🥀 Teka-teki🥀

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

~ Menyatukan dua hati sungguh bukanlah hal yang mudah, apalagi jika memang ditakdirkan untuk tidak bersatu. Ibarat  menyatukan pecahan gelas yang sudah retak~

***
Pilihan Zahra by Galuch Fema

Setelah sampai di ruangan, Ryan langsung menghubungi seseorang lewat ponselnya. Butuh waktu hampir satu jam untuk meyakinkan perempuan itu agar Ryan bisa bertemu dengan Zahra. Bahkan beberapa kali, Zahra bolak-balik mematikan panggilan dari Ryan mengingat mereka tak saling kenal dan bertemu.

Waktu yang ditunggu-tunggu telah tiba, Ryan merencanakan aksinya. Ia mengatur waktunya agar bisa bertemu dengan Zahra tanpa sepengetahuan oleh Rayhan. Kebetulan hari ini, pimpinannya sedang ada rapat di hotel, jadi Ryan bisa bergerak secara leluasa.

Zahra sengaja mengajak Sinta untuk bertemu dengan seseorang yang mengaku teman dekatnya Rayhan. Ada rasa takut tersendiri mengingat hubungan dengan Rayhan saja hanya sebatas saling kenal bahkan berteman pun mereka belum, apalagi dengan sosok laki-laki yang mengaku sahabat karib Rayhan.

Kafe kemangi sangat terkenal untuk tongkrongan orang-orang kelas atas. Zahra kurang percaya diri untuk datang ke sana. Mereka sengaja naik taksi menuju ke kafe karena tidak mungkin naik motor dalam kondisi hujan seperti ini.

"Ra, kenapa ajak aku untuk ikutan ke sini? Aku kan tidak terlibat urusan kamu sama Rayhan?" sahut Sinta sedikit panik. Mengingat acara kabur kemarin disponsori oleh dirinya.

"Temani aku sebentar. Jadi kalau aku diculik nanti ada barengannya," sahut Zahra sambil menahan senyum melihat wajah sahabatnya yang sudah berubah tambah panik.

"Tahu seperti ini, aku gak ikutan?"
Sinta menghentikan langkahnya, wajahnya langsung berubah suram padahal tadinya pas diajak ke sini girang bukan main.

Zahra tertawa walaupun sebenarnya perasaannya harap-harap cemas mengingat berurusan dengan seseorang yang menyangkut Rayhan. Tangan dingin Zahra menggandeng sahabatnya yang hampir saja mogok di halaman kafe.

"Siapa yang mengajak ketemuan?"

"Temannya si Om."

"Rayhan tahu kalau kita mau ketemuan sama temannya?

Zahra menggeleng, ia juga sangat penasaran pertemuan untuk kali ini.

"Ada urusan apa ya?" tanya Sinta kembali.

"Aku juga tidak tahu."

"Nanti kita kalau makan di sini siapa yang bayar?"

Pertanyaan yang sangat aneh dan menggelitik keluar dari mulut sahabatnya Zahra mengingat kejadian di restoran kemarin pas transaksi hampir saja Zahra mengeluarkan kartu sakti BPJS ketika uangnya kurang.

"Entahlah," jawab Zahra bingung.

"Pulang saja yuk," ajak Sinta hampir saja mematahkan semangat Zahra. Sekarang perempuan berkerudung itu mendadak bingung.

"Tidak enak Sin, kita sudah janjian."

Sinta terpaksa menyetujui permintaan sahabatnya walaupun nanti di sana ia pasrah hanya meminum es tawar mengingat harganya yang paling murah.

🌿🌿🌿🌿

Ryan berjalan cepat menuju kafe, tak lupa ia mematikan ponselnya mengingat Rayhan suka mengecek GPS mengenai keberadaan karyawannya di jam kerja.

Tatapan Ryan langsung tertuju pada dua orang perempuan di meja paling depan.  Mereka tampak asyik mengobrol sambil meminum segelas es teh.

Pandangan Ryan sekarang tertuju pada perempuan yang memakai kerudung. Jantungnya seakan-akan berhenti berdetak melihat pemandangan di depan. Langkahnya sengaja ia hentikan karena saking syok.

"Pantas saja Rayhan mendekati gadis itu."


"Zahra," sapa Ryan dengan gugup. Menurut laki-laki itu perempuan yang bernama Zahra bukanlah gadis yang istimewa, masih cantikan mahasiswa gebetan dia. Namun melihat wajah Zahra terus mengundang rasa penasaran yang luar biasa.

Zahra mengangguk pelan sambil menggeser tempat duduknya agar berdekatan dengan Sinta. Ryan langsung duduk di depan Zahra dengan mata yang masih tertuju pada perempuan berkerudung sehingga membuat Zahra ketakutan.

"WOY, ngapain lihat-lihat temen gue!" bentak Sinta dengan keras sehingga Ryan kaget setengah mati.

"Sorry. Kalian  gak pesen makanan?" tanya Ryan bingung melihat dua orang di depan yang masih menyeruput minuman yang hanya tinggal es batu saja sehingga menimbulkan suara yang tidak enak di dengar.

"Yang bayar?" tanya Sinta to the points.

Ryan hanya mendengus pelan sambil menggeleng pelan. Sementara Zahra memelototi kelakuan sahabatnya yang tak pernah punya malu.

"Aku yang bayar," jawab Ryan sambil menahan senyum.

"Waiters!" panggil Sinta dengan lantang dan percaya diri ketika sudah mendapatkan sinyal siapa yang mentraktir.

Zahra hanya menutup wajahnya yang bersemu merah menahan malu karena kelakuan sahabatnya. Apalagi sekarang Sinta memesan makanan dengan jumlah yang sangat banyak.

"Kenal Rayhan dimana? Sudah lama kalian berkenalan?" tanya Ryan sambil menyantap makanan yang sudah berada di hadapannya.

Zahra menggeleng sambil ikut menikmati sepiring nasi goreng.

"Kalian lagi punya masalah atau sedang berantem?" tuduh Ryan sehingga membuat Zahra langsung memalingkan wajahnya.

Perempuan itu lebih memilih kembali menggeleng.

"Tidak usah bohong. Cerita saja semuanya dan tidak usah ditutupin. Aku sahabatnya sekaligus rekan kerja dia. Jadi aku paham kalau dia lagi punya masalah pribadi."

Zahra lebih memilih berterus terang, menceritakan kisah awal mereka sampai acara kabur saat Rayhan akan menjemput.

"Rayhan marah besar?" tebak Ryan.

"Iya, padahal aku sudah meminta maaf lewat  chat WhatsApp tetapi tidak dibalas sama dia," jawab Zahra dengan jujur.

"Kapan?"

"Kemarin."

"Pantas saja sampai kantor langsung marah-marah ke semua orang. Gara gara dia nunggu kamu terlalu lama, jadi telat datang menghadiri rapat dan akhirnya batal mengikuti pertemuan dengan relasi. Padahal itu penting banget. Dan pada akhirnya Rayhan mengalami kerugian sampai ratusan juta," kata Ryan panjang lebar.

"APAAA?" kata Zahra dan Sinta bersamaan. Apalagi bakso yang berada di mulut Sinta loncat masuk ke dalam piring makanan Ryan. Buru-buru Laki-laki itu menyingkirkan makanan yang baru ia makan beberapa suap.

"Maaf...Maaf. Mau pesan lagi tidak? Kan makanan ini belum dibayar, biar nanti ditotal sekalian pas lo bayar," sahut Sinta dengan percaya dirinya. Lagi-lagi ia mendapatkan tatapan tajam dari Zahra.

"Setelah kejadian itu, dia jadi uring-uringan tidak jelas di kantor. Bawaanya emosi terus. Semua pekerjaan karyawan selalu salah di mata dia."

"Aku kan sudah minta maaf," sesal Zahra sambil membela diri.

"Sudah minta maaf secara langsung belum sama dia?" cecar Ryan penasaran.

Zahra menggelengkan kepalanya.

"Seberapa jauh hubungan kamu sama Rayhan?"

"Sebenarnya aku tidak ada hubungan apa-apa sama dia. Teman juga bukan. Kita kenal baru tiga harian setelah dia membantu mendorong motor pas ban motorku bocor. Setelah itu sorenya dia ke rumah ketemu orang tuaku, kemudian besoknya ngajakin pulang bareng tapi aku pulang duluan."

"Kamu tahu tidak status dia apa?" tanya Ryan sudah dengan wajah beribu-ribu sangat serius.

"Tidak, memang dia statusnya apa?" tanya Zahra penasaran sambil melihat ke arah Sinta.

"Centang satu, centang dua belum dibaca, atau centang dua biru tapi cuma di-read atau —"

Belum juga selesai menyelesaikan ucapannya, Sinta sudah mendapatkan teriakan dari dua orang di depannya.

"Rayhan tidak pernah cerita sesuatu ke kamu?" tanya lagi Ryan masih dengan wajah lebih serius.

"Tidak. Kita tidak sedekat yang kamu bayangkan," jawab Zahra dengan ketus karena laki-laki di depan terus menerus mengintrogasi.

"Kamu tahu jika Rayhan kerja di mana?"

Zahra kembali menggeleng.

"Emang kenapa sih. Kok aku jadi penasaran," ucap Zahra sambil meletakkan sendok di atas makanannya.

"Biar Rayhan saja yang menjelaskan karena ini terlalu pribadi," sahut Ryan sambil mengembuskan napas panjangnya.

"Emang kamu tidak bisa beritahu sedikit saja  tentang Rayhan apa? Kasihan tuh Zahra penasaran," timpal Sinta ikut nimbrung lagi obrolan mereka.

"Takutnya nanti kamu kaget dan malah menjauhi Rayhan."

"Aku pasti akan menjauhi dia karena kita tidak ada hubungan apa-apa."

"Jangan Ra, kamu tidak boleh jauhin dia?"

"Kenapa?"

Zahra sangat penasaran dengan teka-teki yang diberikan oleh laki-laki bernama Ryan.

"Kamu sangat berharga untuk dia."

Degg.

Zahra saling berpandangan dengan Sinta karena terkejut setengah mati.  Ia tidak menyangka ucapan Ryan barusan.

"Siapakah Rayhan sebenarnya? Apakah dia orang yang sangat penting? Terus status dia apa? Masih single apa jangan-jangan sudah menikah?"

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro