🥀Duda apa sudah berkeluarga?🥀

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

~Cinta bisa tumbuh dari rasa penasaran, patah hati bisa terjadi karena rasa cinta yang berlebihan~

****
Pilihan Zahra by Galuch Fema


"Tujuan ajak ketemuan cuma mau bikin penasaran saja gitu?" tanya Zahra yang sudah sangat kesal. Ia mengira bakal ada titik cerah, tapi malah membuat teka-teki yang runyam.

"Apa kamu mau ketemuan sama Rayhan? Minta maaf secara langsung sama dia, nanti aku yang atur waktunya," tawar Ryan.

Zahra terdiam sambil mengaduk minuman yang sudah mencair.

"Pernah terlintas ingin ketemu dan minta maaf secara langsung. Namun, seperti ini jauh lebih baik. Kita saling berjauhan dan kembali seperti awal, saat kita belum pernah bertemu dan tidak mengenal satu sama lain."

"Tidak boleh seperti itu Ra. Tetap saja kamu salah, Rayhan tetap rugi banyak gara-gara ulah kamu kemarin," bujuk Ryan.

Sebisa mungkin kaki-laki ini harus membujuk mati-matian agar Zahra dan Rayhan bisa bertemu. Malah lebih bagus jika hubungan mereka bisa berlanjut ke jenjang lebih serius, otomatis Rayhan akan bertekuk lutut pada dirinya atau mungkin satu mobil mewah akan ia dapat secara cuma-cuma. Senyuman jahil terpancar di wajah Ryan.

"Bagaimana ya? Menurut kamu gimana, Sin?" Zahra bimbang dan meminta pendapat Sinta yang tengah sibuk menulis sesuatu di daftar pesanan.

"Sebaiknya kamu harus minta maaf langsung Ra. Kasihan dia sampai rugi ratusan juta gara-gara kamu. Untung saja dia tidak minta ganti rugi ke kamu."

"Tapi jangan bawa-bawa aku ya Ra, untuk urusan ganti rugi, aku gak mau ikutan nanggung," sambung Sinta dalam hati.

"Terus kalau mau ketemu sama Om dimana?" tanya Zahra mengalah.

Ryan terbelalak kaget.

"Om siapa?"

Zahra menyadari kesalahan ucapnya sambil berkata, "Maksud aku kalau mau ketemu Rayhan dimana?"

"Kamu itu loh, Rayhan masih muda loh Ra?" tukas Ryan sambil menahan senyum.

"Bagaimana kalau besok sore setelah pulang kerja?" tawar Ryan  memberikan ide brilian. Perempuan di depan sepertinya sudah tertarik dan masuk ke jebakan rencana Ryan.

"Insyaallah."

"Besok kamu naik taksi, langsung datang ke Hotel Wijaya Kusuma."

"Kenapa aku suruh datang ke hotel? Memangnya aku perempuan apaan?" tuduh Zahra naik pitam. Kedua matanya langsung memerah karena emosi secara tiba-tiba.

"BUK...BUK...BUK!!!"

Sinta tanpa menunggu waktu lagi, tas miliknya langsung dihantamkan ke tubuh Ryan, bahkan mengenai wajah laki-laki itu. Suasana semakin kacau, untung saja mereka di pojok ruangan. Jika tidak, mereka sudah digiring keluar oleh satpam.

Ryan mengaduh kesakitan karena terkena pukulan perempuan yang tenaganya seperti seorang laki-laki.

"Ampun Sin!" teriak Ryan memohon ampun. Untung saja buru-buru dilerai oleh Zahra kalau tidak tubuh Ryan membiru kena pukulan Sinta.

"Dia kerjanya di Hotel mbak?" sahut Ryan ketus sambil memijit tubuhnya yang terasa sakit.

Zahra dan Sinta langsung bertatap muka dengan menahan malu, apalagi Sinta langsung salah tingkah. Mengambil makanan di depan Ryan yang sudah bercampur bakso dari mulutnya.

"Besok kamu ikut sama aku kan?" bujuk Zahra kepada Sinta.

"Enggak janji deh Ra. Soalnya besok mau anterin pussy ke petshop. Butuh cowok dia kasihan lama menjomblo kaya kamu, Ra."

Ucapan Sinta membuat Zahra melotot tajam karena membuka aibnya di depan orang lain apalagi saat ini Ryan sedang menahan senyumnya.

"Masa aku sendirian? Kemarin juga idenya kamu, masa aku sendiri? Bakal mati berdiri kena amuk si Om?"

Zahra membayangkan bagaimana wajah dingin Rayhan saat pertemuan mereka terakhir.

"Kan ada Ryan yang bakalan nemenin kamu?"

Sinta berusaha menenangkan hati Zahra agar mau ketemu Rayhan tanpa dirinya.

"Kalau nanti aku dimarahin sama Om Ray gimana? Dia kalau lagi emosi pasti menyeramkan, " ucap Zahra dengan wajah gusar.

"Nah kalau kamu paham, kenapa kamu melakukan seperti itu? Repot kan jadinya gara-gara urusan kalian sampai mengacaukan bisnis Rayhan."

"Ide gilanya dia nih!" kata Zahra sambil menunjuk Sinta yang masih tersenyum tidak jelas.

"Orang seperti Sinta kamu ikutin Ra? Aku saja baru kenal sehari sudah bergidik ngeri, mana itu tenaga sudah kaya kuda liar. Amit-amit punya bini begitu."

"Apaan lo?" sahut Sinta kepada Ryan karena namanya merasa di bawa-bawa.

"Apa besok aku jemput kamu saja, Ra?" tanya Ryan kepada Zahra yang wajahnya masih terlihat gusar.

"Aku naik taksi saja..."

Belum selesai ucapannya tiba-tiba datang karyawan kafe membawa sebuah plastik berisi kotak makanan lumayan banyak.

"Apaan ini?" tanya Ryan dan Zahra bersamaan.

"Aku pesen makanan sekalian untuk dibawa pulang," jawab Sinta dengan santai. Zahra buru-buru menutup wajahnya dengan tangan karena kelakuan sahabatnya membuat dirinya malu setengah mati.

"Ra, besuk kalo mau ketemuan jangan bawa-bawa teman, bikin tekor saja," sahut Ryan sambil mengeluarkan dompetnya.

"Aku cabut pulang dulu ya? Tidak enak kelamaan pergi. Bakal kena amuk si bos," sahut Ryan sambil terpukau struk makanan yang jumlahnya fantastis.

"Pasti bos kamu jelek, tua, ubanan sama gendut

"Ngaco kamu. Bos aku ya Rayhan," sahut Ryan sambil bersiap-siap untuk pergi.

Perkataan Ryan sukses membuat Zahra dan Sinta terkejut secara berjamaah.

Setelah Ryan pergi, setidaknya Zahra bisa mengetahui rasa penasaran tentang Rayhan. Namun, baru sedikit karena masih banyak tanda tanya yang memerlukan jawaban.

"Om Ray bosnya Ryan," ucap Zahra sendirian.

"Paling bos cleaning service."

Keduanya langsung terbahak-bahak dengan celotehan Sinta.

"Aku masih penasaran dengan status Rayhan yang diucapkan sama Ryan," terka Sinta curiga.

"Sama."

"Jangan-jangan dia duda atau dia laki-laki kegatelan yang sudah punya istri tetapi masih suka perempuan yang masih muda."

Degg.

Zahra kaget setengah mati, ia tak pernah berpikiran sampai ke arah situ. Namun, untuk apa selama ini Rayhan mendekati dirinya? Apalagi dia rela kehilangan jutaan rupiah hanya untuk menjemput dan menunggunya kemarin. Entah mengapa hati kecil Zahra merasa tidak rela jika Rayhan sudah berumah tangga.

"Apa iya?" tanya Zahra yang wajahnya sudah berubah menjadi murung.

"Bisa jadi Ra. Dia kan tidak pernah cerita tentang pribadinya. Kerja dimana juga kamu tidak tahu kan?"

Zahra terdiam sambil mencerna tiap kata yang Sinta ucapkan.

"Namun ada suatu keganjilan disini, kenapa Ryan tidak mencegah Rayhan dekat sama kamu? Kenapa dia sepertinya sangat mendukung? Bahkan rela akan mempertemukan kalian berdua? Jika Rayhan memang sudah beristri otomatis sebagai sahabat akan melarang. Iya tidak?" sahut Sinta panjang lebar sehingga membuat Zahra berpikir keras.

"Kemungkinan Ryan tidak mau turut campur urusan pribadi Rayhan."

"Kamu ikutin saran Ryan saja. Ketemu sama Rayhan terus minta maaf, sehabis itu pulang dan masalah beres. Kalau ada apa-apa langsung telepon aku."

Zahra mengangguk. Di hatinya terbesit kekhawatiran akan hari esok. Bagaimana pun juga dia harus minta maaf sama Rayhan. Namun, kenapa kata-kata Sinta yang menyebutkan Rayhan seorang duda atau sudah berkeluarga selalu menambah rasa sakit di hati Zahra.

"Apa aku sudah mulai jatuh cinta?"

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro