-nya!!" protes pria itu dengan ekpresi super kesal. "Sudahlah. Jadi, kau ini siapa?"

"Hm, aku? Aku hanyalah gadis kecil yang suka sekali dengan hal imut-imut. Tadi aku kebetulan lewat dan melihat kau ingin menghajar pria yang sudah lemah tak berdaya. Jadi, aku hentikan kau. Lalu, kau sendiri siapa, pemuda tua~?"

"Aku adalah pelayan gadis yang sudah dikalahkan oleh pria itu. Alasan aku akan menghajar pria yang sudah lemah tak berdaya itu, karena dia sudah membuat majikanku mendapatkan penuh luka. Jadi, wajar saja kalau aku marah sampai ingin membunuh pria itu."

"Hmm... benarkah itu alasanmu?"

"... Aku bisa menanyakan hal yang sama kepadamu."

Mereka berdua saling menatap datar, namun terkesan seperti serius. Padahal, awalnya gadis itu menunjukkan sifat konyolnya, tapi kali ini dia seperti mengganti kepribadiannya. Mereka tak bergerak sedikit pun.

"Baiklah, kurasa cukup sampai di sini. Aku harus segera membawa majikanku untuk disembuhkan," ucap pria itu.

"Oke, kalau begitu cepatlah pergi~" balas gadis itu kembali terlihat konyol.

Pria itu pun berbalik dan berjalan menuju tempat Jili sudah pingsan kesakitan, tapi baru setengah jalan dia menghentikan langkahnya. "Akan aku biarkan kalian sekarang, tapi di pertemuan selanjutnya akan kupastikan kalian tidak bisa melihat hari esok... tepatnya, tidak bisa merasakan waktu satu detik kemudian."

"Akan kutunggu hari itu tiba~"

Pria itu pun kembali berjalan. Setelah sampai di tempat Jili, dia menggendong Jili ala tuan putri dan terbang. Sedangkan gadis piyama itu, melihat kembali Filk, namun dengan ekpresi datar menyeramkan.

"Cukup bagus, tapi masih belum mencukupi."

Setelah mengucapkan itu, gadis itu pergi menghilang di balik semak-semak meninggalkan Filk yang pingsan di atas tanah. Di sisi lain, di atas pohon sosok berpakaian berwarna hijau gelap lengan kanan pendek sedangkan lengan kiri panjang, lengan kanan dililit perban putih, celana kuning bagian kanan panjang sedangkan kiri pendek selutut, kaki kiri dililit perban putih, dan seluruh kepalanya dililit perban putih layaknya mumi namun sedikit terbuka di bagian mulut.

"Target ditemukan," gumam sosok itu.

***

Pagi hari pun tiba, buktinya suasana hutan ini tidak gelap lagi, melainkan terang oleh sinar matahari yang hangat. Sekarang, Filk perlahan membuka kelopak matanya... walau sebenarnya tidak terlihat karena tertutup oleh bayangan. Padahal sinar matahari menyinari wajahnya, tapi tetap saja matanya tidak dapat dilihat karena tertutup bayangan.

"Kau sudah bangun, Filk."

Kesadaran Filk kembali seutuhnya setelah mendengar kalimat itu. Selain itu, dia baru sadar kalau di depan matanya sebuah wajah cantik memiliki iris mata yang berbeda warna menatapnya lembut. Filk terdiam sementara, menatap dalam-dalam kedua iris mata gadis itu.

"Ahhh!!" Filk langsung berguling. Lalu, dia bangkit dengan ekpresi terkejut. "Ro-Rosia?!"

"Iya, aku Rosia," balas Rosia datar. "Kenapa kau terkejut begitu? Ah, apa karena kau masih takut dihisap darah-nya? Padahal kau sudah kuhisap darahnya."

"Eh, ya... Tunggu, kau ingat kejadian semalam?"

"Tidak semua... Aku hanya ingat saat menghisap darahmu, rasanya enak sekali. Tapi, setelah itu aku merasa kehilangan kesadaran... Kau tahu apa yang terjadi semalam dan apa yang terjadi dengan Jili?"

"Itu..."

Filk menceritakan semuanya, soal dia berubah menjadi vampire, pertarungan dia dan Jili, kemenangan dia, dan seorang pria tiba-tiba datang menyerangnya. Semuanya diceritakan Filk hampir secara rinci.

"Begitu... Bukankah seharusnya aku yang menjadi bertambah kuat?" tanya Rosia.

"Jangan tanya kepadaku, aku juga tak mengerti."

"Lalu, di mana pria yang kau ceritakan melesat menyerangmu sebelum kau pingsan? Apa yang terjadi kepadanya?"

"Aku kan pingsan, jadi tidak tahu... Kupikir setelah aku pingsan, kau bangun dan melawan pria itu."

"Aku baru bangun sekitar sejam sebelum kau bangun." Rosia mengambil kaca penghubung yang tergeletak di sampingnya. "Oh iya, sedari tadi kaca penghubungmu menyala terus. Sepertinya temanmu mengkhawatirkanmu."

"Yah... kurasa tidak aneh dia khawatir..." Filk mengambil kaca penghubungnya. Sekarang, tulisan '10 panggilan tak terjawab' dapat dilihat Filk di layar kaca penghubung. "Sebaiknya aku menghubunginya kembali."

Tiba-tiba, lingkaran sihir muncul di dekat mereka. Lalu, ketiga gadis yang tidak asing bagi Filk muncul di atas lingkaran sihir itu. Tentu saja mereka adalah Noe berwujud kucing yang terlihat mengekpresi marah, Ayumi mengekpresikan wajah senang, dan Dinda tersenyum kecil. Namun, semua itu berubah setelah melihat Rosia, kecuali Noe yang masih tetap memasang ekpresi kucing marah.

"Kalian bertiga, tenanglah. Sekarang dia bukan musuh kita lagi," ucap Filk.

"Benarkah?" tanya Noe memastikan.

"Benar, karena sekarang dia tidak berbau darah yang menggoda vampire," balas Rosia.

"Ja-Jadi... kau mengicar Tuan-ku karena bau darahnya?" tanya Ayumi.

"Tepatnya darahnya."

"Lalu, kenapa tadi kau bilang Filk tidak berbau darah yang menggoda vampire lagi?" tanya Dinda.

"Karena dia sudah menjadi bagian kami, para vampire."

"HEHHHHH?!!" kaget mereka.

"Ba-Bagaimana itu bisa terjadi?!"

"Tentu saja dengan ritual malam hari. Rasanya begitu nikmat sekali, sangat menggairahkan."

"...Woi, kenapa kau menjawabnya begitu?!" protes Filk.

Aura mengerikan terpancar dari mereka berdua, Noe dan Ayumi, ditambah tatapan mengerikan. Sedangkan Dinda memalingkan pandanganya dan perlahan menjauhi mereka berdua.

"Ke-Kenapa kalianterlihat mengerikan begitu...?"

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro