Desa Sumilir

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Libur sekolah tiba, Ina dan Ino akan pergi ke rumah tinggalan Kakek, untuk mengisi liburan semester kali ini. Mereka akan berlibur dan membantu Paman Teo, menata rumah yang mau ditempati oleh keluarga Paman Teo.

Desa Sumilir, sebuah desa penuh kenangan masa kecil Bapak dan adik kesayangannya Paman Teo. Sewaktu kecil, kami sering bermain di kebun yang tak jauh dari rumah Kakek.

***

Konon katanya, zaman dahulu kala. Saat Wali sanga menyebarkan agama Islam di Pulau Jawa. Sang Wali, duduk di salah satu pohon mahoni, angin nan sejuk menyejukkan hati dan membuat Sang Wali terlelap.

Desa ini aku namakan Sumilir.

***

"Kok, kalian melamun?" tanya Bapak Adi.
"Eh, lagi ingat cerita Kakek dulu," jawab Ino.
"Paman, juga punya cerita saat zaman perjuangan dulu."
"Serius! Paman?" sahut Ina.
"Serius. Kalian bantu Paman beres-beres kamar dulu."
"Siaaaaap...."

***

Zaman penjajahan

Jend.Soedirman mendapatkan pendidikan militer pertamanya dari Jepang. Ia direkrut pemerintah negeri matahari terbit itu pada usia 25 tahun. Setahun menempa pendidikan kemiliteran, Soedirman pun mendapatkan tugas besar pertamanya.
Pada 3 Oktober 1943, pemerintah Jepang mengeluarkan Osamu Seirei Nomor 44 Tahun 2603 (1944) tentang Pembentukan Pasukan Sukarela untuk Membela Tanah Jawa. Penguasa Karesidenan Banyumas mengusulkan Soedirman ikut bergabung. Nugroho Notosusanto dalam buku Tentara PETA pada Jaman Pendudukan Jepang di Indonesia, mengatakan hampir semua daidancho dan chudancho dibujuk secara pribadi oleh Beppan.

Daidancho kebanyakan direkrut dari tokoh masyarakat, seperti guru, tokoh agama Islam, dan pegawai pemerintah. “Karena itu, umurnya tak muda lagi,” kata Nina Lubis, penulis buku PETA Cikal Bakal TNI. Daidancho adalah jabatan setingkat komandan batalion.

Soedirman kemudian masuk Peta angkatan kedua sebagai calon daidancho. Muhammad Teguh mengenang cerita ibunya bahwa tentara Jepang sebenarnya tidak suka dengan masuknya Soedirman. Sebab, ketika menjadi anggota Badan Pengurus Makanan Rakyat, ia sering menentang instruksi tentara Jepang. “Namun, saat itu Jepang berkepentingan membentuk pasukan bersenjata untuk menghadapi serangan tentara Sekutu,”

Setelah diangkat menjadi daidancho pada usia 26 tahun, Soedirman pulang ke rumah dan menceritakan kepada Alfiah ihwal penempatannya di Kroya. “Saya menjadi daidancho di sini,” kata Soedirman. Ujian pertama Soedirman dilalui pada 21 April 1945, saat pasukan Peta di bawah komando bundancho Kusaeri memberontak di Desa Sumilir.

Perlawanan Peta Sumilir terjadi pada bulan Juni 1945. Perlawanan ini dipimpin oleh Kusaeri, komandan regu Peta. Kusaeri menyerah tetapi tidak dijatuhi hukuman. Sudirman berhasil menolong dan membebaskannya. Peristiwa itu berlangsung lima hari setelah vonis tentara Jepang terhadap pemberontakan Peta Blitar. Soedirman diperintahkan memadamkan pemberontakan di wilayah Karisidenan Banyumas dan sekitarnya.

***

"Terus, sekarang kenapa ada nama Gumilir dan Sumilir?" tanya Ita.
"Karena, wilayah yang luas dan adanya otonomi daerah. Jadi desa Sumilir dibagi menjadi dua. Yaitu, desa Sumilir dan Gumilir." jelas Paman teo.
"Sudah-sudah, lanjut beberes rumah," sahut Bibi.

Kami semua pun bersih-bersih setiap sudut rumah, sampai ke salah satu sudut. Satu kamar yang terkunci.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro