07 - 02 - 2021 : Nasib

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Song/music: Nier Gestalt/Replicant - The Dark Colossus Destroys All

...

Hari ke-7: Buat tulisan minimal 200 kata, di mana akhir setiap kalimat harus berima sama.

...

Nasib

Elvan menelan ludah. Patung-patung naga di depannya seakan marah. Seolah siap membunuhnya kapan saja. Akan tetapi, dia tidak boleh menyerah.

Dirangkulnya Ray yang berjalan sempoyongan. Mereka harus melewati jebakan-jebakan itu agar sampai di tempat tujuan. Satu, dua, perlahan-lahan.

Dengan hati-hati, Elvan menyoroti setiap langkah mereka. Tidak boleh ada lagi pemicu yang muncul tidak sengaja.

Sekali-kali lampu senter Elvan menyorot patung naga yang tak bergerak.

Krak.

Sesuatu bergemeretak. Lebih tepatnya ada yang bergerak. Elvan melihat ke bawah, pada sesuatu yang tidak sengaja diinjak. Tombol untuk menjebak.

Mata Elvan membulat. Tetapi saat dia sadar, semua sudah terlambat. Jarum-jarum dari mulut patung-patung naga melesat.

Kedua pemuda itu berlari, berusaha menghindari jarum-jarum yang datang silih berganti. Rasa sakit seolah pergi, diganti adrenalin yang menyemangati.

"Aaakh!!" Ray berteriak. Salah satu jarum berhasil melukai dan membuat kulitnya bengkak.

"Bertahan!" seru Elvan. Dia terus menghindar sambil memapah Ray yang larinya kian memelan.

"Maaf, aku malah jadi beban," kata Ray pelan. Namun, tidak ada jawaban dari Elvan.

Mereka terus berlari sampai akhirnya jarum-jarum itu berhenti. Patung-patung naga sudah tidak terlihat di kanan-kiri. Lorong di depan mereka pun sudah berganti.

Dinding di sekitar mereka dihiasi tulisan. Elvan membacanya perlahan. Itu merupakan petunjuk bagi mereka untuk terus berjalan. Kamar sang Raja ada di depan.

"Sesak," Ray terisak. Racun dari jarum sebelumnya sudah mulai menyebar, membuat tubuhnya sulit bergerak.

"Ray, kau pasti bisa!" Elvan terus memapahnya. Terus, sampai mereka bertemu pintu kamar peristirahatan sang Raja.

Elvan menyandarkan Ray pada dinding, lantas membuka pintu batu itu ke samping. Ruangan luas dengan patung dan singgasana berjajar beriring.

"Ray, kita berhasil! Ray? Ray!" Elvan lunglai. Air matanya berderai. Tidak ada napas yang keluar dari hidung Ray.

-oOo-

A/N

Bukan karena dendam kesumat ya, Bang rayhidayata cuma nanggung aja gitu. Harusnya di bab kemarin tapi keburu deadline, jadilah dimasukin ke sini xixxixi

Anyway, jadi mirip syair ya.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro