Interaction - Part 1

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

"Hachooo!"

Refleks Tifa berusaha menutup mulutnya. Mencegah keluarnya butiran-butiran koloni kuman dari saliva. Cepat-cepat dia meraih sehelai tisu di dalam tas ransel dan berusaha melap hidung dan mulutnya. Tifa tidak ingin kesan 'cantik-cantik tetapi ingusan' melekat pada dirinya.

Malam yang dingin, sedingin hati dosen dan asisten laboratorium yang tidak peduli sebanyak apa tugas yang harus gadis itu kerjakan. Mau ngeluh, tidak guna. Mau marah, juga tidak akan menyelesaikan tugasnya.

Coba aku seperti 'Naruto', punya jurus seribu bayangan. Setidaknya aku bisa menyelesaikan semua pekerjaan secara bersamaan. Tifa yang sibuk berfantasi ria, kembali tersadar ketika ponselnya bergetar pelan. Mau sampai besok berangan-angan pun tugasnya tidak bisa selesai dengan sendirinya.

Sambil mengetik di laptop hijau kesayangannya, Tifa melirik ke meja pelanggan yang lain. Hampir seluruh orang yang sedang nongkrong di sana memiliki wajah sedatar nampan. Ya, hampir. Sedangkan sisanya sibuk menebar aura kemesraan yang membuat Tifa muak. Gadis berkacamata itu kembali memandang satu per satu cowok yang ada di hadapannya, dia bisa menebak aktivitas mereka. Ada yang lagi nonton, main game online, hingga buka tutup situs enggak jelas.

Aroma biji kopi yang sangat menggoda semerbak dengan udara sejuk yang keluar dari pendingin ruangan. Untung saja ruangan tersebut tanpa asap rokok sehingga bau kopinya bisa Tifa nikmati tanpa perlu memesannya. Alunan musik dari Clean Bandit bergema di segala sudut ruangan. Matcha milk tea pesanannya mulai mengeluarkan embun yang membasahi meja dan mulai membentuk lingkaran sempurna.

Tifa datang ke warkop dengan penampilan seadanya; mengenakan kaos oblong berwarna abu-abu yang dia beli dari senior yang katanya untuk penggalangan dana organisasi, lalu menutupinya dengan jaket hitam berbahan katun bertuliskan 'Pharmacy of Clarus Jaya University' di punggungnya. Dia juga memakai celana jeans botol serta sepatu kets abu-abu dengan garis pinggir biru. Gadis dengan kuncir kuda tanpa poni itu pun tak sempat untuk sekadar berdandan tipis.

Tifa melempar pandangannya ke jam di sudut kanan bawah layar laptop, menunjukkan pukul 10:55 PM. Tidak terasa waktu berjalan sangat cepat, namun tidak berbanding lurus dengan tugas kuliah yang jumlahnya masih belum berkurang secara signifikan.

Tifa menghela napas panjang, lalu mengambil ponsel yang tergeletak tepat di samping laptopnya. Jari telunjuknya menyentuh ikon chatting di layar. Tanpa perlu di-scroll, dia langsung membuka percakapan dengan akun bernama Camellia, kakak perempuannya.

***

Tifa: Kak, masih sibuk kah?

Beberapa detik kemudian, Camellia online.

Camellia: Napa?

Tifa: Kak, aku mau pulang, jemput dong ....

Camellia: Iiiihhhh, aku belum selesai kerja tauk!

Tifa: Deh ... jahatnya. Masa Kakak biarin adeknya pulang pakai pete-pete* tengah malam? Nanti aku di begal, kan enggak lucu. :(

Camellia: Ishhh ... iyayaya. Ke kantorku dah, tunggu aku dulu selesaikan semuanya, baru pulang. Kamu tau di mana kantorku?

Tifa: Siap kapteng! Saya akan segera ke arah kordinat. ;)

Camellia offline.

***

Mata Tifa membelak ketika kakaknya langsung mengacuhkan pesan terakhirnya.

Tifa mendecap lidahnya. "Benar-benar Kak Amel jahat. Langsung offline tanpa bilang oke atau hati-hati, kek," ujar Tifa kesal.

Camellia atau sering dipanggil Kak Amel adalah satu-satunya saudara kandung Tifa. Umur mereka terpaut lima tahun, namun kedua orang tuanya tidak membedakan perlakuan untuk kedua kakak beradik ini. Sejak kecil, Amel adalah gadis yang suka mencuri perhatian banyak orang karena kepintaran dan kecantikannya. Sedangkan Tifa hanya bisa berkerja keras dan mandiri untuk mendapatkan apa yang dia mau. Padahal mereka sama-sama dilahirkan dalam 'satu pabrik', tetapi mengapa hasilnya tidak mirip sama sekali? Tifa hanya bisa menggigit jari dengan kenyataan pahit itu.

Alasan itulah kadang membuat Amel malah lebih manja daripada adiknya sendiri. Bila dia tidak mendapat sesuatu sesuai dengan keinginannya, maka Tifa adalah korban pelampiasannya. Untung saja, semakin bertambah umur, sifat Amel mulai dewasa. Walau dia masih saja merasa kepentingannya lebih mutlak dibandingkan orang lain.

Tanpa buang-buang waktu, Tifa segera membenah diri untuk segera pergi ke kantor Amel. Setelah dua kali mengecek isi ransel serta sedikit merapikan meja yang sudah dipakai untuk mengerjakan tugas. Tifa segera menuju meja kasir untuk membayar. Dia percepat langkahnya menuju pintu keluar warkop dan berhenti sejenak untuk mengamati keadaan sekitar.

Baru tiba di luar, Tifa disambut oleh angin malam yang menggelitik hidungnya yang tersumbat, membuat dirinya kembali bersin. Parahnya, sekarang dia bisa merasakan sensasi gatal di tenggorokannya. Pertanda bahwa dia akan terkena flu.

Sial, alergi dinginku kambuh. Aku harus buru-buru ke tempat Kak Amel. Tifa segera mengenakan tudung dari jaket hitamnya untuk mengurangi embusan angin malam bertiup di sekitar lehernya.

Tifa sangat ingin pulang cepat sebab masih ada tugas pendahuluan* lab Kimia Analisis yang belum dia selesaikan. Gadis berkacamata minus lima itu tidak suka dengan pelajaran kimia sejak SMA. Dia tidak habis pikir untuk apa melihat proses berikatannya oksigen dengan hidrogen sebegitu rumitnya hanya untuk menyebutkan bahwa itu air. Lebih parahnya lagi, dia malah masuk ke jurusan farmasi yang notabennya kimia.

Sebenarnya, Tifa terpaksa masuk ke farmasi dikarenakan tidak lulus di jurusan kedokteran, impiannya sejak kecil. Dia sudah berkali-kali ditolak di berbagai kampus unggulan dan jatuh bangun di tes masuk kedokteran. Entah rezeki atau takdir, Tifa malah terdampar di farmasi dan kampus swasta yang letaknya di antah beranta. Gadis itu kadang malu dengan teman-teman SMA-nya yang masuk ke jurusan idaman atau ke kampus unggulan. Dia hanya bisa menerima nasibnya meskipun dia tidak menyukainya.

Jalan yang Tifa lewati adalah salah satu jalan protokol yang menyambungkan beberapa jalan besar. Kondisi jalan itu pada saat jam sibuk tidak perlu lagi dipertanyakan seberapa macetnya. Dari berbagai arah, tiap detik, pasti akan datang kendaraan dari yang kecil hingga besar. Untuk malam ini saja, jalanan masih ramai lancar.

Di pinggir jalan berjejer kios-kios kecil dengan berbagai barang dagangannya. Motor dan mobil terparkir rapi berkat jasa tukang parkir. Beberapa orang ke sana untuk sekadar membeli satu atau dua kebutuhan primer, sedangkan yang lainnya bersantai menikmati makan malam bersama dengan teman kerja maupun keluarga mereka. Masih saja ada orang yang beraktivitas sampai selarut ini.

Tifa berjalan sepanjang trotoar dan hanya memandang lurus tanpa memperdulikan orang-orang yang berlalu-lalang melewatinya, juga suara kendaraan yang melaju di sisi kanannya. Ketika sampai di sebuah persimpangan, gadis itu berbelok ke arah kiri.

Jalanan mulai sunyi dan senyap, hanya lampu jalan yang menyinari tiap langkahnya. Tifa mengambil sepasang earphone yang bersembunyi di balik jaket tebalnya, lalu dia kenakan di kedua telinganya. Lantunan melodi keluar dari tiap lubang-lubang kecil, membantunya untuk merasa tetap tenang sampai ke tempat tujuannya.

Semoga, aku bisa cepat pulang. Besok harus bangun sebelum subuh dan mengerjakan TP Kimia yang susah setengah hidup.

<><><><><>

Pete-pete: sebutan dari angkutan umum yang ada di kota Makassar.

Tugas Pendahuluan/TP: tugas yang harus dikerjakan sebelum masuk ke dalam praktikum lab.

***

Hai, Hygea di sini!

Aku cuman mau kasih sedikit info bahwa semua nama tokoh di naskah ini berasal dari nama Latin tanaman atau tumbuhan. Kenapa? Karena aku pengen dari dulu buat cara cepat untuk hapal nama-nama tanaman atau tumbuhan yang ada di Indonesia. Aku ini tipenya lemah sekali dengan menghapal nama 😂 (nama orang saja sering kulupa, sorry 😅). Lumayankan bisa nulis cerita sambil hapalin nama latin, ya, kan? (Authornya maksa, ya 😂).

Oh ya, kenalin salah satu tokoh utama dari cerita ini, namanya Tifa atau Oryza sativa yang artinya beras dalam bahasa Latin dan kakak perempuannya bernama Amel atau Camellia sinensis yang artinya teh dalam bahasa Latin.

Ok, segitu aja deh infonya. Jangan lupa vote dan komentnya. 😘
Tschüss! 🙌

[1/2/2019]

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro