[5] Pacar Dendi

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

cerita ini emang updatenya bakal pendek-pendek

dan cerita ini jauh lebih santai dibanding cerita yang lain🙌🙌

Jangan lupa jejaknya😘

Follow instagramku: chocodelette.
Thankyou😘

Kalau udah punya pacar harusnya bilang dong, biar dijahatin aja dari kemaren-kemaren.

-Dyvette-

Dendi malas ikut rapat di hari kamis siang ini. Soalnya rapat yang diadakan semua karyawan – tanpa bos ini membahas acara gathering karyawan yang bakal diadain 3 hari 2 malam yang jatuh besok: jumat malam sampai minggu siang.

Kan di kamus hidup Dendi hari sabtu untuk kanjeng ratu alias mamanya dan hari minggu untuk me time-nya, tapi itu semua ngga akan bisa dilakuin di minggu ini.

Bahkan Dendi udah bilang ke mamanya kalau sabtu ini dia bakal pergi, berharap mamanya bakal ngelarang dan suruh nemenin ke mana gitu. Ke pasar juga Dendi mau. Tapi bukannya ngelarang, pas tau Dyvette ikut mamanya bakal ngedukung 100%.

Dendi membuka laptop yang ia bawa, memilih mengerjakan pekerjaannya dibanding mendengarkan rapat yang sedang berjalan.

Paling juga acaranya gitu-gitu aja. Malesin banget.

Dendi membuka aplikasi LINE dari laptopnya. Mengetikkan sebuah nama kontak di menu pencarian dan memulai obrolan yang terhenti tadi malam karena cuma di read sama orang itu.

Dendi Paramayoga: Sar! Jumat sampe minggu gua ke bandung, malming ketemu yuk

Read.

Dendi Paramayoga: Kok di read doang sih?

Read.

Dendi Paramayoga: Bales dong sayang

Read.

Dendi Paramayoga: p

Dendi Paramayoga: p

Dendi Paramayoga: p

Dendi Paramayoga: p

Dendi Paramayoga: p

Read.

Pacar: bentar den, lagi rapat.

Dendi Paramayoga: Samaan dong

Read.

Dendi Paramayoga: Pacar kamu juga lagi rapat nih sayang

Read.

Dendi mengirim pesan tersebut sambil senyum-senyum geli sendiri. Semenjak mereka lulus kuliah tidak ada satu hari pun mereka lewati tanpa berkomunikasi. Kalau diingat-ingat, dia lebih sering berkomunikasi dengan orang ini dibanding dengan keluarganya. Ya mau gimana, keluarganya pada udah nikah semua, ngga asik buat diajak curhat. Ngga bakal bisa ngerti perasaannya, yang ada cuma diceramahin buat cepet nikah.

Dyvette yang duduk persis disebelah pun melihat dengan hati yang bingung dan curiga. Sedikit melihat ke layar laptop Dendi, dan melihat isi pesan orang yang lagi membuat laki-laki yang ia sukai membuat hati dan kepalanya seketika mendidih.

Kok pacar sih? Mana foto profilnya perempuan?

"Setuju ya semuanya?" Jason bertanya ke semua yang ada di ruang rapat.

Bersamaan dengan itu, ponsel Dendi yang ada di sebelah Dyvette nyala. Memberi tau bahwa Pacar menelpon dan menampilkan foto yang sama.

"Setuju," jawab Dendi cepat. Memilih langsung keluar sambil menempelkan ponsel ke telinga dan meninggalkan laptopnya yang masih menyala dalam ruang rapat.

Dyvette di tempatnya hanya termenung sedih. Jadi beberapa hari yang lalu dia ditolak mentah-mentah karena laki-laki yang ia gilai udah ada yang punya pacar. Menarik nafas dalam dan menghembuskan dengan berat. Dia memilih menelungkupkan wajahnya ke meja karena ingin menangis.

Mungkin orang-orang kira dia suka sama Dendi cuma bohongan, atau cuma buat narik simpati supaya bisa dibantuin tugasnya – tapi nyatanya engga. Dia beneran naksir Dendi, dari lama.

"Dy," panggil Jason. "Kamu kenapa?"

Tanpa mendongakkan kepalanya, Dyvette menjawab. "Sedih, Mas Dendi udah punya pacar."

"Halu," adalah respon yang keluar dari mulut Jason. "Mana mungkin."

Dyvette akhirnya mendongakkan kepalanya. "Beneran Mas, itu lagi telponan."

Jason langsung menoleh ke luar ruang rapat dan melihat teman kantornya itu lagi ketawa-ketawa di telpon. Tapi, ngga mungkin. Ngga mungkin secepet itu dia punya pacar – apalagi mulut Dendi yang lemes pasti cerita kalau lagi naksir cewek. Kaya kemaren cerita abis nolak Dyvette secara ngga langsung.

"Makan siang aja yuk," ajak Jason.

Hanya gelengan pelan yang Dyvette berikan.

"Ya udah, kamu yang sabar ya." Jason melangkahkan kakinya keluar ruangan untuk bergegas makan siang.

Sedangkan Dendi di tempatnya lagi ketawa-tawa karena orang yang menelponnya adalah sahabatnya yang udah lama ngga ketemu sama dia. Siapa lagi kalau bukan Caesar.

"Bucin banget ih pasang foto Deana, geli dah gua." Disela-sela tawanya, Dendi masih bisa memprotes kelakuan sahabatnya yang kecintaan sama istrinya.

"Suka-suka gua dong."

Melanjutkan obrolan selama lima menit, dan pastinya diisi dengan tawa dan protesan Dendi terhadap sahabatnya.

"Udah ah, mau makan siang." Caesar berusaha mengakhiri obrolan.

Dendi membuka pintu kaca ruang rapatnya. "Iya, pokoknya malming ketemu ya."

"Iya."

"Bye sayang." Dendi tertawa.

Dyvette mendengar itu, dan masih berniat untuk menenggelamkan dirinya dalam kesedihan. Udah baru ditolak, sekarang ada fakta baru kalo ternyata itu cowok punya pacar. Huh...

"Jijik." Caesar langsung menghentikkan sambungan telpon.

Dendi masih tertawa bahkan saat sambungan telpon itu sudah terputus. Ia langsung kembali ke kursi yang tadi ia duduki untuk mematikan laptopnya dan bergegas makan siang. Namun, pandangannya teralih ke perempuan yang masih berada di ruangan itu sendirian.

"Avi, ngga makan siang?"

Dyvette mendongak. Seketika ia menyesal mengijinkan dirinya dipanggil Avi oleh orang yang kini sedang menatapnya bingung.

"Ngga."

Salah satu alis Dendi terangkat. Bingung karena baru pertama kali dapet jawaban singkat dan ketus dari perempuan di hadapannya.

"Kenapa? Ayo makan siang bareng saya."

Dendi berusaha bersikap senormal mungkin semenjak kejadian hari sabtu lalu, dia ngga mau melebih-lebih pernyataan suka dari anak bosnya ini. Dia yakin itu cuma perasaan kagum karena kepintaran otaknya. Karena buat apa tuh perempuan itu naksir orang kaya Dendi yang wajah pas-pasan, isi dompet ya lumayan lah – tapi pasti jauh dibanding dia, mana cuek sama dia, pasti kalo suka ya cuma karen otaknya aja yang aga pinter.

Iya, Dendi yakin.

Dyvette berdiri, memandang Dendi sinis. Hendak melangkahkan kakinya keluar ruang rapat.

"Mas urusin aja pacarnya."

gimana hayo part ini?

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro