Prolog

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

#Play The Video, for better reading# 🎧🎹🎼
Lucas King - Never Returns (Instrument).

"Kebenaran tidak selalu sedalam sumur. Bahkan, dengan merujuk pada pengetahuan yang lebih penting. Aku yakin bahwa kadang-kadang kebenaran bisa terlihat di permukaan suatu masalah."
C. Auguste Dupin dalam Pembunuhan di Rue Morgue, karya Edgar Allan Poe.

--0--

Suara tetesan air jatuh ke lantai, iramanya konstan, dan bergema lembut ke penjuru ruangan. Dinding putih dihiasi ubin-ubin berwarna kelabu yang mengkilat, memberi kesan bersih dari tempat pembuangan segala kotoran manusia. Sinar remang-remang dari lampu memberi ruang untuk kegelapan menampilkan sosoknya. Dari semua bayangan, ada satu yang terus menggeliat seperti ingin meraih cahaya. Terpantul dari cermin besar di atas wastafel, seorang wanita dengan air muka yang mengerikan.

Napasnya terengah-engah, menimbulkan suara peluit dengan nada tinggi setiap kali dia menarik udara masuk. Mata terbuka lebar tapi semua yang dia lihat hanya warna putih yang mulai ditelan oleh kegelapan, dan seluruh badan meneggang di atas lantai yang dingin. Semua ototnya tertarik, bagaikan ada baut besar mengunci seluruh gerakannya.

Otak sudah memerintahkan pita suara bergetar keras, berteriak sangat kencang. Sayang, tidak ada suara berhasil keluar dari bibir yang sudah membiru. Dia terus berusaha memasukkan udara ke dalam paru-parunya yang semakin lama, semakin sesak karena kekurangan oksigen.

Kemeja putihnya basah dengan keringat dingin, kancing blazer pink yang ia kenakan dilepas secara paksa. Warna seluruh kulitnya mulai memucat karena peredaran darah tidak mengalir secara normal. Wanita dengan rambut hitam legam panjang itu sedang bergulat dengan kematian, tetapi takdir sudah berkehendak.

Berusaha pun sia-sia ....

Sekejap suara hati Vini berbisik ke dalam pikirannya.

Aku sudah tidak bisa melawannya—inilah akhir, akhir yang tidak kuinginkan.

Bagi Vini waktu mulai melambat. Satu detik bagaikan satu jam, semua usaha yang dia lakuan sia-sia. Maka dengan sisa tenaga terakhirnya, Vini mengangkat tangan kanannya, ingin meraih gagang pintu yang tepat di atasnya.

Kematian semakin lama, semakin mendekatinya. Ketika ajal sudah di depan mata, terlintas dibenak Vini suasana ruang tamu di rumahnya yang penuh dengan kenangan. Ayah dan ibunya sedang menunggu kepulangan anak semata wayangnya. Pulang dari sekolah, pulang dari kampus, dan pulang dari tempat kerjanya. Kecupan di kening mereka adalah tanda bahwa Vini kembali ke pangkuan mereka.

Air mata mengalir deras di pipi, cairan bening mulai keluar dari rongga mulut.

Maafkan Vini ... Ayah, Ibu. Maaf, aku belum sempat memberikan kebahagian yang kalian tunggu sejak lama. Maaf.

Seketika, tangan Vini jatuh dengan keras ke ubin. Pupil matanya melebar, warna gelap mendominasi daripada iris coklatnya.

Kamis, 31 Januari 2019 pukul 23:06:54 WITA.

Sekretaris perusahaan finansial 'ABEL' bernama Vini, meninggal di toilet wanita tepatnya di kantor pusat ABEL di Makassar. Penyebab kematian, sesak napas.

--0--

[1/2/2019]

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro