09 - 02 - 2021 : Jalan-jalan

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Song/music: Nier Gestalt/Replicant - Hills of Radiant Winds

...

Hari ke-9: Buat karya dengan setting "Old West"

...

Jalan-jalan

Aku sedang berbaring di kasur sambil membaca novel ketika ponselku berdering. Ada panggilan dari Arga. Saat kuangkat, suara nyaringnya hampir membuat telingaku tuli.

"Re!" katanya penuh semangat. "Ayo, kita jalan-jalan!"

Aku menjawabnya dengan agak malas karena hari ini aku ingin berduaan dengan kasur seharian. "Ke mana?"

"Ke tempat syuting! Ya ... lebih tepatnya bekas tempat syuting, sih. Tapi sekarang jadi tempat wisata, loh!" Suaranya semangatnya masih belum padam.

"Syuting apa?"

"Koboi—"

"Tidak," potongku cepat. Jujur aku tidak terlalu suka dengan tema wild west/old west. Menurutku kebanyakan dari cerita-cerita itu terkesan klise. Duel maut antar dua orang saat tengah hari ditemani rumput kering berbentuk bola yang menggelinding sangatlah membosankan.

Arga merengek. "Ayolah, Re. Aku bosan di rumah terus. Temani aku main. Kau jarang jalan-jalan juga, 'kan?" Pertanyaan terakhir membuatku berpikir. Benar juga. Aku saja bahkan lupa kapan terakhir aku bepergian jauh. Mungkin tidak ada salahnya bila kuberi kesempatan kedua bagi film-film itu.

"Oke—"

"Asyiiik!!! Aku jemput kau satu jam lagi."

"Apa—" Tut. Arga keburu menutup sambungan sebelum aku sempat membalas. Huh, dasar. Orang itu selalu saja seenaknya.

Selang satu jam lebih suara motor besar Arga sudah terdengar. Aku berpamitan pada Ibu sebelum pergi.

"Saya pinjam Reksa-nya sebentar, ya, Tante!" kata Arga sambil tersenyum dari balik helm-nya yang bisa kulihat dari kaca spion.

"Jangan malam-malam pulangnya," ingat Ibu. Aku seperti anak perawan yang akan pergi kencan dan itu membuatku agak kesal.

Arga membunyikan klakson dua kali kemudian melaju.

"Dari mana kau tahu tempat itu?" tanyaku di tengah perjalanan dengan suara agak keras karena angin yang meredam membuatnya tidak terlalu bisa terdengar.

"Dari internet! Katanya baru buka beberapa hari. Jadi, aku mau tahu seperti apa. Kayaknya seru, deh!" jawab Arga setengah teriak.

Tempat wisata yang baru buka beberapa hari? Pasti akan banyak orang. Uh, sesak. Memikirkannya saja sudah membuatku merinding.

Kami tiba sebelum tengah hari. Sepertinya orang-orang berpikir sama seperti Arga. Tempat parkir sudah penuh dan hanya menyisakan sedikit ruang.

Aku dan Arga harus berjalan kurang lebih seratus meter dari tempat parkir ke tujuan. Di sana sudah banyak orang yang mengantre tiket masuk.

Gerbang masuk ke tempat wisata itu memiliki tulisan "Old West" yang melengkung. Toko-toko berdinding kayu menyambut kami. Orang-orang berpakaian kemeja kotak-kotak dengan rompi dan jins biru ketat lalu-lalang. Tidak lupa topi koboi dan sepatu kulit runcing dengan gerigi di belakangnya. Suasana gurun sangat terasa dengan adanya tanaman-tanaman kaktus dan rumput bola yang sering menggelinding untuk menyebarkan benihnya.

Arga sangat antusias. Matanya berbinar dan senyumnya begitu lebar.

"Ayo, Re," ajaknya.

Kami berkunjung ke salah satu saloon atau yang sekarang diketahui sebagai bar atau tempat nongkrong. Kami memutuskan untuk mengisi perut sebelum menjelajah tempat ini.

Restoran ini benar-benar mirip seperti yang pernah kulihat di film. Ya, mengingat ini memang bekas tempat syuting film jadi tidak aneh. Meja-meja kayu, kursi dari gentong dan pelayan-pelayan berpakaian khas barat tempo dulu. Dengan gaun berenda dengan motif hitam-putih, para pelayan wanita dengan rambut dikucir itu memberikan berbagai minuman menggunakan gelas kayu.

Aku berniat diam dulu dan membiarkan pencernaan bertugas sebelum berkeliling, tetapi suasana di luar membuat Arga penasaran dan memaksaku untuk melihat. Orang-orang sudah berkumpul seperti mengerumuni sesuatu. Aku bahkan tidak bisa melihat apa yang diperhatikan oleh mereka.

"Duelnya akan segera dimulai," kata seseorang. Sorak-sorai terdengar, tetapi aku tidak tahu kenapa. Arga menarikku ke depan dengan paksa melewati orang-orang yang berkerumun.

Kini aku tahu. Duel tengah hari yang selalu menjadi puncak ketegangan kini adalah bagian dari pertunjukan. Duel antara sherif dan bandit.

"Aku pegang bandit," kata Arga berbisik.

"Apa?"

"Kita taruhan siapa yang menang."

"Aku tidak mau."

"Ayolah, Re. Hanya main-main saja. Yang kalah traktir makan malam."

"Katanya cuma main-main!" protesku.

"A ha ha, iya, iya aku cuma bercanda. Tapi, aku tetap pegang bandit."

"Ya, ya, terserah."

Aku tidak tahu bagaimana bentuk duel ini. Tidak mungkin mereka benar-benar saling menembak—

Dor!

Sherif tumbang. Ada noda warna merah di dadanya. Sorak sorai bersahutan dari para pendukung bandit termasuk Arga. Aku menganga. Bagaimana mungkin penegak hukum di kota bisa tumbang secepat itu?! Harusnya ada dialog, "Kota ini tidak cukup besar untuk kita berdua. Ayo, kita selesaikan secara jantan!" Bukannya langsung dor!

Sang sherif bangun dari tidurnya kemudian membungkuk bersama bandit ke arah penonton. Aku sadar kalau itu adalah peluru cat ketika dia bangkit.

Hah ... mungkin kami saja yang telat melihat pertunjukannya.

"Reksa traktir!" seru Arga sambil mengangkat kedua tangan ke udara.

"Mana ada!" Aku bersedekap, kesal. Arga merangkulku.

"Ayo, kita berfoto!" Dia benar-benar tidak mendengarku.

Kami lanjut berkeliling. Arga mengajakku berfoto dengan kuda sungguhan di dekat sebuah lapangan. Berfoto sambil cosplay menjadi sherif dengan menyewa kostum di tempat peminjaman. Terakhir kami belanja di toko cinderamata. Arga membeli topi koboi sedangkan aku membeli gantungan kunci berbentuk revolver.

Hari itu kami benar-benar menghabiskan hari sampai malam. Aku belum pernah merasa sesenang ini dengan Arga. Aku bersyukur dia mengajakku jalan-jalan. Kapan lagi aku bisa sesenang ini?

-oOo-

A/N

Setelah kita cerita dengan Elvan, saatnya ganti pemeran. Biarkan anak itu beristirahat karena lelah temannya ada yang mati.

Menampilkan Arga dan Reksa, dua tokoh utama dari novel Reinc (saya berniat rombak, tapi entah kapan). Dua sahabat yang sangat dekat sampai bisa membuat orang salah paham.

Semoga bab selanjutnya masih bisa menampilkan mereka berdua.

*Iya, tahu. Harusnya bagian foto-foto di show, tapi aku males. Jadilah pakai tell. //plak

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro