KESEMBILAN: GADIS KECIL

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

"Aku tidak akan membiarkanmu mendekati Tuan!!" tegas Ayumi menarik Filk sambil memeluk lengannya. Lengan Filk terjepit di antara belahan dada besar Ayumi, itu kenapa wajah Filk memerah.

"Kau tidak punya hak mengaturku. Selain itu, dia sudah menjadi budakku. Jadi, aku bebas dekat atau tidak dengannya," balas Rosia menarik Filk sambil memeluk lengannya.

"Tuanku pernah memegang dadaku!!" tegas Ayumi kembali menarik Filk sambil memeluk lengannya.

"Budakku pernah melihat tubuhku!" balas Rosia kembali menarik Filk sambil memeluk lengannya.

"Ka-Kami... pe-pernah... ber-berciuman!!"

"Ka-Kami... pe-pernah... melakukan ritual malam!!"

Filk ingin sekali menghentikan pertengkaran mereka, tapi berkat kedua lengannya dipeluk sekaligus merasakan dada yang berbeda. Dirinya hanya bisa diam gemetar, tegang, dan semakin panas. Otak Filk semakin menggila, karena lengannya tergesek-gesek oleh kedua tubuh gadis manis yang sedang memperebutkan dirinya. Perlahan, pikirannya mulai memperlihatkan imajinasi liar.

"HENTIKANNNN!!!" marah Noe sambil meloncat ke arah Filk dan menggigit kepalanya.

"WAAAAA!!" teriak kesakitan Filk mengakibatkan imajinasi liarnya hilang. "Kenapa malah aku yang digigit?!!"

Berkat itu juga, Rosia dan Ayumi melepaskan pelukannya dan mundur beberapa langkah, membiarkan Filk digigit oleh Noe sepuasnya.

"Aku tidak sudi dia bergabung dengan kita!!" protes Ayumi sambil menunjuk ke arah Rosia.

"Ayumi, tenang dulu," ucap Dinda. "Kau kan sudah mendengar ceritanya dari Filk. Dia bukan perempuan yang jahat."

"Tidak, pasti sebenarnya dia memiliki niat jahat!!" tungkas Ayumi. "Terlebih, dia pernah melukaimu, Dinda! Aku tidak bisa menerimanya!!"

"Aku setuju dengan Ayumi!!" sambung Noe yang sudah tidak menggigit Filk. "Sebaiknya kau pergi saja!!"

Rosia yang mendengar pernyataan dari kedua gadis itu, langsung menunduk kepalanya. "Baiklah, a-"

"Tunggu dulu!" potong Filk. "Dia sudah menyelamatkanku, bahkan melindungiku. Aku ingin membalas budi kepadanya, jadi tolong izinkan dia bergabung dengan kita. Aku mohon!" Filk menundukkan badannya.

Noe dan Ayumi saling bertukar pandang, lalu melihat ke arah Filk yang masih membungkukkan badannya. Mereka melihat betapa seriusnya Filk memohon, hal itu membuat perasaan mereka melunak.

"Noe, Ayumi, aku juga mohon agar dia diizinkan bergabung dengan kita," pinta Dinda. "Terlebih, kalau kita mengusirnya, dia tidak punya tempat untuk tinggal. Kalian tahu kan keadaannya sekarang dari cerita Filk?"

"Baiklah, aku tidak masalah. Tapi, aku akan tetap mengawasimu, kalau berani macam-macam, awas saja!" balas Noe.

"Kalau Tuan meminta hal itu, saya tidak bisa menolaknya. Tapi, kalau dia ternyata berbahaya bagi Tuan, aku akan melawannya!" balas Ayumi.

"Terima kasih, kalian. Terima kasih, Dinda, kau mau membantuku," ucap Filk.

"Sudahlah, itu hanya sebagai pe-" Dinda menghentikan kalimatnya, lalu berbalik. "Itu hanya sebagai pemberi kesempatan kepadanya, aku juga akan melawannya kalau ternyata dia berbahaya bagi kita."

"Kalau begitu, ayo kita pergi!"

Mereka pun berjalan, melanjutkan petualangan mereka. Rosia yang memimpin perjalanan, karena dia yang tahu jalan menuju kota terdekat. Selama di perjalanan, awalnya mereka tidak berbicara satu sama lain, tapi setelah Filk menanyakan kota yang dituju seperti apa, terjadilah percakapan di antara mereka.

"Tunggu!" teriak Filk tiba-tiba, membuat mereka menghentikan langkah mereka. "A-Aku mau ke belakang!"

"Tidak perlu teriak-teriak juga," balas Dinda.

Filk dengan cepat pergi menjauh dari mereka, mencari tempat yang pas untuk membuang air kecil. Beberapa langkah berjalan, dia menemukan sebuah danau cukup besar. Filk memutuskan untuk membuang air kecil di dekat sana, agar bisa membersihkan miliknya dengan air danau.

Tapi, langkahnya segera terhenti setelah melihat sesuatu berwarna hijau melayang di atas danau. Sesuatu itu perlahan mendekati tepi danau dan semakin jelas wujudnya. Filk perlahan melihat sebuah rambut hijau panjang, lalu wajah gadis cantik, dada rata, tubuh bagian atas putih mulus, kedua lengan putih mulus, dan kedua kaki pendek mulus putih. Dengan begitu, kesimpulannya sesuatu itu adalah seorang gadis kecil telanjang bulat berambut hijau panjang sedang mandi. Dan sekarang sesuatu itu memperlihatkan seluruh tubuh telanjang bulatnya kepada Filk tanpa disadari, karena matanya tertutup. Sedangkan Filk yang melihat itu, masih terdiam mematung menikmati pemandangan indah itu. Namun, dia segera panik dengan wajah memerah setelah gadis itu perlahan membuka matanya.

Mata mereka saling bertemu, sambil terdiam menikmati momen pertemuan yang tidak terhingga ini. Filk dapat melihat iris mata hijau cerah dan wajah yang perlahan memerah. Akhirnya, wajah gadis itu terlihat panik dan merah sekali.

"KYAAAAA!!!" teriak gadis itu sambil jongkok untuk menutupi tubuh bagian depannya.

Filk langsung memalingkan wajahnya. "Ma-Maaf!! A-Aku tidak sengaja! Aku tidak tahu ada yang mandi!! I-I-Ini kecelakaan!!" panik Filk masih memalingkan pandangnya dan menahan keinginan bejatnya untuk berbalik melihat gadis itu.

"KYAAAAA!!!"

"Ah, benar juga!"

Dengan panik, Filk perlahan melepaskan zirahnya, lalu membuka jubahnya. Namun, segera dihentikan karena dia merasakan sesuatu yang menyeramkan di belakangnya. Dengan keringat dingin yang mengalir cukup deras, Filk menggerakkan kepalanya melihat ke belakang. Keempat gadis yang tidak asing bagi Filk, salah satunya kucing, sedang mengeluarkan aura mengerikan.

"Tuan, apa yang akan Anda lakukan? Kenapa Anda membuka baju setelah melihat gadis yang telanjang bulat?" tanya Ayumi dengan nada yang terdengar manis, namun mengerikan.

"Jadi... kau lebih bernafsu dengan gadis kecil," ucap Rosia dengan nada mengerikan.

"Tu-Tunggu, ka-kalian...kalian salah paham, a-aku me-"

"DASAR MESUMMMMM!!!"

"AAAAA!!"

***

Sekarang gadis itu sudah memakai pakaiannya, yaitu kaos abu-abu, rok hitam pendek, dan sepatu hitam. Gadis itu sedang dipeluk oleh Dinda dan dikelilingi oleh ketiga gadis yang salah satunya berwujud kucing. Sedangkan Filk, terkapar sekarat di atas tanah dengan posisi tengkurap.

"Dinda, tidak biasanya kau ikut memukul Iki," heran Noe. "Biasanya kau diam dan mengalihkan pandangan seperti tidak peduli."

"Ja-Jangan-jangan... Dinda... kau..."

"Bukan-bukan, Ayumi. Kau salah paham," potong Dinda. "Aku ikut menghajarnya kali ini, karena seorang gadis kecil yang masih polos dijadikan sebagai pelampiasan nafsunya. Aku tidak akan membiarkannya begitu saja!" jawab Dinda semangat membara.

"Apa kau baik-baik saja, gadis kecil?" tanya Rosia.

Gadis kecil itu hanya mengangguk dengan rasa sedikit takut kepada mereka.

"Tenang, kami tidak akan melukaimu~ Jangan takut kepada kami~" ucap Dinda dengan nada manis. "Ngomong-ngomong, namamu siapa?"

"P-Priska..."

"Priska. Nama yang imut sekali~" puji Dinda.

"Adududuh...." Filk perlahan membangunkan tubuhnya, sambil menggosok-gosok kepalanya.

"A-Ano... Sa-Sayang... kau baik-baik saja?" tanya Priska malu-malu.

"Aku ba... EH, SAYANG?!!" kaget Filk.

Aura mengerikan dipancarkan oleh Dinda, bahkan auranya lebih mengerikan dibanding ketiga gadis itu. Perlahan Dinda berdiri, dengan senyuman dan tatapan datar mengerikannya. "Fi-Filk... jadi, tadi kau bukan ingin melepaskan zirahmu, tapi memasang kembali zirahmu setelah melakukan hal 'itu' kepada Priska...?" tanya Dinda dengan nada mengerikan sambil menarik pedang kayunya.

"Tu-Tunggu, Dinda... Ka-Kau salah pa-"

"MATILAH!!"

"JANGAANNNNN!!" teriak Priska tiba-tiba. "Jangan menyakiti calon suamiku!!"

Berkat itu, Dinda menghentikan ayunan pedang kayunya. Sedangkan ketiga gadis lainnya, menatap bingung kepada Priska. Dan Filk, dia semakin mengekpresikan wajah terkejutnya, walau matanya tidak bisa dilihat karena tertutup bayangan. Mengambil kesempatan mereka semua terdiam, Priska berlari mendekati Filk dan menghadang Dinda.

"To-Tolong, jangan sakiti calon suamiku lagi. I-Ini bukan salahnya, tapi salahku."

"Tu-Tunggu, a-apa maksudmu? Kenapa aku jadi calon suamimu?!" kaget Filk.

Priska membalik badannya, wajahnya sangat merah sekali. "I-Ini sudah menjadi tradisi keluarga, yaitu 'seorang perempuan harus memperlihatkan tubuh telanjang bulatnya kepada laki-laki yang dia cintai yang akan menjadi suaminya'."

"Ta-Tapi, itu kan ke-kecelakaan..."

"Te-Tetap saja, itu sudah menjadi aturannya... Se-Sekarang, kau harus menemui keluargaku!"

***

Sekarang, Filk sedang duduk bersama Priska di sampingnya. Mereka berada di rumah keluarga Priska, tepatnya di ruang tamu. Ruangan ini tidak terlalu besar, bahkan terlihat sederhana sekali. Mereka duduk hanya beralasan sebuah tikar yang lusuh, ini membuktikan kondisi keluarga Priska sederhana. Selain itu, kedua orang dewasa yang diketahui adalah kedua orangtua Priska duduk di hadapan mereka. Sang ayah bertubuh besar, kumis lebat, memakai pakaian petani usang, dan sebuah topi kerucut. Sang ibu bertubuh kecil hampir sama dengan Priska, rambutnya hijau sama seperti Priska, matanya sipit, dan memakai kimono yang terlihat usang.

"Jadi... kau sudah menodai putriku," ucap sang ayah dengan nada tinggi.

"I-Iya... ma-maafkan aku..." balas Filk ketakutan dengan tatapan dan nada bicara sang ayah.

"MANA MUNGKIN BISA DIMAAFKAN!!" kesal sang ayah sambil memukul lantai.

"Sayang, jangan begitu, kau membuat calon menantu kita ketakutan," pinta lembut sang ibu. "Namamu Filk Iki, kan?"

"I-Iya... bibi..."

"Panggil saja ibu, kau kan nantinya jadi menantu kami."

"Tidak, aku tidak mengizinkannya!!" bentak sang ayah.

"Tapi, sayang, kau tahu kan aturan keluarga kita yang sudah diterapkan secara turun menurun?"

"Aku tahu itu... Tapi, aku tidak akan mengizinkannya sampai dia bisa membuktikan bahwa dia mampu menjadi suami yang baik bagi Priska! Selain itu, itu adalah sebuah kecelakaan, jadi Priska tidak punya rasa cinta kepadanya!"

"Ka-Kalau begitu, paman. Batalkan saja per-"

"DIAM!!" bentak sang ayah menghentikan kalimat Filk. "Kau hanya orang yang kebetulan harus terlibat dalam masalah keluarga ini, kau tidak pantas berpendapat!"

"Ba-Baik..." Filk langsung menundukkan kepala penuh penyesalan.

"A-Ayah, ja-jangan begitu kepada ca-calon suamiku... A-Aku akan belajar untuk mencintainya..." ucap Priska pelan ketakutan.

"Hmm..." Sang ayah berpikir keras, sambil melipat kedua tangannya. "Baiklah, aku beri kalian waktu untuk bersama salam tiga hari. Buktikan kepadaku apakah kau pantas menjadi suami anakku dan membuat anakku jatuh cinta kepadamu. Tapi, jangan sampai melakukan hal yang tidak senonoh. Ingat itu!"

"Si-Siap!" jawab Filk kaget.

Kemudian, Filk dan Priska izin ke luar untuk jalan-jalan berdua untuk melakukan perintah ayah Priska. Mereka berdua memutuskan untuk jalan-jalan ke tengah kota, sekaligus ke penginapan Noe dan lainnya sedang menunggu. Suasana tengah kota cukup sepi oleh orang-orang yang berlalu-lalang, jadi mereka tidak terlalu merasa malu jalan berdua.

"Sa-Sayang..."

"Panggil saja Filk atau Iki," minta Filk.

"Baiklah. Filk, boleh aku pergi membeli makanan dulu?"

"Makanan untuk apa? Kau lapar? Kau bisa ikut makan bersama kami."

"U...Untuk ayah dan ibu..."

"Kalau begitu, kita pergi bersama saja."

"Ti-Tidak usah, tokonya enggak jauh dari sini, kok."

"Kau yakin? Tahu jalannya dari toko itu ke penginapan?"

"Tentu saja tahu, kan aku yang mengantar kalian ke penginapan dan aku sudah lama tinggal di sini."

"Eh, i-iya... heheheh, aku lupa," balas Filk malu.

"Kalau begitu, aku pergi." Priska pun pergi.

Priskan berjalan ke arah berlawanan dari jalur ke penginapan. Melewati beberapa bangunan-bangunan tinggi dan pendek, orang-orang yang berlalu-lalang, dan beberapa perempatan. Akhirnya, dia sampai di dekat toko roti.

Tapi, langkah Priska terhenti karena ada tiga anak perempuan menghadang. "Hei, lihat, anak kumal dan bau datang lagi ke sini," ucap yang di tengah.

"Iya, anak kumal dan bau datang lagi," tegas ejek sebelah kanan.

"Hei, anak kumal dan bau! Kenapa datang lagi ke toko ayahku?! Memangnya kau sanggup beli roti terenak dan berkelas di kota ini?!" tanya yang di sebelah kiri.

"Palingan cuma beli sisa roti yang tidak terjual."

"Ahh, mana mungkin. Sisa roti yang tidak terjual saja hampir sama mahalnya."

"Tentu saja tidak mungkin. Dia kemari untuk meminta roti dari ayahmu."

"Hahahahah!" tawa mereka bersamaan.

Priska yang mendapatkan olokkan seperti itu, hanya bisa menunduk diam. Bahkan, walau beberapa kali didorong hampir membuatnya jatuh. Priska tetap saja menunduk diam.

"Sudah, cepat pergi! Kedatanganmu bisa membuat reputasi kebersihan dan kenyamanan toko ayahku hancur! Cepat pergi!"

"Hehhh, justru kalau mengusir pelanggan bisa memungkinkan ditutup tokonya."

Mendengar kalimat dari pihak lain itu, mereka bertiga langsung melihat ke arah orang itu dengan perasaan tersindir. Sedangkan Priska, dia langsung mengangkat kepalanya dan berbalik ke belakang.

"Memangnya kamu siapa, berani bilang begitu?!" kesal anak yang bilang anak pemilik toko roti itu.

"Aku pelanggan toko roti ayahmu. Tapi karena tadi kau mengusir gadis yang aku minta tolong untuk beli roti di sini, sepertinya aku batalkan saja dan menuntut toko ini ditutup karena memberikan pelayanan yang tidak nyaman."

"Cih, ayo kita pergi!" Mereka bertiga pun pergi.

"Filk, kenapa ada di sini?" heran Priska.

"Aku cemas, jadi ikutin."

"Terima kasih, Filk..."

"Kalau begitu, cepat beli rotinya. Kasihan ayah dan ibumu."

"Sebenarnya, roti ini bukan untuk ayah dan ibu..."

"Lalu, untuk siapa?"

"... Setelah membeliroti, ikut aku ke hutan. Nanti aku kasih tahu."

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro