KETIGA: PENYIHIR PRIBADI

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Filk tertimpa oleh gadis berpakaian penyihir yang entah darimana tiba-tiba terbang menabrak dirinya. Bukan hanya kekenyalan di dada yang dirasakan oleh Filk, tapi sesuatu yang lembut dirasakan di mulut Filk. Perlahan gadis berpakaian penyihir itu bangun dari atas tubuh Filk, namun tiba-tiba dia meloncat ke belakang dengan wajah terkejut setelah menyadari kalau tadi dia menimpa tubuh seorang pria. Gadis itu duduk dengan posisi kakinya membentuk ‘M’ dan wajahnya yang memerah padam.

“AHHHHHH!!!” teriak gadis itu. Sapu yang tadi digunakan gadis itu untuk terbang meluncur ke arah Filk, tepatnya wajah Filk.

“AAAAA!!”

Sedangkan itu, Dinda dan Noe terus saja berjalan tanpa menyadari kalau Filk tidak ada di belakang mereka. Entah memang baru sadar atau sengaja baru sadar, Noe membalik badan ke belakang.

“Oh iya, dimana Iki?” tanya Noe.

Dinda pun berbalik badan. “Iya, dimana Filk?” ucap Dinda. “Apa mungkin dia tersesat?”

“Mana mungkin, anggota pilihanku bisa seceroboh itu.” Dinda yang mendengar jawaban Noe hanya bisa tersenyum kecil yang terlihat seperti mengejek. “Aku tidak ceroboh!! Dinda jahat, hmph!”

“Ma-Maaf, Noe… Aku tidak bermaksud membuatmu tersinggung.”

“Terserah. Kalau begitu, ayo kita cari I…” Kalimat Noe terhenti karena sosok yang mereka cari datang dengan membungkukkan kepalanya. “Iki darimana sa…” Lagi-lagi kalimat Noe harus berhenti karena sesuatu yang dia lihat membuat dia terkejut, yaitu seorang gadis berpakaian penyihir berada di samping Filk. “Dinda, cepat hubungi keamanan kota ini! Ada penculik gadis di sini!!”

“Hei, siapa yang kau maksud dengan ‘penculik gadis’?!” protes Filk. “Lihat dulu siapa yang dipegang dan siapa yang memegang!!” lanjut protes Filk.

Seorang gadis berpakaian penyihir berwarna putih yang memperlihatkan belahan dada miliknya yang cukup besar bercampur kain warna pink dan warna lainnya di bagian perutnya, jubah kecil sedada berwarna hitam, roknya yang menyatu dengan kain berwarna pink dan lainnya pendek, stocking yang berwarna sama seperti roknya panjang hampir menutupi seluruh kakinya, topi kerucut hitam ada pita berbentuk kupu-kupu menempel, berambut hitam panjang, dan iris mata merah. Gadis itu sedang mencengkram keras lengan kanan Filk, dengan kepala yang ditundukkan.

“Kenapa kau memegang tangan Iki?!” bentak Noe.

“Ka-Karena dia adalah ‘tuan’-ku!!” balas gadis itu tiba-tiba.

“Dinda, cepat hubungi keamanan! Ada pria menjijikan yang akan menjadikan seorang gadis menjadi budaknya!”

“Kenapa aku yang disalahkan?!” protes Filk lagi. “Dan, kenapa tiba-tiba kau menganggapku sebagai ‘tuan’-mu?!” protes Filk yang tertuju ke gadis penyihir itu.

“Kau sudah mencuri ciuman pertamaku dan kau tidak mau bertanggung jawab!!” jawab tiba-tiba gadis itu.

Seketika, Filk merasakan ada aura yang mengerikan. Ternyata aura itu berasal dari Noe, kucing berbulu putih itu. “I-I…IKI PRIA MENJIJIKAAAANNNNN!!!” Dengan cepat Noe meloncat ke arah Filk dan meluncurkan cakaran maut ke wajah Filk.

“AAAAA!!”

***

Sekarang mereka bertiga, ditambah gadis penyihir itu, sedang duduk menunggu kedatangan pesanan makanan mereka. Mereka berada di bagian lantai dua luar restaurant itu, selain karena di dalam sudah penuh, mereka di luar karena ingin mendapatkan pemandangan yang indah.

“Jadi, siapa namamu?” tanya Dinda. Wajar saja dia yang bertanya, karena Noe masih marah dan tidak mau bicara.

“Na-Namaku Ayumi, aku adalah penyihir yang menguasai black magic!” balas gadis itu, dia masih gugup.

“Se-Sebaiknya kau tenangkan dirimu dulu.”

Ayumi pun menarik napas, lalu mengeluarkannya. Kembali lagi menarik napas, lalu mengeluarkannya lagi. Terus seperti itu sampai merasa tenang. “Namaku adalah Ayumi, aku adalah penyihir yang menguasai black magic,” ulang Ayumi yang kali ini dengan nada tenang. “Dan sekarang aku secara resmi menjadi penyihir pribadi pria ini.” Ayumi menunjuk Filk yang duduk di sampingnya.

“Apa maksudmu dengan ‘penyihir pribadi’?!” bentak Noe. “Apa hubungannya dengan dia mencuri ciuman pertamamu?!”

“Hei, seharusnya aku yang bilang seperti itu…” ucap Filk.

“Kau diam saja, Iki!!” bentak Noe.

“Ba-Baik…”

“I-Itu… karena dulu aku membuat janji untuk diriku. ‘Kalau aku mencium seseorang akan kujadikan dia sebagai ‘tuan’-ku. Dan aku akan selalu mengabdi menjadi penyihir pribadinya, walau terpaksa’.”

“Hah, alasan macam apa itu?!” bentak Noe. “Dan kenapa juga kau membuat janji seperti itu?!”

“Me-Memangnya apa masalahmu, kucing kecil?!” balas bentak Ayumi.

“Siapa yang kau sebut ‘kucing kecil’, wanita aneh!?”

Tiba-tiba Dinda memukul keras meja sambil berdiri. Dia memasang tatapan tajam dan mengerikan kepada mereka berdua. “Bisakah kalian tenang?” tanya Dinda dengan nada mengerikan. “Dan kau Noe, bisakah kau tenang dan tidak memicu masalah? Kau membuat pelanggan lain terganggu karena nada bicaramu yang keras itu.”

Mereka berdua pun ketakutan, termasuk Filk. Selain itu, pegawai yang tadinya ingin memberikan peringatan ikut ketakutan dan berdiri dengan gemetar sebelum sampai di meja mereka, begitu juga pelanggan lain yang sedari tadi menyaksikan Noe yang marah-marah.

“Ba-Baik… Maafkan kami…” ucap mereka berdua menyesal.

“Nah, begitu lebih baik.” Dinda pun sudah tidak memasang wajah menyeramkan, dan duduk kembali. Semua pelanggan yang menyaksikan tidak berani lagi melihat ke arah mereka, begitu juga dengan pegawai yang tadi ingin menegur mereka malah kembali lagi ke dalam.

“Ja-Jadi… Kenapa kau membuat janji seperti itu, Ayumi?” tanya Filk.

Ayumi kembali memerah wajahnya, karena yang bertanya adalah Filk yang baru saja resmi menjadi ‘tuan’ Ayumi. “Ka-Ka…Karena… a-aku ingin bisa bersama dengan orang yang kucintai. Na-Nantinya aku ingin memberikan ciuman pertamaku kepada orang yang kucintai, dan menjadi janji itu sebagai alasan supaya aku bisa terus bersama dengan orang yang kucintai itu.”

“Ma-Maaf… aku telah menghancurkan keinginanmu.”

“Ti-Tidak, a-aku yang harusnya minta maaf. La-Lagipula itu salahku karena ceroboh dan menabrakmu…”

“Tidak, kau tidak salah. Iki-lah yang salah, karena dia tidak menghindar saat kau ingin menabrak Iki,” balas Noe.

“Sudahlah, Noe. Itu bukan salah kedua-duanya, itu hanya kecelakaan,” bela Dinda. “Lalu, Ayumi. Apakah kau mau bergabung dengan party kami?” ajak Dinda.

“Ke-Kenapa kau malah mengajaknya, Dinda?” kaget Noe.

“Tentu saja karena dia sekarang adalah penyihir pribadi Filk, jadi dia harus bersama dengan Filk terus. Otomatis Ayumi menjadi anggota party kita.”

“A-Apa kalian yakin?” tanya Ayumi.

“Tentu saja, iya kan, Noe?”

“Ba-Baiklah… Lagipula kita memang sedang mencari anggota party.”

“Te-Terima kasih banyak.”

Setelah itu, makanan pesanan mereka pun tiba. Dan seketika itu juga, suasana yang tadinya seperti mereka tidak bersahabat, sekarang terlihat mereka sudah akrab sekali. Terutama Noe, walau tadi dia sudah membentak keras Ayumi, tapi dialah yang paling akrab dengan Ayumi. Kalau masalah Filk, dia hanya bisa sedikit tersenyum melihat keakraban mereka dan merasa seperti asingkan.

Sekarang mereka ada di hutan, mereka akan memburu monster untuk mendapatkan item dan dijual. Sebenarnya mereka sebelumnya sudah menerima quest, yaitu untuk membunuh monster babi hutan. Tapi, mereka berencana untuk pemanasan dulu. Apalagi ini adalah petualang pertama bagi Filk, jadi dia harus sedikit membiasakan dengan bertarung.

Dua monster kayu yang berbentuk seperti manusia dewasa menghadang mereka. Dinda dan Filk maju sebagai penyerang bagian depan, sedangkan Noe dan Ayumi berada di belakang sebagai pembantu. Salah satu dari mereka berlari bersiap menyerang. Dinda mencabut pedangnya dari sarungnya, pedangnya tidak terlalu besar berwarna hitam. Monster itu siap memukul kepala Dinda, tapi dengan cepat Dinda menendang tubuh monster itu dari samping. Monster itu terdorong cukup jauh karena tendangan dari Dinda.

Sekarang di depan Filk monster kayu itu bersiap untuk menyerangnya. Filk langsung mengaktifkan sihir penambah kekuatan di tangannya, dan meluncurkan pukulan tangan kanan menuju wajah monster itu. Mereka berdua saling memukul pipi, tapi karena kekuatan Filk lebih besar jadi monster itu yang terdorong. Filk kembali meluncurkan pukulan ke perut monster itu, rahang bawah kiri, pipi kanan, terakhir pukulan keras tepat depan wajah monster itu. Monster itu terhempas cukup jauh.

Itu adalah kemenangan Filk, tapi monster burung gagak meluncur ke arah Filk dengan mengarahkan paruh tajamnya ke kepala Filk. Tentu karena kaget Filk hanya bisa diam dan tidak menghindar, tapi sebuah bola api berhasil menggosongkan tubuh gagak itu. Filk melihat ke arah sampingnya, Ayumi sudah mengarahkan tongkat penyihirnya ke depan.

“Terima kasih, Ayumi,” ucap Filk.

“Te-Tentu saja, itu sudah menjadi tugasku untuk menjaga ‘tuan’-ku,” balas Ayumi dengan sedikit malu-malu.

Filk yang mendengar itu sedikit menundukkan kepalanya, ada perasaan bersalah di dalam hatinya.

Berpindah ke Dinda, sebelum Filk mendapatkan kemenangannya. Monster itu memasang kuda-kuda, begitu juga dengan Dinda. Monster itu berlari dan bersiap meluncurkan pukulan ke arah dada, namun dengan mudah ditangkis oleh pedang Dinda yang diayunkan. Dinda langsung mengayunkan pedangnnya ke arah leher monster itu, walau berhasil kena tapi leher monster itu tidak terpotong, seperti pedang Dinda tidak tajam atau pedang yang dipegang Dinda adalah pedang kayu.

Monster itu kembali meluncurkan serangan, kali ini adalah tendangan samping menuju kepala Dinda. Dinda menundukkan kepalanya, lalu mengayunkan pedangnnya dari bawah ke atas dan mengenai dagu monster itu. Monster itu terbang ke atas akibat pukulan dari pedang Dinda, kesempatan itu diambil Dinda dengan mengayunkan pedangnnya seperti pemain baseball yang memukul bola. Monster itu pun terhempas, walau tidak terpotong tubuhnya, tapi serangan itu berhasil membunuh monster itu.

Dinda pun menyimpan kembali pedangnya ke sarungnya, lalu berbalik badan untuk menghampiri Filk yang menundukkan kepalanya. “Filk, kau baik-baik saja?” tanya Dinda.

“Ti-Tidak apa-apa!” kaget Filk. “Aku hanya sedikit terkejut tadi karena tiba-tiba ada burung gagak datang dari arah samping. Kalau saja Ayumi tidak menolongku, kepalaku pasti sudah tertancap oleh paruh tajam gagak itu.”

“Kalau begitu, ayo kita lanjutkan,” ucap Noe yang sudah berjalan duluan.

Dinda pun menyusul, sedangkan Ayumi dan Filk masih diam. “Tu-Tuan, ke-kenapa kau diam saja?” tanya Ayumi.

“Eh, ‘Tuan’? Kenapa kau memanggilku begitu?” kaget Filk.

“Ka-Karena sekarang kau adalah ‘tuan’-ku.”

“Ayumi… apakah kau yakin dengan janjimu itu? Kau bisa kan melanggar janji itu, lagipula itu hanya kecelakaan. Jadi, kau tidak perlu melakukan i-”

*plakk

Sebuah tamparan keras diluncurkan oleh Ayumi dengan wajah sedih, dan tiba-tiba Ayumi beralari menjauhi Filk. Filk langsung tersadar dari diamnya karena efek tamparan keras Ayumi, lalu mengejar Ayumi.

“Ayumi, tunggu!!” teriak Filk yang mengejar Ayumi di belakang. “Ayumi!!” ulangnya lagi.

Tapi, Ayumi terus berlari tidak menghiraukan teriakkan Filk. Sampai pada akhirnya dia tersandung oleh akar pohon, dan itu membuat Filk berhasil mendekati Ayumi. Filk membantu Ayumi untuk bangun, dan memposisikan Ayumi duduk bersandar di batang pohon. Filk ikut duduk juga.

“Ayumi, kenapa tiba-tiba kau lari?” tanya Filk.

“Ma-Maaf… tadi… aku kesal dan langsung menamparmu…” balas Ayumi yang masih berkaca-kaca matanya.

“Ti-Tidak apa-apa…”

“Aku… egois… Karena memaksakan janji egoisku… Padahal itu hanya kecelakaan,” balas Ayumi dan dia memasang senyuman sedih.

*plakk

Ayumi yang tadinya memasang senyuman sedih, sekarang memasang wajah kaget. Karena melihat Filk menampar dirinya sendiri.

“Ke-Kenapa kau menampar dirimu sendiri?” kaget Ayumi.

“…Aku memang pantas mendapatkannya…” balas Filk. “Seharusnya tadi aku tidak menanyakan keraguanmu dalam menepati janji yang kau buat sendiri.”

“Ti-Tidak apa-apa, wajar saja kau meragukannya, karena itu adalah janji aneh…”

“Tidak!” tangkis Filk. “Seharusnya aku tidak meragukanmu. Belum tentu semua orang mau menepati janjinya di saat hal yang tidak terduga terjadi! Lagipula, itu bukan janji yang aneh. Yang namanya janji tetaplah janji, dan harus ditepati.” Filk memasang senyuman kecil. “Kau adalah orang yang baik, mau menepati janjimu walau keadaannya tidak sesuai yang kau harapkan. Maafkan aku karena meragukanmu.”

Mendengar jawaban dari Filk, Ayumi tidak bisa menahan air matanya yang sudah terkumpul di matanya. Akhirnya air mata pun mengalir membasahi pipi Ayumi. “Aku akan selalu memaafkanmu, Tuan.” Ayumi pun mengusap air matanya, lalu memasang senyuman, kali ini terlihat sangat manis sekali.

Filk pun berdiri. “Kalau begitu, ayo kita pergi.” Filk mengulurkan tangannya.

Ayumi mengangkat tangannya, menerima uluran tangan Filk. Lalu dengan dibantu oleh Filk, Ayumi pun berdiri. “Tuan, aku akan selalu setia dengan Tuan.”

“Terima kasih. Dan nanti, tolong ajari aku tentang sihir black magic yang sudah kau kuasai.”

“Baik, dengan senang hati, Tuan.”

Mereka berdua pun berjalan untuk menyusul Noe dan Dinda. Namun, saat baru beberapa langkah Ayumi kembali tersandung oleh akar pohon. Filk pun menangkap tubuh Ayumi, tapi entah karena kehilangan keseimbangan atau memang tidak menggunakan tenaga saat menahan tubuh Ayumi, Filk ikut terjatuh.

Hal yang mengejutkan terjadi. Filk berada di atas tubuh Ayumi yang terlentang, dengan tangan kanannya yang menggenggam dada kiri yang cukup besar milik Ayumi. Tentu mendapati hal ini, wajah Filk memerah begitu juga dengan Ayumi.

“K…K-K-KYAAAAA!!!” teriak Ayumi sambil mengangkat tangan kanannya ke depan, tepatnya ke wajah Filk.

“AAAAA!!” Filk terpental oleh sihir angin yang dikeluarkan oleh Ayumi, dan berakhir dengan mendarat di semak-semak.

Ayumi pun bangun dan memposisikan diri duduk. Kedua tangan Ayumi memeluk dadanya. “Ke-Kenapa rasanya panas sekali?” gumam Ayumi.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro